Sepuluh

7.7K 1.3K 458
                                    

Menunggu vote 1K mah lama ah, gatel duluan pengen update. Tapi untuk selanjutnya mau nunggu sampe semua chapter votenya 1K hahahahahahha ketawa jahat.

Yuk! Jadi harus vote dan komen. Jangan lupa koreksi typo juga😉

Happy reading 💙

Papa : Kakak, jangan lupa minum air putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Papa : Kakak, jangan lupa minum air putih.

Aku berdecak membaca pesan terbaru Papa. Mau kesal pun nggak jadi karena pesan dari Papa akan muncul setiap pagi kecuali hari libur. Papa jelas akan memperingatiku dan Naura secara langsung agar nggak lupa minum air putih. Selalu seperti itu tiap hari, nggak pernah bosan. Malah aku yang bosan. Maksudnya ... tanpa harus diingatkan pun aku memang minum air putih jarang minum es, kecualiii es krim stroberi.

Menunggu jam mata kuliah selanjutnya, aku dan Rasti makan siang di warung tenda yang menjajakan ramen khas Jepang. Ramen di sini nggak terlalu lezat, dan cita rasanya tentu berbeda dengan ramen di Negeri Sakura. Aku sudah pernah mencobanya, ketika libur tahun baru lalu. Kami sekeluarga berdestinasi ke Tokyo Jepang dan tentu saja tanpa melewatkan untuk mencicipi ramen original dari negara tersebut.

Ramen di sini ... standarlah. Bisa dimakan. Buktinya pengunjungnya banyak, biarpun kebanyakan anak kuliahan yang kelaparan dan bosan dengan menu makanan di kantin. Ramen seberang kampus ini bisa dijadikan alternatif untuk makan siang.

Balik lagi ke tata tertib Papa, di depanku ada sebotol air mineral yang isinya tinggal setengahnya lagi. Aku memegang botol air mineral, lalu melakukan selfie. Selanjutnya, kukirim hasil fotoku ke Papa sebagai bukti kalau aku secinta itu dengan tata tertib dokter Galih Prasetya Wijaya.

Papa : 👍

Balasan pesan yang sudah kuduga. Jangan harap petuah Papa hanya sampai di situ, karena selanjutnya akan ada pesan susulan.

Papa : Jangan makan yang pedes-pedes.

Elea : I love you, Papa.

Papa : Papa curiga kalau kamu mulai sweet kayak gitu.

Aku menyeringai. Meski bersalah karena nggak selalu mengonsumsi healthy food, aku tetap santai. Toh nggak tiap hari aku makan mie. Sesekali doang. Otak lagi mumet sama materi-materi perkuliahan, makanya butuh penyegaran. Salah satunya makan spicy chicken popcorn ramen.

Karena aku selalu melaporkan apa yang aku makan, kali ini pun aku memotret mangkuk ramen yang isinya sudah kumakan sebagian. Lalu, kukirimkan fotonya ke Papa.

Papa : ELEA!

Kalau lihat ekspresi Papa secara langsung, aku jamin sekarang Papa sedang melotot tajam, bibir segaris, muka datar sambil bertolak pinggang. Persis ibu-ibu hamil dengan perut buncitnya. Perut Papa sih nggak terlalu buncit, hanya sedikit menonjol. Kalau ibarat ibu hamil, kira-kira usia kandungan memasuki bulan keempat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

That Should Be MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang