Tujuh

10.9K 1.5K 433
                                    

Lapak si bungsu lagi rajin aku tengok nih, maklum mumpung si ilham nggak merajuk.

2700 kata part ini. Jadi ayo vote! Ayo komen! Ayo share! Ayo koreksi typo!

 Jadi ayo vote! Ayo komen! Ayo share! Ayo koreksi typo!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Soundtrack untuk part 7

Jazz ~ Kasmaran 😜

Happy reading💙

*****


Kata Mama teman itu banyak, tiap jenjang sekolah pasti ada. Mamaku punya banyak teman sewaktu kuliah, tapi yang paling dekat dan suka dijadiin teman curhat cuma satu. Itu pun sekarang jadi adik iparnya. Takdir kadang lucu ya, dulu temenan tahu-tahu saudaraan.

'Masa muda itu harus dinikmati. Mama nggak ngelarang Kakak pacaran. Toh, Kakak udah gede. Pacaran masa remaja belum tentu bisa sampai nikah juga. Itung-itung kamu tahulah caranya ngadepin lawan jenis yang tertarik sama kamu', pesan Mama ketika aku mulai mengeluh dengan semua aturan Papa. Mama jelas lebih modern, dibanding Papa. Mama punya pikiran yang luas sekaligus luwes——mungkin karena dia banyak membaca buku fiksi-nonfiksi——jadi menyikapi bertambahnya usia kedua anak perempuannya tidak terlalu over kayak Papa.

Sebulan sudah aku mengarungi status menjadi mahasiswa. Tingkat kedisiplinan dalam diriku meningkat perlahan. Omongan Papa ternyata benar, bukan cuma niatnya saja kuliah, tapi harus dengan konsekuensinya. Bangun pagi langsung mandi dan salat subuh, habis itu sarapan dan ngejar waktu ke kampus sebelum pukul 07.00 WIB.

Baru-baru ini aku merasa ... kuliah tak seindah FTV. Mana itu yang namanya nongkrong-nongkrong di kantin saat siang hari bolong. Aku mana bisa-—kecuali pas istirahat dan salat dzuhur-—ada waktu tiga puluh menit sebelum masuk mata kuliah selanjutnya. 'Kayak nggak dikasih kesempatan untuk tebar pesona ke kakak tingkat yang ganteng,' kalau kata Rasti.

'Yo,dinikmati ajalah, Kak. Kakak sendiri yang milih kedokteran kan? Nggak usahlah misuh-misuh. Kerjaan kalau nggak dibarengi sama semangat juga nggak akan beres. Yang ada makin males dikerjain'.

Lagi. Sebuah kultum dari Mama sewaktu aku mulai mengeluh padahal baru sebulan jadi mahasiswa.

Dokter Rahma, dosen mata kuliah Keterampilan Klinik Dasar sedang menjelaskan materi kuliah melalui proyektor di depan kelas. Aku masih tetap berusaha fokus mendengarkan dan mencatat materi yang diterangkan, meskipun pantat sudah terasa panas karena kelamaan duduk.

Dokter Rahma sedikit melebihkan waktu perkuliahan mengingat ini jam mata kuliah terakhir. Pukul 16.15, beliau baru mengakhiri kuliahnya. Meninggalkan tugas yang harus dikumpulkan minggu depan. Tugas lagi.

Aku merentangkan kedua tangan, sambil berdiri. Dua jam dalam posisi duduk-—pinggang kayak terserang penyakit encok-—sudah mirip Mbah Uti dan Mbak Kung.

That Should Be MeWhere stories live. Discover now