Chapter 2

37.1K 1.2K 12
                                    

Makasih buat yang baca yah, kasih komentar juga dong biar aku tau kekuranganku, makasih.

Sudah 4 tahun berlalu saat Damien menyelamatkanku dalam kecelakaan tragis yang telah kualami hingga membuatku kehilangan segalanya, bahkan ingatanku sendiri, aku kehilangan semua ingatanku ketika aku berhasil selamat dari kecelakaan yang seharusnya juga merenggut nyawaku itu. Ketika aku sadar setelah berminggu-minggu mengalami koma, hal pertama yang kulihat adalah seorang pemuda dengan mata berwarna abu-abunya. itu adalah saat dimana aku merasa seperti dilahirkan kembali. semua perawat dan dokter mengatakan bahwa ini adalah keajaiban ketika aku kembali membuka mataku.

Setelah itu juga aku merasakan bahwa ada sesuatu yang aneh dalam diriku, aku merasa seolah sebagian dari diriku hilang entah kemana, aku merasa sama sekali tidak lengkap karena aku tidak bisa mengingat apapun, bahkan aku tidak bisa mengingat namaku sendiri.

"Gwen?" suara berat Damian memanggilku  membuatku langsung membalikkan badan dan melihatnya telah rapi dan siap untuk bekerja, dia hanya menggenakan kaus berwarna hitam dengan jaket jeans yang telah pudar karena terlalu banyak dicuci,

"Ada apa?" tanya Damien dengan raut khawatirnya, diangkatnya daguku agar menatapnya.

"Apa kau menyukai tempat ini?" tanyaku sambil menatapnya

"Ada apa?,Kau tidak menyukai tempat ini?" Damien balas bertanya sambil membelai rambut pirangku dengan lembut

"Aku menyukainya hanya saja, tempat ini tidak membuatku nyaman, semuanya jadi terasa lebih asing disini, aku merasa sangat kacau disini, aku tidak bisa mengingat apapun dan itu sangat menyakitkan, aku.. aku.. ingin sekali mengingat.. sedikit saja.. aku hanya ingin tahu siapa diriku... tapi...tapi..."

Damien memelukku dengan erat saat air mataku mulai menetes di pipiku, dan aku juga menenggelamkan kepalaku dalam dadanya, aku tidak bisa menghentikan tangisanku, dan akupun meruntuki diriku sendiri karena aku manjadi sangat cengeng, sebenarnya ada apa denganku.

"Sttt, semua akan baik-baik saja, kita akan pergi dari sini jika kau menginginkannya" kata Damien menenangkan, aku menarik kepalaku dari dadanya dan mendongakkan kepalaku untuk menatap laki-laki didepanku ini, aku masih tidak percaya dia akan membawaku pergi dari tempat ini.

"Benarkah?" tanyaku penuh harap padanya.

"Ya, kita bisa pergi ke Italia, aku punya teman disana, kau mau pergi ke Italia?" tanyanya sambil mengelus pipiku yang kemerahan, aku tersenyum lalu mengangguk padanya.

"Tentu saja, selain bukan di tempat ini"

        Keesokan harinya pun kami berangkat ke Italia, Damien sama sekali tidak mau melepaskan genggaman tangannya padaku meskipun kami saat ini sudah duduk di bangku pesawat, perasaan ini sungguh asing untukku, tapi satu-satunya yang aku saat aku berada didekatnya adalah karena aku merasa sangat aman dan nyaman saat aku bersamanya, Damien adalah tipe pria yang tidak memaksakan kehendaknya pada seorang wanita jika sang wanita tidak mengingnkannya, dia memang sering mencium bibirku tapi dia tidak pernah melakukan lebih dari sebuah ciuman untukku, seakan dia memiliki kontrol diri yang begitu tinggi, dia tidak pernah hilang kendali dan dia selalu mengambil kendali.

"Kita sudah sampai" katanya lembut ditelingaku saat kami sudah mendarat di Italia, aku membalas ucapannya dengan tersenyum manis kepadanya, dia membalasku dengan senyuman tipis dibibir menawannya, aku yakin semua wanita yang ada didunia akan langsung luluh ketika melihat Damien tersenyum seperti itu, sayang sekali dia sangat jarang tersenyum.

"Kemana kita akan pergi sekarang?" tanyaku saat dia mengambil telapak tanganku dan menggenggamnya untuk memasuki taksi.

"Ke tempat temanku, namanya Giovanni" katanya singkat, dan taksi langsung melaju menyusuri jalanan kota Roma, aku memperhatikan jalanan kota Roma dari balik kaca jendela taksi seperti anak kecil, aku tersenyum melihat keindahan kota ini.

"Terima kasih Damien" kataku sambil mengecup pipinya, dia tersenyum sambil mengusap pipiku dengan penu kasih sayang, tapi aku melihat ada kejanggalan disana, tepat di kedua matanya, aku melihat seperti ada beban dimata tajam nan teduh itu, aku ingin bertannya padanya apa yang sebenarnya menggangunya saat itu tapi aku sama sekali tidak memiliki keeranian untuk mengungkapkannya, yah mungkin aku terlalu pengecut untuk mencari tahu apa yang sebenarnya mengganggu Damien.

She's MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang