Bab 5

29.4K 1.1K 123
                                    

Beberapa minggu sejak kejadian di supermarket itu keadaan mulai kembali seperti semula, dari kejadian saat itu, aku lebih menjaga sikapku terutama ketika aku berdekatan dengan pria lain, aku tidak ingin membuat Damien marah, aku takut melihatnya marah, aku benar-benar sangat takut, jadi sebisa mungkin aku lebih memilih untuk berjauhan dengan pria manapun daripada aku harus menghadapi kemarahannya.

Sebenarnya belakanngan Damien tidak terlalu mempermasalahkan kejadian itu, tapi dia menjadi sedikit lebih protektif, dia tidak memperbolehkan aku dan Camile untuk pergi belanja lagi, pernah suatu ketika, kami akan pergi belanja untuk makan malam, tiba-tiba saja bahan makanan sudah tertata rapi didapur.

"Apakah Damien yang melakukan ini semua?, karena aku bersumpah bukan Giovanni, dan kupikir tidak mungkin Nana yang melakukannya" desis Camile sambil membuka kulkas dan disana ada bahan makanan yang akan cukup untuk bulan depan.

"Apa kita benar-benar tidak akan keluar untuk belanja?, lalu dimana kesenangannya!!!" Aku tersenyum sambil mendengarkan Camile menggerutu tentang bahan makanan.

***

Damien masuk keadalam salah satu kamar hotel berbintang yang ada di Roma, dia melihat beberapa orang yang terlihat seperti pengawal berada di depan pintu hotel, dia tetap berjalan hingga dia berada dihadapan pengawal itu, beberapa saat kemudian pengawal itu membelalakkan matanya ketika dia melihat Damien dan segera membukakan pintu kamar lalau mempersilahkannya masuk, Damien masih dengan tatapan tajamnya masuk kedalam kamar itu.

“Kau sudah datang?, bagaimana kabarmu?” sebuah suara berat terdengar ditelinga Damien, reflek dia membalikkan badan menghadap suara itu.

“Aku tidak datang kemari untuk basa-basi denganmu!” jawab Damien ketus tanpa mengalihkan tatapannya pada pria didepannya ini.

“Baiklah Damien, silahkan duduk kalau begitu” ujar pria itu sopan.

“Apa yang kau inginkan Ayah?” tanya Damien lagi, dia benar-benar tidak ingin membuang waktunya disini.

“Aku tau semuanya Damien, aku tahu semua hal yang kau sembunyikan”

“Bicaralah dengan jelas!”

“Gadis itu Damien, kau pikir kau bisa membodohiku soal gadis itu” ujar ayahnya dengan tegas. Pandangan Damien langsung tertuju kepada ayahnya, seluruh tubuhnya seakan mengeras menahan emosi yang rasanya sudah sampai dipuncak kepalanya.

“Jangan pernah macam-macam dengannya” ancam Damien

“Kau adalah putraku Damien, bagaimana aku bisa membiarkanmu hidup menggelandang seperti ini, apa yang akan dikatakan semua kolegaku jika…”

“Ya, hanya itu yang kau perdulikan, dan itu cukup membuatku mengerti” potong Damien dengan emosi yang menguasainya.

“Aku siap melepaskan semuanya, semuanya, bahkan aku siap jika kau menghapus namaku dari kartu keluargamu, aku sama sekali tidak membutuhkannya”

“Mungkin kau siap untuk melakukannya, tapi aku tidak akan pernah siap untuk melakukannya, biar bagaimanapun kau adalah putraku, akan lebih baik jika aku memiliki kedua putraku” ayahnya berujar, tapi Damien melihatnya jauh kedalam mata ayahnya, ada sesuatu disana, ada sedikit kesedihan, dan mungkin jika dia tidak salah melihat dia melihat sedikit ketulusan untuk pertama kali dimata sang ayah.

“Aku tidak ingin apapun darimu, berikan semuanya kepada William, itu adalah haknya, aku tidak akan bermimpi untuk menginginkan sesuatu yang bukan hakku, tapi Gwen tetap bersamaku, kau tidak berhak menyentuhnya, atau menyingkirkannya seperti yang pernah kau lakukan padanya, berhentilah disini, jauhi hidup kami” jelas Damien berapi-api.

She's MineМесто, где живут истории. Откройте их для себя