Bride Side - 3

403 66 21
                                    

A total freak.

Raya, was definitely, a total FREAK.

"I fucking hate myself for that."

"HAHAHAHAHA."

Raya masih ingat betul bagaimana ekspresi Nathan menatapnya semalam.

Disgusted, embarrassed, mortified.

"Never want to meet him again, at all."

Keesokan paginya Raya teleponan dengan Ben, dan ia menceritakan semuanya pada si sahabat. Seharusnya mereka teleponan bertiga dengan Anna namun kembaran Raya itu masih tidur, jadilah kini hanya Ben yang mengangkat telepon.

Raya sudah siap-siap pergi ke bandara. Ia sudah mandi, berdandan, sampai olahraga. Tinggal sarapan di bawah lalu ia akan ciao, pulang ke Indonesia. Namun otaknya masih terngiang dengan apa yang terjadi semalam. Setelah Nathan mengatakan bahwa ia punya pacar, pria itu langsung mengerucutkan dahi dan pergi begitu saja dari Raya.

Pergi. Literally pergi. Tidak bertanya balik pada Raya, tidak menunggu respon darinya, bahkan tidak menyuruh Raya men-decline pertemanan mereka.

Poof! Just gone.

"Kalo dipikir-pikir, apa sih yang buat gue suka sama itu cowok? Ganteng aja standar, wangi juga nggak terlalu—"

"HELEH..." Ben meledeknya. "Semalem aja lu udah kayak hawa ketemu Nabi Adam di bumi!"

Sampai terkekeh Ben dengan ledekannya sendiri.

Masalahnya, Raya tidak menyangka bahwa Nathan akan sedingin itu. Dalam pikirannya, setidaknya Nathan akan bersedia duduk bersama atau mencoba basa-basi bertanya balik pada Raya.

Boro-boro nanya, dia natap mata gue aja nggak!

"Emang lo ngomongnya gimana sih semalem?" Ben masih tertawa.

"Ya standar, gue samperin dia terus gue tunjukin akun Bride Side nya—"

"HAH?!"

Jika Raya bisa lihat Ben, pria itu sampai tersedak serealnya di meja makan.

"THAT'S THE FIRST THING YOU ASKED? BRIDE SIDE DIA?"

"I-iya..."

"SINTIIINGGGGG!!!!" Ben berteriak. "ITU STANDAR APANYA ANJIR ITU MAH GOBLOK!"

Wah, Ben jadi bersyukur Nathan pergi meninggalkan Raya begitu saja. Jika percakapan itu dilanjut, lalu Raya mengatakan bahwa ia teman Ben, bisa mati ia saking malunya.

"I mean I couldn't think of anything—"

"God BLESS you didn't think of using my name."

Setelahnya Ben langsung berceramah menasehati Raya dan segala cara yang bisa wanita itu gunakan untuk berkenalan.

Blah blah blah blah...

"Iya iya iya...!" Raya sih hanya manut-manut saja. Kalau Ben sudah berceramah Raya pasti akan kalah. Pria itu memang sudah seperti kakak kandung saja bagi ia dan Anna.

Seselesainya teleponan dengan pria itu Raya sampai di lounge hotel siap menyantap sarapannya. Perutnya sudah kelewat lapar habis olahraga lalu mendengar Ben berpetuah. Langsung saja Raya ambil makanan besar dan sepiring buah-buahan ke mejanya.

"Good morning."

"Good morning."

Koki yang memasak omelet menyapa Raya saat si wanita mengambil makanan itu. Duduk di bangkunya dengan santapan lengkap, Raya justru malah termenung melihat sekeliling suasana hotel.

Kondisi tempat itu sudah mulai sepi, sepertinya karena Raya sengaja datang agak siang untuk ukuran makan pagi. Beberapa anak masih ada yang duduk dengan iPadnya, menyeruput susu sambil dibantu bibi makan nasi goreng di depan kedua orang tua yang serasi bicara berdua. 

Haduh... Jadi iri deh Raya melihatnya.

Enak kali, ya? Kalau sudah berpasangan, punya anak dan liburan ke hotel... Apalah daya Raya hanya duduk sendirian di sana.

Belum lagi bayangan Kian yang kadang datang kadang hilang. Jujur, setiap membayangkan pria itu akan beristri, Raya masih tercabik-cabik. 

Andai dulu gue nggak putus sama dia... 

HHHH! 

"Udahlah makan aja."

Raya pun menyendok nasi lalu mengangkat benda kecil itu untuk makan.

Srrrk!

Hingga tiba-tiba seseorang menarik bangku dan duduk di depannya. "Excuse me?"

Dan orang itu adalah Nathaniel Amar Danawarya.

ANJIIIIIING!

Sungguh, tampan wajah pria itu belum luntur sama sekali. Namun karena Raya sudah terlanjur malu dengan sikap dinginnya semalam, kini jantung Raya berdegup bukan hanya karena jatuh hati semata.

Melainkan karena trauma dengan sosok dirinya.

"Y-ya?" 

Raya jadi amit-amit melihat Nathan. Angkuhnya pria itu bisa dirasakan siapapun yang berada di dekatnya. Apalagi cara ia menatap orang, sangat cocok untuk pemeran antagonis.

"You were the girl last night, right?"

Raya mengangguk.

"Ok good. This you?"

Tanpa peduli Raya yang cengo,, Nathan langsung mengeluarkan ponsel menunjukkan akun Bride Side Raya.  Persis seperti apa yang Raya lakukan semalam, cuma lebih straight-forward, dingin dan tanpa basa-basi. 

"I-i-iya..."

"So you own a wedding organizer?" 

Raya jadi takut dengan pertanyaan-pertanyaan pria itu. Apalagi saat Nathan tiba-tiba menyodorkan ponsel dengan website bisnis W.O keluarga Raya. Dia tau dari hasil Google nama panjang gue kali ya? 

Pada akhirnya Raya pun menjawab dengan gusar. "Y-yes...

"And the yesterday party is one of your client?"

"W-why?"

"Yer or no?" 

"Y-yes."

"Good." Tiba-tiba Nathan mengeluarkan selembar cek kosong dari kantungnya. "Can you help me ruin their wedding? Tulis aja mau dibayar berapa."

TUH KAN INI COWOK BUKAN CUMA DINGIN TAPI SINTIIIINGGG!!!!!

🌸

🌸

🌸

TBC HAHAHAHHAHAHAH AAAAAAAAAAAA

🌸

🌸

🌸



You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 03, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BRIDE SIDE | A ROMANTIC COMEDYWhere stories live. Discover now