PART VI

826 108 13
                                    

#THEDEVILWEARSHUGO

PART VI

KURTIS’S P.O.V

The house door swung open. Muncul lah laki bini, Mr. & Mrs. Karter Bestian yang sesaat mulut dorang ternga-nga.

I’m trying to save my eyes daripada dicucuk guna garfu tapi si Karter, adik bertuah decided to buka mulut puaka dia.

“Practising for a new scene?” Dia tersengih.

New scene? Sengihan tu macam lain saja.

Rupa-rupanya saya bah yang slow. Gigi lebih cerdas pula otak dia menangkap maksud Karter kan?

“Do you really fucking think I’m a p… p… p… actress?!” Gigi screamed at Karter.

P? P? P? What is the P?

Karter just shrugged sambil tersenyum jahil. Semakin mengamuk si Gigi bila Karter bersuara.
“Well, I believe my brother.”

Dia percaya saya? Terbulat mata saya. Okay.

And then the desire to annoy her hit me strong.
“I’ve never tried the kitchen, Gigi here is demonstrating to me how-”

Hampir pecah gegendang telinga saya bila Gigi screeched in anger.
“Anjay! Puk-”

Pantas saya berdiri dan menekup mulut dia.
“Memaki lagi. Cuba memaki lagi begitu.” Saya cabar dia.

“Anjay! Pukim-” Masih dia keras kepala.

“Lagi!” Saya cabar dengan hati saya yang membara dalam amarah.

“Anjay! Pukimak! Anjay! Pukimak! Anjay! Pukimak! Anjay! Pukimak! Anjay! Pukimak! Anjay! Pukimak! Anj-”

My temper got the better of me. I grabbed her waist and throw her over my shoulders.

“Let me go! Akuma! Let me go!” Ya! Panggil lagi saya setan! Saya kasi tunjuk kau kesetanan saya.

I carried her to the nearest washroom, ignoring her screams and Kleo’s protest. Karter hanya ketawa terbahak-bahak.

I slammed the door of the washroom open then slammed it shut. Dengan pantas I grabbed the Dettol handwash dan mendudukkan diri saya on the cold marble tiles with Gigi locked between my thighs.

I took the bidet dan sembur mulut Gigi dengan air sejuk, lantas saya gosok the handwash liquid on Gigi’s mouth, cleansing all the filthy words that came out of her beautiful mouth.

“Mmmppphhh!” Gigi meronta-ronta.

“Maki lagi.” Suara saya kasar. Saya sembur dengan air from the bidet.

Sebelum dia dapat memaki lagi, saya gosok lagi tu Dettol di mulut dia.
“Lagi!” Saya bilang.

“Anj… phuuuh!” Dia terasa tu Dettol di lidah dia lah tu.

“Lagi!” Macam naik betul sudah darah di kepala saya.

“Anj-” Masih dia keras kepala oh kan.

Berhabis saya gosok lagi another handful of Dettol handwash di mulut dia.

“Maybe kau mau saya pakai Clorox ni kan?!” Saya mengamuk.

Then her actions shocked me. Gigi yang baru beberapa hari saya kenal yang merupakan seorang Wanita cantik, bijak dan tabah tiba-tiba menangis!

Kenapa saya bilang dia tabah? Sebab bila dia kena tembak pun dia tidak nangis. Kenapa baru menggosok mulut dia sama sabun sudah dia menangis?

Dan tangisan dia menusuk jantung saya. Tiada kemarahan and frustration dalam tangisan dia. Tangisan dia sangat pilu. It’s a cry of grief. A cry of sadness and despair.

The Devil Wears HugoWhere stories live. Discover now