[4] Impresi

47 7 0
                                    

Meski Tari memang baik hati dan rajin menolong, upayanya menarik Audri ke kelompoknya bukan karena itu. Bukan juga dia punya niat tersembunyi atau upaya-upaya mencari keuntungan dari Audri--anak itu bahkan nggak cukup mencolok untuk memberi Tari keutungan--tapi memang ada yang ingin Tari cari tau.

Kecurigaannya bermula semester lalu, satu hari ketika dia mau masuk kelas, dia melewati taman belakang tempat ilegal mahasiswa untuk merokok. Karena itu masih cukup pagi, belum ada orang yang merokok. Kecuali satu orang: Audri. Awalnya Tari nggak menaruh perhatian, dia nggak begitu peduli apapun yang dilakukan orang lain meski nggak bisa dibenarkan, sampai ketika Audri mau menghidupkan rokoknya, dia bukannya mengeluarkan korek tapi malah melihat kiri-kanan, kemudian membakar dengan gerakan. Tidak ada korek. Cuma gesekan jari ke lintingan tembakau dan dengan sekali tarikan napas, rokok yang ada di antara bibir Audri terbakar ujungnya.

Tari terdiam.

Sebelum Audri sadar dia berdiri di sana, Tari bergegas masuk ke kelasnya. Setelah meletakkan tas dan menandai beberapa bangku untuk teman-temannya, ia memutuskan ke kamar mandi. Kamar mandi pagi itu kosong--karena masih pagi. Dia duduk di kloset, mencerna apa yang baru dia lihat.

Bukan dia tidak pernah bertemu keturunan api, dia bahkan sangat dekat, tapi melihat Audri melakukan itu di tempat terduga.. meski harus mengecek keadaan di sekitar dulu.. membuatnya merasa.. campur aduk?

Dari hari itu sampai hari-hari setelahnya, perhatian Tari terus mengarah ke Audri. Audri jarang bersosialisasi, dia langsung pulang kalau tidak ada kelas. Kadang-kadang dia menggunakan komputer perpustaakn untuk tugas dan hampir selalu mengirim tugas terlalu mepet dengan tenggat. Bukan satu-dua kali Audri tampak mengantuk.. dia selalu lelah seolah dia baru saja menanggung beban dunia dan cuma bisa tidur empat menit. Tasnya selalu kosong. Dari anak jurusannya yang pernah sekelas dengan Audri, Tari tau kadang Audri terkesan tidak niat belajar. 

Kesempatan untuk berinteraksi langsung datang hari ini, dan meski ia tau temannya tidak suka ia mengambil keputusan tanpa izin, Tari tidak mau kehilangan kesempatan. Dia menarik masuk Audri, memastikan anak itu ada dalam jarak pengamatannya setidaknya untuk enam bulan ke depan meski cuma untuk 3 sks tiap minggunya. Audri jelas-jelas tidak merasa terbantu walaupun Tari mengajaknya bergabung tapi lagi-lagi: semua memang cuma untuk Tari. Rasa penasaran Tari, pertanyaan-pertanyaan Tari. Dia takut tapi mau tau. Cuma ini opsi yang dia punya.

--

Dua minggu pertama berlalu dengan biasa saja, seperti bisa diduga: Audri menjadi pemberat grup. Tugasnya selalu selesai tapi selalu dikirim 45 detik sebelum tenggat. Dia selalu terlihat panik dan tentu saja mengantuk. Kadang muncul pikiran aneh di kepala Tari: bagaimana jika Audri adalah kurir narkoba?

Dan mungkin semua kecurigaan Tari makin menguat karena satu hari ketika mereka belajar dengan melingkar, ponsel Audri bergetar. Meski cuma sebentar, Tari bisa melihat: 

<no subjek>

Pesan: 11:30

Apa itu artinya jam pengantaran paket ekstasi?

Sebenarnya: Tari berharap itu jam pengantaran paket ekstasi. Bukan hal-hal lainnya.

11 Juni 2022.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 11, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Petak ApiWhere stories live. Discover now