Dua; Semangkuk Bubur Ayam

1.9K 394 40
                                    

Hanyut di dalam duniakuBinasa seram kelam redupPerlahan menjerit atas yang kuterimaDari orang-orang yang tak paham

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanyut di dalam duniaku
Binasa seram kelam redup
Perlahan menjerit atas yang kuterima
Dari orang-orang yang tak paham

; Usik, Feby Putri

•••

Semua orang akan pergi, entah karena takdir atau sudah waktunya, direncana maupun yang tak terhindarkan; kematian.

Bagiku, kata pergi bukanlah sesuatu yang tabu. Telingaku sudah sangat akrab mendengar kata itu. Saking akrabnya, dalam setiap pertemuan, aku selalu menganalisa sampai kapan seseorang itu akan tinggal. Apakah satu minggu, satu bulan, atau satu tahun?

Semua orang akan kembali sendirian, entah karena meninggalkan atau ditinggalkan.

Pergi identik dengan sebuah perpisahan. Melahirkan pertanyaan siapa yang lebih dulu meninggalkan. Dalam kasus hidupku, meninggalkan bukan pilihan yang aku miliki. Karena sejak awal, aku tidak pernah memulai sebuah pertemuan. Selalu orang lain yang mengetuk pintuku lebih dulu.

Untuk saling mengenal, untuk menjadi lebih akrab, untuk symbiosis mutualisme, dan untuk ditinggalkan.

Selain tidak pernah memulai sebuah pertemuan, aku juga tidak pernah menahan sebuah kepergian. Aku selalu siap kapan pun seseorang tidak lagi bersedia berjalan bersisian denganku. Selalu siap jika suatu hari nanti... aku kembali sendirian.

Semua orang akan terbiasa, entah karena melupakan atau dilupakan.

Selama dua puluh satu tahun tinggal di bumi, tidak terhitung berapa banyak nama yang tersimpan di memori ingatanku. Tidak terhitung pula berapa banyak nama yang telah melupakanku dengan begitu mudah.

Ada satu fakta menyebalkan dari seseorang yang ditinggalkan; mereka cenderung lebih sulit melupakan. Alasannya sederhana, orang yang meninggalkan telah menyusun rencana untuk pergi. Sedangkan orang yang ditinggalkan tidak pernah atau bahkan tidak berani membayangkan suatu saat dirinya harus menghadapi sebuah kepergian.

Seperti halnya aku yang masih mengingat jelas kenanganku dengan Vinda teman pertamaku di kampus, Mario satu-satunya cowok yang pernah memberiku setangkai bunga mawar di hari kasih sayang, dan Gio anak teknik sipil yang setiap malam minggu mengajakku kuliner.

Aku menyebutnya kenangan. Sebab, kejadian itu sudah lama berlalu. Sekarang Vinda telah menemukan circle pertemanan baru yang lebih keren dan populer, Mario bertemu dengan cewek cantik yang lebih pantas menerima sebuket bunga mawar, dan Gio yang menghilang tanpa kabar. Belakangan aku baru mendapat informasi bahwa Gio berhenti kuliner karena waktu malam minggunya habis untuk menemani kekasihnya jalan-jalan di mall. Padahal saat kami masih akrab dulu, Gio mengaku sangat benci bangunan bertingkat itu.

Jatuh Cinta Itu Sia-SiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang