7. Rasa yang Berbeda

118 5 2
                                    

Happy Reading!🔥

.
.
.

"Alputra Agra Anggara." Panggilan itu menggema, mengisi kelas Raisa yang hening. Guru yang sedang mengabsen itu mengangkat satu alis. "Apaㅡ"

"Permisi," ucap seseorang di pintu kelas yang terbuka.

Suara itu menarik seluruh atensi, membuat Agra yang baru datang meringis kecil. "Maaf, Pak. Saya terlambat," ucap cowok itu.

"Lagi?" tanya Pak Hadi membuat Agra terdiam, menciut tiba-tiba. Guru itu berdecak. "Ayo ikut saya," katanya.

Agra menurut, mengikuti Pak Hadi yang melangkah keluar kelas. Namun, baru beberapa langkah, guru itu berhenti. Menoleh ke arah Agra. "Tas kamu taruh dulu," titahnya.

Agra mengangguk, buru-buru masuk kelas lagi untuk meletakkan tasnya di kursi.

"Mampus deh Gra kamu. Di suruh berdiri ngadep bendera," ucap salah satu teman Agra membuat Agra menipiskan bibir.

Tanpa banyak peduli, Agra meletakkan tasnya. Lantas berbalik, tapi netranya fokus sesaat ke arah Raisa yang sedang menulis sesuatu. Seperti tertarik, Raisa tiba-tiba berhenti menulis. Kini juga menoleh ke arah Agra.

Keduanya berkontak mata.

Untuk sekian detik, Agra harap ... waktu berhenti untuk sesaat. Apalagi saat melihat gadis itu tersenyum tipis ke arahnya.

"EH WOY! Di tunggu Pak Hadi noh!"

Agra tersentak, ia menoleh ke temannya. "Iya iya," katanya lantas melangkahkan kaki keluar kelas.

• • • •

Raisa menyusuri lorong kelas yang sepi sebab jam belajar sedang berlangsung. Harusnya hari ini ia ada jam pelajaran kimia, tapi Agra tak ada masuk kelas. Dengan dalih ke UKS, Raisa pun keluar kelas. Mencari cowok itu dengan khawatir.

Setelah berkeliling hampir seluruh kelas sebelas, Raisa akhirnya melihat cowok itu melangkah di tangga dekat perpustakaan.

"Agra!" panggilnya.

Agra menoleh, melebarkan matanya sesaat sebelum akhirnya kembali menghadap depan dan mempercepat langkah. Walau begitu, dari tempatnya Raisa masih bisa melihat wajah pucat cowok itu. Langkah Agra pun terlihat sedikit terseok-seok.

"Gra!" panggil Raisa lagi. Kini berlari mendekat ke arah Agra yang tak menoleh, bahkan kini cowok itu semakin mempercepat langkah, sampai-sampai ia hampir saja terjatuh sendainya Raisa tak buru-buru menompang tubuhnya.

"Gra, kenapa malah ngindar?!" Marah Raisa. "Kamu hampir jatuh tau!"

Agra tak merespon, justru melengoskan wajah.

Cowok itu menepis tangan Raisa yang memeganginya. Lantas melangkah tertatih.

"Agra!" panggil Raisa reflek saat tubuh Agra tiba-tiba limbung.

"Diem, Sa," kata Agra saat Raisa hendak melangkah mendekat.

Agra menompang tubuhnya pada tembok, melangkah pelan meninggalkan Raisa. Keringat sudah mengucur di kening Agra, rasanya seluruh tubuh Agra panas dingin. Pandangannya juga mengabur.

Sebenarnya, semalam Agra tak bisa tidur karena kondisi mamanya drop lagi.

Ditambah ia harus menjalankan hukuman dari Pak Hadi untuk membersihkan gudang belakang sekolah sendiri.

Kondisi tubuh Agra tak mendukung untuk semua itu.

Dan Agra tak suka ada orang yang melihat kondisinya yang lemah ini, sekalipun itu orang itu adalah Raisa.

Agra, Rasa, dan Raisa (Novellet)Where stories live. Discover now