4

130 15 0
                                    

Yang lucu dari pertemuan pertamaku dengan Sagara di Anomali waktu itu adalah... tidak ada satupun dari kami yang tampak berniat untuk melanjutkan relasi ini ke level selanjutnya. Tidak ada pertukaran media sosial, kontak, atau bahkan sekedar follow-up chat di aplikasi dating app hingga 24 jam setelah pertemuan berlangsung (and yes, I do count).

Now if you ask me, does it hurt? A bit. Maksudku, bukannya aku berharap gimana-gimana sih, tapi dengan dia yang bahkan nggak merasa perlu untuk mem-follow media sosialku let alone meminta kontak pribadi, aku jadi merasa... undesirable.

Well fuck me. Aku tahu ini adalah cara yang salah untuk mencari validasi atas self worth ku, tapi coba deh kalian jadi aku, pertama kali meet up dengan cowok dari internet kemudian setelahnya nggak ada follow up apapun dari orang terkait yang menunjukkan bahwa at least you're decent enough for a reconnection...

Jangan-jangan dia menyesal lagi ketemu aku. Probably I didn't live up to his expectation so he discarded me just like tha—

Drrt!

Ponselku menyala menampilkan sebuah notifikasi baru dari instagram, menghentikan train of thought yang tampaknya mulai liar berlarian kemana-mana ini.

[sagaraginting followed you]

Wait what?

Bagaimana caranya dia—

Tahu nggak kalian momen dimana kepala kalian kayak bunyi 'klik' saat keping-keping informasi yang tadinya gak saling berhubungan tiba-tiba tersambung. Nah itu yang aku rasakan sekarang.

"Jadi lo tuh content writer apa socmed?"

"Content sebenernya. Tapi ini temen gue yang pegang socmed lagi off karena sakit jadi di handover ke gue. Wait let me just—"

"Lo komen di postingan brand lo sendiri?"

"Well, a girl gotta do what she's gotta do"

Ah... pinter juga Sagara. Nggak heran dia masuk UI.

Kalau begini jelas sudah kenapa dia bahkan nggak merasa perlu untuk bertukar akun media sosial maupun kontak pribadi. Ternyata, Sagara anaknya perhatian juga terhadap hal-hal kecil. Aku aja sempat lupa kalau secara nggak langsung aku sudah memberitahunya bagaimana cara mengontakku lagi setelah pertemuan pertama kami itu.

Sumpah, it was pure unintentional.

Nggak lama setelah notifikasi follow-nya masuk (I'll follow him back later, just so I don't look too enthusiastic lol), ponselku kembali bergetar menandakan satu pesan baru masuk.

[Sagara sent you a message!]

Well, speaking of the devil...

Jujur di momen ini aku pengen salim sama orang UI/UX dari aplikasi kencan daring ini. Tau nggak kenapa? Yes. Mereka nggak punya fitur penanda pesan udah dibaca atau belum. Hahaha.

Sebagai pribadi yang bahkan centang biru di whatsapp personal dan kerjaan aja aku matiin, ketiadaan fitur ini tentu aku akan aku cherish selama aku bisa. You see, talking to men on a dating app is already an exercise of self-control and anger management, nggak perlu lah ditambahin overthinking-overthinking nggak jelas akibat sebaris kata yang menandai pesan kita cuma dibaca aja tanpa adanya balasan.

Aku membuka pesan dari Sagara tersebut dengan senyum tertahan. I wonder what will he talk about this time...

Hanya sebuah link. Menuju twitter, to be exact. Tidak ada lagi pesan tambahan setelahnya.

Aku mengangkat alis. Tanpa berasumsi apapun aku mengklik tautan tersebut, membawa layar ponselku kepada sebuah postingan twitter tentang... kucing?

Sebuah senyuman kecil terlengkung di bibirku.

Jemariku dengan cepat menekan tombol back untuk kembali ke aplikasi kencan daring tempat Sagara mengirimkan link tersebut dan mengetikkan pesan jawaban.

"Cats are stupid" tulisku.

Balasannya, datang nyaris seketika.

"100%"

Aku terkekeh. Jemariku kembali bergerak mengetikkan balasan.

"Punya kucing lo di rumah?"

"I can send you a pic of him sniffing his balls rn if only this app allows me to"

Kali ini gelakku lepas. Ara yang sedang duduk di seberangku mengerenyitkan dahinya bingung. Ekspresinya seolah berujar 'lah lo napa?', tapi mulutnya diam as her ears are plugged in with her airpods. Oh, meeting.

Aku menutup mulut dan lekas mengetikkan jawaban.

"Ew gross"

"Wkwk but for real, mau pindah ke imessage aja gak?" begitu balasnya.

"So you can send me a pic of your cat sniffing his balls?" aku mengetik cepat.

"That, and i hate how this app slows my phone down"

Aku menahan senyum dan memutar kedua bola mata. Ah, bisa aja alesannya.

"Okay. Gimme your number"

Sagara memberikan nomor ponselnya dan aku dengan cepat menyimpannya ke dalam ponselku. What should I name him ya by the way? Sagara Tinder? Sagara FT? Or just Sagara?

"Lo namain kontak gue apa?" tepat saat aku sedang menimbang-nimbang hal tersebut pesan baru darinya masuk.

"Sagara Tinder?" ketikku dengan intensi bercanda.

"Taiii wkwk" Sagara membalas.

"Just kidding, just your name is it alright?"

"Ok"

Sagara Ginting it is. Aku mengetikkan nama tersebut dan menekan tombol save.

Okay, Sagara Ginting. What's next?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang