7

32.2K 100 6
                                    

Aku dan pakde bercinta seharian kemarin, sampai kini aku bangun dan tersadar bahwa hari telah berubah menjadi siang, ku lihat waktu menunjukan pukul 2 siang. Seluruh tubuhku terasa pegal, aku bangun dari tempat tidurku.

Saat keluar kamar, tiba-tiba saja aku berpapasan kembali dengan Pakde tepat di depan pintu kamar kami masing-masing. Setelah melakukan aktifitas hubungan badan bersama, aku memilih untuk tetap kembali ke kamarku.

"Rin."
Pakde Menyapaku, aku menyahut ucapannya.

"Iya, Pakde."

Pakde tanpa banyak berbicara lalu langsung meraih kedua tanganku, kain yang semula aku gunakan untuk menutupi badan ku dilepaskan Pakde begitu saja.

"sshhh, aahhh pakde.."

lagi-lagi pakde Yono mencumbuiku, dia menyesap kedua puting susuku dengan begitu rakus. Tubuh ku disandarkan tepat ke tembok begitu saja, dan kedua tangannya melekat di dadaku sambil menyesap payudaraku.

"slurpp slurpp muach, rin., pakde slurpp.., masih pengen ngentotin kamu slurppp muach.."
"sshh, aahh pakde tapi punyaku masih sakit mmhhh shhh aahhh.."

"Hanya sebentar slurppp.., muachhh.."

Pakde tanpa berbicara langsung mengeluarkan penisnya yang sudah menegang sejak tadi, lalu dengan cepat pakde mengarahkan penisnya dan menusuk kembali lubang kemaluanku.

"Aahh, uhhh enak rin memekmu.."
"aahh sshh aahh.. pakde aahhh.."

Kemaluanku kembali di hantam, tanpa henti oleh pakde. Pakdeku kembali membuas. Sakit, namun terasa nikmat.

Aku menikmati hentakan penis besar serta berurat milik pakde Yono, mata kami saling beradu. Pakde menyesap bibirku, melumat bibir bawahku.

Sambil terus-menerus menghujaniku dengan penisnya,

"aaghh.., aaghh., muachh:, slurppp hah rin.."
"ouchh.. achh akhhh aahh muachh., slurpp.."

Aku membalas melumat bibir Pakde, sambil ikut bergerak.

"ohh. kau sukahh kan., hmm., aah ah aahh.. ohh.."

Kulihat Pakde yang berkeringat sebab dia sibuk menyetubuhiku, penampakan tersebut tentu membuat ku juga semakin bersemangat.

Tanganku bahkan tanpa sadar dengan begitu mudah, bergelayut manja tepat di lehernya.

"aakhh pakdeh aku keluaarrr.."

Aku mengejang kembali, cairan vaginaku keluar. Pakde sesaat menghentikan aksi tusukan penisnya. Mataku menjuling keenakan, aku benar-benar merasa puas ketika mengalami pelepasan.

"Sekarang giliran pakde, kau harus melayani pakde nduk."

Tanpa ucapan apapun, Pakde lalu menggendongku seperti koala. Pakde membawaku kembali masuk ke dalam kamarku, dan memulai aksinya.

Tubuhku diletakkan di tempat tidur, Pakde menyesap kemaluanku..

"ouchh, aakhhhhh aaahhh pakdee.."

Aku merintih sambil menggelengkan kepala, aku menahan kepala Pakdeku sendiri. Agar tidak menlanjutakn jilatannya tepat di vaginaku.

"muachh, slurpp.. chuiih.. muahhh., sluhrpp.. muachh., slurpp.. ahhh memek ini terus menggoda pakde sayang.. chuihh.. muachhh, slurppp.."

Pakde benar-benar menyedot semua cairanku tanpa rasa jiji, setelah puas Pakde lalu menarik pantatku. Dia kembali menghentakkan penisnya.

"aahh, pakde.. lepaskan kontol pakde.., ohhh ohh.."

"sshhh, ndak akan nak.. uhhh, hah.. hari ini dan selamanya kamu akan menggantikan bukde memuasakan pakde. hmmm.."

Aku kini kembali dihajar secara habis-habisan dengan permainan pakde, aku ingin menolak persetubuhan kami. tapi tubuh dan otakku malah sebaliknya.

Beberapa menit Pakde terus memicu penisnya, aku dapat merasakan tanda-tanda pakde akan kembali klimaks.

"aaahh, rin.. pakde mau keluar aahh, kontol pakde sudah ndak tahan.. hah.."

Pakde menyemburkan cairan spermanya dengan dorongan keras kedalam, aku dapat merasakan cairan hangat yang mengalir di dalam kemaluanku. Setelah Cairan sperma milik Pakde keluar, Pakde lalu mencabut penisnya yang sudah lemas.

Pakde duduk tepat disampingku, sambil memperbaiki deru nafasnya. Dia terus menatapiku yang tergolek lemas, akibat dari perlakuannya.

Sesaat kami terdiam, lalu Pakde mendekat dan menunduk. Pakde melumat bibirku kembali, dia menciumiku dengan nafsu. Bibirnya kembali menghisap bibirku. Bahkan bibirku dengan gemas digigitinya.

"Muach, muachh., slurpp., muach, muachh., muachh. slurppp.."

Pakde kini telah berada diatas tubuhku, sambil menciumku dengan kedua tangannya merangkul leherku dan dijadikan sebagai bantalan.

"slurpp, muachh. rin, janji jangan tinggalin pakde."

Ucap Pakde Yono yang masih sibuk menciumi bibirku dan seluruh wajahku. Aku hanya terdiam, aku juga tidak mengerti kenapa hatiku tak ingin lari, dan bahkan hanya berdiam diri saat Pakde sendiri menggauliku.

"aahhh, sshhh hentikan pakde.. mmmmhhh.."

Pakde menyesap putingku kembali, dia menyedot seperti bayi yang kehausan.

"slurpp, katakan. kamu ndak bakalan ninggalin pakde. ayoo rin..""
"aakhhh, mhhh.. iyahh., udah pakdeh.. akhh.."

Pakde seperti tuli, kami berdua kembali melanjutkan aktivitas seks kami seperti kemarin.

PAKDEWhere stories live. Discover now