Chapter 4

115 10 0
                                    


"Pov Vai"

previously..

    Sesampainya mereka di dalam kamar Dera, Dera membaringkan Vai dengan lembut, dia seperti sangat menyayangi sahabat barunya itu. Mereka berdua tidur sekasur, sebelah kanan tempat Vai dan sebelah kiri untuk Dera. Dera menarik selimut yang masih tertata rapi di bawah mereka, menyelimuti semua tubuhnya dan Vai. Vai sangat lucu dengan wajah tidurnya, dan hal itu membuat Dera sedikit tersipu dan terkikik.

"Selamat tidur, Vai."









...




















      Mataku merasakan sesuatu yang berusaha masuk ke dalamnya. Sinar yang menyilaukan pandanganku, membuatku terbangun dan bangkit dari tidur panjangku. Aku sama sekali tidak tahu mengapa kepalaku terus terbayang-bayang oleh kata itu.

"Selamat tidur, Vai."

Aku mulai berusaha mengingat semua apa yang terjadi semalam,ah.. momen-momen yang sangat menyenangkan. Mataku mengalihkan pandangannya ke samping tubuhku, terlihat seorang gadis yang sangat cantik yang masih tertidur lelap.

"Ka–maksudnya..Dera?" Panggilku.

"Der, bangun. Udah pagi." Berusaha menggoyangkan bahunya.

  Kemudian gadis itu terbangun, mendebarkan detak jantungku dengan cepat. Aku tidak bisa berpikir jernih saat melihat wajahnya yang terpapar sinar matahari, wajahnya bersinar bagaikan berlian, dan..dan rona merah yang muncul di kedua pipinya membuatku ingin mengusapnya dengan kedua ibu jariku.

"Mmm..cepet banget paginya njir." keluhnya sambil menggaruk matanya.

"Ahh, um..lo dah keringin baju kita?" Tanyaku.

"Iya. Ehh, kita harus cepet-cepet ke sekolah. Gue ngak mau terlambat ikut mpls."

"Bukannya osis doang yang bisa ikut?"

"Gue osis anjay!" Serunya. Dia mulai bangkit dari kasur, kemudian membuka pintu kamarnya.

"Vai! Cepetan! Bengang-bengong dari tadi. Mikirin apa sih?"

"Eh, iya. Sorry hehe." Jawabku sambil tersenyum canggung, dan mengikuti langkahnya dengan pelan-pelan.

Kemudian pandanganku tertuju pada seorang wanita parubaya yang sedang menyiapkan hidangan pagi itu.

"Pagi mah." Sapa Dera.

"Pagi sayang. Omong-omong motor balap yang diluar itu punya siapa? Trus motor kamu dimana?" Tanya wanita itu.

"Eh..itu motor bestieku, tuh dia. *sambil menunjuk ke arahku* Dia yang anter aku ke rumah pas ujan-ujan. Dan soal motorku..um..masuk bengkel mah, heheh." Jawabnya sambil terkikik.

"Hahah, maklumi saja nak, motor abangmu itu udah tua, udah banyak penyakitnya." Balas ibunya yang ikut terkikik.

"Eh, mah, noh kenalan dong sama sahabatku. Mah, ini Vai dan Vai, ini mama."

"Salam kenal ya nak." Ujar wanita itu dengan lembut.

"Hehe, iya tan salam kenal juga." Balasku.

...

   Singkat cerita, Aku dan Dera sampai di sekolah dengan memakai motor kesayanganku. Aku mengambil tempat duduk yang sangat jauh dari tempat duduknya. Katanya, gadis itu akan mengisi acara hari ini, Jadi aku terus memperhatikan sampai acara ini selesai.

Suaranya sangat indah saat melontarkan kata-kata dari mulutnya, postur tubuh yang sesuai sebagai seorang pembawa acara membuatnya begitu percaya diri di depan mereka.
Dan tampilnya seperti seorang putri kerajaan yang sedang membawakan pidato yang begitu tertata rapi oleh ucapannya. Aku tidak bisa memalingkan pandanganku dan pikiranku begitu saja. Sangat sulit untuk berpaling darinya. Jantungku mulai berdebar kencang dengan keanggunannya.

Here with me - GLWhere stories live. Discover now