Chapter 10

75 8 0
                                    

previously..

"Hmn, mau mama bilangin pak Asep nganterin kamu ke sekolah?"

"Boleh ma, makasih." ucapku dengan nada sedikit dingin.

"Anything for you, sweetie. Yaudah, dimakan sarapannya ya?"

Aku mulai menyantap santapan pagi itu tanpa kegembiraan. Semoga saja hari ini tidak ada sesuatu yang akan menimpaku di sekolah.





























• • •




































Vai duduk di kursi belakang mobil, menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Supirnya mengemudikan mobil dengan hati-hati, mengingatkan Vai untuk memakai sabuk pengaman.

"Mbak, mau pakde anter sampai kelas ntar?" Tawar pak Asep dengan sedikit bercanda.

"Haha, Vai ngak lumpuh lho pak cuman luka di tangan aja. Vai bisa sendiri kok."

"Yowes, pakde cuman mastiin aja kalo mbak ngak bisa to."

Sesampainya di sekolah, Vai turun dari mobil dengan hati-hati, merasa tidak nyaman karena kedua tangannya masih terbalut perban. Tidak lupa memberi terima kasih dan pamit pada supirnya. Dia berjalan menuju kelasnya, melihat suasana kelas cukup membisingkan telinganya.

Pelajaran penjas hari itu adalah praktek bermain bola basket. Vai bergabung dengan teman-temannya, tetapi dia tidak bisa berpartisipasi aktif seperti biasa karena kondisi tangannya.

Karena takut ia akan merasa bosan, Vai memilih untuk membaca novel yang ia bawa dari rumah. Di tengah-tengah praktek, seorang gadis cantik mendekati Vai dengan langkah ringan.

"Lo baca novel apa?" Tanya gadis itu yang sedang menghampirinya.

Vai menoleh ke arahnya dengan sedikit kebingungan. Gadis itu tersenyum ramah kepadanya.

"Anak rembulan." Jawab Vai.

"Wahh, sama dong, gue juga suka baca novel yang bergenre misteri gitu. Sekarang sih lagi baca novel Ivana Van Dijk."

"Ohh-"

"Ehh btw gue Catly." lanjut gadis itu sambil mengulurkan tangan.

Vai menyambut uluran tangan Catly dengan senyum tipis, berusaha untuk menahan sedikit rasa sakit saat bersentuhan dengan tangan gadis itu. "Vai." ucapnya singkat, kembali tanpa ekspresi.

"Tangannnya kenapa di perban?" tanya Catly dengan penuh kebaikan hati.

Vai merasa sedikit tidak nyaman dengan pertanyaan tersebut, dan tatapannya sedikit dingin.

"Ini luka biasa, ngak perlu tahu." jawabnya singkat, mulai meneruskan membaca novel yang di pegangnya.

Catly merasakan ketegangan dalam mendengar respons Vai, tetapi dia mencoba untuk tidak ambil pusing.

"Hmn, kalau boleh tau yang lo baca itu volume duanya ya?"

"Ya." Ucapnya lalu menunjukkan sampul novel tersebut.

Here with me - GLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang