Who is that?

758 50 6
                                    

Pamela berbalik dan mengepalkan tangannya erat, gadis itu hendak membuka mulutnya tetapi suara tangisan Syifa membuat bibir Pamela kembali menutup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pamela berbalik dan mengepalkan tangannya erat, gadis itu hendak membuka mulutnya tetapi suara tangisan Syifa membuat bibir Pamela kembali menutup.

"Tidur, Mel. Gak usah aneh-aneh buat dateng ke bar dan mabuk-mabukan lagi," ucap Raden memecah keheningan diantara keduanya, lelaki itu pun berbalik dan menghampiri kamarnya—di mana Syifa dan Yesha berada.

Pamela yang merasa kebingungan akhirnya hanya memencet tombol darurat di ponselnya, setelah itu ia mengikuti Raden masuk ke kamar dan ikut menenangkan Syifa yang tengah menangis.

"Need some help?" bisik Pamela pelan, ia bisa melihat Raden yang cukup kerepotan karena Yesha pun mulai bangun dan ikut menangis.

Raden berbalik dan menatap Pamela, Syifa yang berada digendongan Raden melihat Pamela menghampirinya pun langsung mengulurkan tangannya—meminta sang gadis untuk menggendong bocah cilik itu.

Pamela dengan sigap langsung mengambil alih Syifa dari gendongan Raden, gadis itu menepuk-nepuk bokong Syifa dan menenangkan sang bocah cilik.

Sedangkan Raden kini tengah menenangkan Yesha dan ikut menepuk-nepuk bokong sang bocah agar kembali tertidur.

Namun, di luar dugaan keduanya, tiba-tiba saja Syifa memegang dada Pamela dan hendak membuka kancing baju gadis itu, ia bahkan berteriak seraya menepuk-nepuk dada Pamela. "Nenen, nenen."

Keduanya saling bertatapan dan kecanggungan kembali menghampiri mereka, hingga akhirnya Raden lah yang mengalihkan pandangannya ke arah lain.

'Sialan! Mata gue hampir aja turun ke bawah buat ngeliat ... ah brngsk! Kenapa otak gue jadi kotor gini, sih, anj! Asi! Maksudnya pengen asi! Gue malah, argh!' batin Raden gusar, matanya berkeliaran ke sembarang arah.

Lelaki itu pun berdeham untuk mengusir kecanggungan diantara keduanya. "Om angetin susu punya Syifa aja ya? Sebentar. Bentar, Mel, gue angetin botol asip yang udah Bilqis siapin."

Dengan gerakan kilat, Raden bergegas meninggalkan Pamela yang masih menggendong Syifa di dalam kamar. Bukannya merasa kesal karena ditinggal sendirian ditemani tangisan si kembar, tetapi Pamela malah terus tersenyum seraya menggigit bibir bawahnya.

"Jadi seperti ini ya rasanya kalau aku dan Raden punya baby, hehehe," bisik sang gadis tersenyum malu.

●●●

Pagi harinya seperti keluarga kecil yang berbahagia, apartemen yang sepi itu kini masih dipenuhi suara tawa serta teriakan bocah cilik.

Tidak seperti kemarin, Pamela serta Raden sudah lumayan terbiasa dengan tingkah absurd si kembar. Meskipun lelah, tetapi ada rasa menyenangkan yang sulit dijabarkan dengan kata-kata.

Hari ini, mama Leliana dan papa Adnan telah landing di bandara Soekarno-Hatta, mereka bergegas mengambil penerbangan paling cepat untuk pulang dan menjenguk Sean, serta kembali menjaga kedua cucu kesayangannya itu.

RoommateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang