Bab 17

104K 1.2K 45
                                    

****

Tangan kiri Boy merangkul pinggang Baby, sedangkan ditangan kanannya membawa tiga buah paperbag yang mana didalamnya berisi baju miliknya dan sang kekasih. Keduanya berjalan bersisian keluar dari sebuah toko pakaian setelah mendapatkan apa yang mereka cari.

Tadi sepulang bekerja mereka memang sengaja mampir ke salah satu mall mencari baju yang akan mereka gunakan untuk menghadiri pernikahan Satria minggu depan.

Untuk Baby ia memilih sebuah dress berwarna biru muda, sesuai dress code yang ada. Sedangkan Boy setelan jas kemeja berwarna grey, dress code untuk pria. Baby juga sengaja memilihkan sebuah dasi yang warnanya senada dengan dress yang ia pilih agar mereka semakin terlihat serasi.

Selain itu Baby sekalian membeli beberapa pakaian kerja. Selagi pergi bersama Boy, Baby tak perlu khawatir ia akan kalap berbelanja. Ada Boy yang dengan senang hati membayar semua belanjaanya.

"Mau beli?" Tanya Boy, saat mereka melewati toko yang menjual berbagai macam pakaian dalam.

"Enggak, nanti gue sendiri, aja" balas Baby, menarik tangan Boy untuk mempercepat langkah mereka mencari makan. Perut Baby sudah sangat kelaparan minta segera diisi.

"Kenapa, malu? gue udah liat semuanya ini" ucap Boy, dengan seringainya. Baby hanya balas dengan menepuk dada kekasihnya itu lumayan kencang.

Toko yang Boy maksud lebih banyak menjual pakaian dalam perempuan dan suasana di dalam terlihat ramai. Sebelumnya Baby biasa membeli pakaian dalam hanya bersama Bundanya. Sebenarnya selain malu, Baby juga takut membuat Boy atau pengunjung di dalam sana merasa risih jika mengajak Boy masuk ke dalam.

Setelah tadi cukup kebingungan ingin makan apa, kini keduanya duduk disebuah restoran jepang. Sambil menunggu pesanan mereka tiba Baby meminjam ponsel Boy untuk menghubungi keluarganya jika ia mungkin akan pulang ke apartemen saja. Baby menggunakan ponsel Boy karena ponsel miliknya mati kehabisan batrai.

Setelah mengirim pesan kepada Papa dan Bundanya, Baby tak segera mengembalikan ponsel yang ia pegang kepada sang pemilik. Baby melirik ke arah Boy yang terlihat sedang membaca buku menu.

Baby tahu ponsel yang saat ini ia pegang adalah ponsel pribadi milik Boy, tidak Boy campur dengan urusan pekerjaan jadi yang mengetahui nomornya ini hanya orang-orang terdekat saja. Tapi, saat melihat aplikasi berkirim pesan, ada banyak sekali pesan masuk dari nomor yang tidak tersimpan yang setelah Baby cek kebanyakan atau bahkan hampir semua dikirim dari nomor perempuan.

Jari tangan Baby terus menggulir layar ponsel Boy, ada banyak sekali pesan masuk. Tapi, memang lebih banyak yang tak pernah Boy buka sama sekali.

"Rame banget, kaya kos-kosan cewek" sindir Baby, sambil melirik Boy yang ternyata juga kini sedang menatapnya.

"Blokir aja kalo emang lo gak suka" ucap Boy santai, ia langsung mengerti apa maksud ucapan kekasihnya itu.

Dalam hati Baby mencibir pelan, akan sangat buang-buang waktu jika Baby memblokir dan menghapus satu persatu nomor tersebut. Baby memiliki cara lain yang mungkin lebih efektif.

Baby pindah duduk di kursi yang ada disebelah Boy. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Boy lalu mulai membuka aplikasi kamera. Mengerti apa maksud Baby, tangan Boy merangkul bahu kekasihnya itu agar semakin merapat.

Keduanya sama-sama tersenyum ke arah kamera dan Baby mulai mengambil gambar mereka dengan berbagai macam gaya. Bahkan ada satu foto Boy ketika laki-laki itu mengecup bibir Baby, beruntungnya mereka duduk di meja paling pojok jadi tidak terlalu menarik perhatian sekitar.

Untuk yang terakhir Baby meraih tangan kanan Boy untuk ia genggam. Boy balas menggenggam tangan Baby masuk dalam genggaman tangannya yang besar. Lalu Baby mulai mengambil gambar tangan mereka yang saling bertaut.

Baby menyudahinya bersamaan dengan pesanan mereka yang akhirnya tiba. Namun, Baby mengabaikan sejenak makanannya dan lebih memilih melihat-lihat foto yang sudah mereka ambil. Ada banyak sekali foto dan Baby kebingungan mana yang akan ia upload di sosial media. Belum lagi foto-foto lain mereka berdua yang sudah ada di ponsel Boy, semuanya terlihat bagus.

"Makan dulu, sayang!" Ucap Boy, dengan mulut penuh makanan. Ia melihat Baby malah lebih tertarik dengan ponselnya padahal Baby yang sejak tadi mengeluh lapar.

"Gue upload, boleh?" Tanya Baby mengabaikan ucapan Boy sebelumnya. Tanpa banyak berpikir Boy langsung menganggukinya.

"Di sosmed lo?" Lagi-lagi Boy hanya balas dengan anggukan kepala. Ia makan sambil melihat bagaimana wajah Baby yang saat ini terlihat sangat bahagia. Melihatnya Boy juga ikut tersenyum.

"Iya sayang, silakan" balas Boy, apapun asal kekasihnya itu bahagia.

"Lo marah enggak? Nanti cewek lo kabur semua"

"Cewek gue 'kan cuma lo, sayang" ujar Boy, dengan gemas mengelus pipi sang kekasih.

Karena Baby terlihat masih sibuk dengan ponselnya, Boy berinisiatif menyuapi kekasihnya itu. Menggunakan sumpit yang sama dengannya, Boy meraih sebuah sushi lalu ia suapkan ke mulut Baby.

Baby tak menolak, ia membuka mulutnya menerima suapan demi suapan yang Boy berikan.

Terlihat Baby tersenyum dengan puasnya melihat sosial media milik Boy yang awalnya kosong kini penuh dengan foto kebersamaan mereka.

"Lo tau, lo yang sekarang itu makin gemesin. Bikin gue jadi tambah nafsu" aku Boy. Mendengar kalimat terakhir yang Boy ucapkan Baby hanya mereponnya dengan delikan mata jengah.

"Nanti di apartemen lo main sebentar ya, gue enggak kuat"

"Emang kapan lo kuat" Boy hanya balas dengan kekehan seraknya, jika tidak ingat ini tempat umum sudah habis bibir kekasihnya itu ia cium.

****

Dengan riasan sederhana di wajah dan sanggulan kecil dikepala hasil dari tangan ahli sang Bunda, hari ini Baby terlihat sedikit berbeda dari biasanya. Dress biru muda dengan belahan dada yang lumayan rendah membuat Boy mati-matian menahan diri untuk tidak mengajak Baby pulang sekarang juga.

Malam ini Baby terlihat sangat cantik. Boy melihat beberapa pasang mata menoleh 2 kali setelah melihat Baby. Boy sampai pusing dibuatnya. Apalagi ketika Boy mau tak mau harus mengenalkan Baby kepada teman-teman kuliahnya yang hadir dipernikahan Satria. Boy tidak suka melihat bagaimana teman-teman laki-lakinya menatap Baby penuh minat. Sebagai laki-laki Boy tentu tahu apa yang ada dalam pikiran mereka.

Maka dari itu sejak tadi Boy tak membiarkan Baby menjauh dari sisinya. Tangan laki-laki itu terus merangkul pinggang Baby posesif, menunjukan pada setiap pasang mata jika Baby miliknya.

Namun, yang membuat Boy semakin tak suka Baby malah terlihat nyaman mengobrol dengan teman-temannya. Obrolan mengalir begitu saja. Baby seakan tak menyadari tatapan penuh minat yang para lelaki berikan.

Tak mau membuat Baby semakin lama mendapatkan tatapan lapar dari teman-temannya, Boy mengajak Baby menjauh dari keramaian. Duduk di pojok ruangan yang sedikit lebih gelap.

"Haus"

"Gue ambilin minum sebentar!" Baby duduk menunggu sambil tatapannya tak lepas menatap pada pelaminan, disana terlihat masih banyak antrian orang-orang yang akan bersalaman. Melihatnya saja Baby sudah bisa merasakan bagaimana lelah yang pengantin rasakan. Baby jadi mulai berpikir di pernikahannya nanti mungkin ia tak mau mengundang banyak orang. Asalkan orang-orang terdekatnya berkumpul, Baby rasa itu semua sudah cukup.

Tak lama Baby melihat Boy berjalan menghampirinya sambil membawa dua gelas minuman ditangannya.

"Thanks"

Baby baru menerima gelas yang Boy berikan saat ada tangan lain yang merebutnya. Semuanya terlalu cepat, Baby yang masih diam karena terkejut semakin dibuat terdiam mematung saat air berwarna orange di dalam gelas disiram dengan kasar ke arah wajahnya, hingga kini wajah rambut dan dress yang ia pakai basah oleh cairan manis tersebut.

"Sialan!"

*****

Sebelum masuk konflik sengaja dibikin banyak adegan manisnya wkwk

Kalo rame lanjut part selanjutnya

Baby Boy [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang