chapter 05.

5.7K 327 23
                                    

halo semuanya, selamat membaca cerita abal-abal ini ya semoga kalian suka. Jangan lupa vote dan komen

happy reading

###

Gilang tengah duduk di ruang milik dokter Rizal karena bosan di kamar dia jadi terdampar disini melihat ruangan berwarna putih dengan bosan, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam tapi bukannya istirahat Gilang malah berkeliaran.

"Bosen banget bangke" Gilang merebahkan dirinya di sofa panjang yang ada di ruangan itu dia sudah bosan bermain game di ponselnya.

Gilang benar-benar tidak tahan dengan suasana sepi seperti ini, tidak ada orang yang bisa di ajak berbicara bisa membuatnya mati dengan cepat. Dia ingin kembali ke kamar tapi tidak berani melewati lorong sendirian meski masih ada dokter dan perawat yang berjaga tapi jika sudah di ruang rawat inap pasti sepi.

Kejadian dimana dia bertemu hantu penunggu rumah sakit membuatnya jadi tidak berani berkeliaran sendirian saat malam. Kejadian itu sekitar tiga tahun lalu Gilang di rawat karena asam lambungnya kambuh lagi dan saat itu sedang covid jadi banyak pasien.

Suara sirine ambulance sering terdengar karena korban covid banyak yang berdatangan ke rumah sakit, Gilang yang waktu itu infusnya habis keluar untuk memanggil perawat padahal bisa saja memanggil lewat telepon.

Saat keluar dia melihat perawat yang berjalan sendiri di lorong tidak berpikiran negatif Gilang mengatakan jika infusnya habis dan harus di ganti, perawat itu cukup aneh karena berwajah datar tanpa ekspresi sedikit pun dan hanya mengatakan untuk kembali ke kamar karena dia harus mengambil infus terlebih dahulu.

Gilang kembali dan semuanya tidak ada yang aneh infusnya sudah di ganti sampai akhirnya Rizal kembali untuk melihat keadaannya. Gilang yang waktu itu tidak tau siapa perawat berseragam merah yang membantunya mengganti infus.

Rizal tidak tau siapa yang dimaksud menanyakan ciri-cirinya karena perawat di rumah sakit ini tidak memakai seragam merah melainkan memakai seragam berwarna biru, khawatir jika itu orang iseng dan malah melakukan malapraktik pada Gilang meski hanya cairan infus tapi bisa berbahaya jika dicampur dengan obat yang tidak jelas.

Tapi setelah di lakukan pemeriksaan tidak ada yang salah infusnya masih aman dan keadaan tubuh Gilang yang tidak menurun membuat Rizal merasa lega dan mengingat tenang satu urban legend rumah sakit tentang perawat hantu yang sering membantu pasien.

Gilang masih ingat betul se-horor apa suasana malam itu suara sirine ambulance yang sering terdengar dan penjelasan Rizal mengenai seragam perawat yang seharusnya berwarna biru dan tidak ada yang berwarna merah selain seragam lama yang tidak di gunakan lagi.

Setelah kejadian itu Gilang tidak pernah keluar malam dan minta untuk di temani sampai tertidur pulas, meski hantu itu tidak menyeramkan dan justru baik membantunya Gilang tetap takut karena bukan manusia.

Meski tidak seperti adegan horor di film yang dimana hantunya akan memiliki wujud seram yang suka menarik kaki, menepuk pundak dan memeluk dari bawah ranjang saat tidur tetap saja yang namanya hantu pasti menyeramkan.

"Aaaaa" Gilang berteriak histeris saat pundaknya di tepuk "bangke pak dokter kenapa gak ada suaranya sih" Gilang langsung lemas di sofa saat melihat ternyata Rizal yang menepuk pundaknya.

"Kamu kenapa-kenapa di panggil gak nyaut terus langsung teriak-teriak" Rizal sejujurnya ikut terlonjak kaget saat Gilang berteriak seperti tadi tapi sebisa mungkin tidak ikut berteriak juga.

"Pak dokter yang buat kaget" Gilang menaikkan nada bicaranya karena merasa kesal sekaligus tidak terima dimarahi.

"Jangan teriak-teriak ini sudah malam nanti ganggu pasien yang istirahat" Rizal tidak ingin mendapat teguran karena membuat keributan di malam hari dan menunggu istirahat pasien "lagian kamu ini pasien kenapa masih di sini bukannya istirahat" Rizal sepertinya sudah mengatakan jika sudah malam harus kembali di ruang inapnya.

"Gue gak berani balik pak dokter takut ketemu hantu" Gilang cemberut sebenarnya ingin pergi tapi rasa takutnya benar-benar menguasai pikirannya.

Rizal hanya bisa menghela nafas "Ayo saya antar" Gilang masih takut jika harus melewati lorong rumah sakit sendirian padahal sudah lama sekali kejadiannya "kamu kenapa takut sama hantu Erna, dia kan baik gak masang wajah seram" Rizal masih tidak paham kenapa Gilang masih takut padahal pasien lain yang pernah ketemu hantu perawat itu pasti langsung melupakannya.

"Pak dokter jangan sebut namanya nanti kalo dia dateng gimana" Gilang merengek sambil memeluk lengan kekar Rizal.

"Nanti saya suruh dia jaga kamu"

"Aaaaa pak dokter" Rizal hanya tertawa mendengar rengekan Gilang

Tawa yang membuat Gilang terpesona karena saat tertawa Rizal jadi semakin tampan meski saat diam juga terlihat tampan hanya saja saat ini Rizal jadi lebih bisa didekati.

Pesona dokter muda ini benar-benar kuat bahkan saat visit tidak jarang ada yang mengatakan perasaannya meski tidak semuanya serius tapi Rizal jadi dokter favorit semua pasien.

"Ini udah malam jadi tidur sekarang" Rizal membenahi selimut Gilang "kamu gak tidur nanti di temenin suster Erna" Rizal ingin pergi ke ruangannya tapi di tahan Gilang.

"Pak dokter udah buat gue takut jadi harus nemenin gue" Gilang memasang wajah memelas berharap jika dokter Rizal luluh.

"Gak ada hantu jadi jangan takut" Rizal sedikit menyesal karena sudah menakuti Gilang dengan hantu rumah sakit.

"Gak peduli pokoknya gue takut dan itu gara-gara pak dokter" Gilang tetap tidak melepaskan tangan Rizal "pak dokter harus temenin gue sampai tidur kalo capek duduk pak dokter bisa tiduran di sini" Gilang menggeser badannya menyisakan sedikit space di ranjang rumah sakit.

Rizal tidak tega melihat Gilang yang memelas akhirnya melepas jas putih nya dan ikut berbaring di samping Gilang, jujur saja ranjang ini terasa sempit hingga tubuh keduanya tidak ada jarak sama sekali.

"Ayo tidur saya harus balik kerja lagi" Rizal mengelus punggung Gilang agar lebih cepat tertidur dan dia bisa kembali bekerja.

Gilang menyamakan dirinya di pelukan Rizal dan mulai memejamkan matanya elusan di punggungnya membuat nyaman dan lebih cepat terlelap selain perasaan nyaman dan hangatnya tubuh Rizal.

Rizal memandang wajah tampan dan manis milik Gilang tangan yang awalnya mengelus punggung kini berpindah memainkan rambut Gilang. Rasanya benar-benar sayang dengan pemuda ini tapi Rizal tidak berani mengatakannya secara langsung karena takut di tolak.

Gilang itu straight dan bisa di bilang playboy karena sering bergonta-ganti pacar jelas semuanya perempuan tidak ada yang laki-laki matang seperti dirinya selain itu perbedaan usia yang cukup jauh membuat Rizal ragu.

Dia tidak ingin jika tertolak dan hubungan keduanya jadi canggung, mungkin awalnya Rizal mengaggap Gilang sebagai pasien yang aneh karena sering mengajukan pertanyaan random setiap kali dia visit.

Tapi perasaan terganggu dan tidak nyaman itu perlahan hilang dan Rizal mengakui jika tidak mendengar pertanyaan itu rasanya aneh sekali dan secara tidak sadar dia akan khawatir pada Gilang.

Bagi Rizal, Gilang yang mengajukan pertanyaan aneh itu adalah normal sedangkan saat dia serius pasti tengah tertekan memikirkan sesuatu. Meski kebanyakan Gilang sering bertanya hal random, mungkin itu caranya untuk tidak terlalu stress karena memikirkan tesis dan laporan praktek.

Rizal paham jika jam praktek mahasiswa teknik itu lebih banyak dari mahasiswa kedokteran ya meski saat kuliah dulu dia pernah tidak tidur selama 32 jam karena belajar untuk praktek.

###

TBC

Love DiagonosisWhere stories live. Discover now