Lima

44.8K 350 8
                                    

Terimakasih untuk yang sudah memberikan vote dan saran. Author akan berusaha membuat karya yang lebih baik dengan saran yang kalian berikan. Jadi jangan lupa komen yaa ;)

Happy Reading!



Mereka memasuki apartement mewah dengan tema klasik tersebut dalam keadaan Kaila yang lemas di pelukan Budi. Pria itu dengan perlahan menidurkan Kaila di ranjang king size kamar utama apartement tersebut.

Setelah meletakkan Kaila, Budi pergi ke dapur untuk mengambil air putih hangat. Dia merasa sedikit kasihan dengan keadaan Kaila saat ini. Wanita itu sangat lemas.

Hal itu membuat Budi mau tidak mau harus menahan hasratnya. Dia bukan pria bejat yang hanya memikirkan kepuasannya sendiri. 2 hari ini dia bertingkah seperti itu karena sudah lama sekali dia tidak melakukan hubungan seks dengan siapapun.

Memasuki kamar, Budi tidak melihat keberadaan Kaila. Dia mendengar suara slush toilet yang cukup berisik. Wanita itu sedang berada di dalam sana.

Cklek

"Bapak?" Kaila bertanya sembari tangannya menutup kembali pintu kamar mandi.

"Ini, minum air hangat terlebih dahulu biar perutmu nyaman." Budi menyodorkan segelas air hangat pada Kaila.

Kaila menerima air tersebut. Sejak dari mobil tadi dia setengah sadar, sehingga saat ditinggal Budi keluar kamar dia juga tidak tau.

"Terimakasih, pak." Kaila duduk dan meminum air tersebut.

Budi menatap intens Kaila. Wanita itu tampak selalu menarik dari segi manapun. Benarkah dia sedang mengalami puber kedua hingga bisa tertarik pada gadis yang berjarak usia hampir 23 tahun dengannya.

Bahkan dia sangat yakin ibu Kaila pasti berumur tidak jauh darinya. Tapi demi tuhan Kaila terlihat sangat dewasa. Apalagi setelah dia mengambil keperawanan gadis itu. Kaila sama sekali tidak terlihat seperti gadis berusia 21 tahun.

"Eng, pak saya lupa gak bawa pil penunda kehamilannya. Saya baru mulai pakai kontrasepsi suntik rutin bulan depan. Jadi untuk sementara saya diberi pil penunda kehamilan darurat. Tetapi kemarin dokter bilang juga tidak baik jika terus menerus meminum pil itu. Kalau bisa pakai pengaman saja waktu melakukan hubungan. Apakah bapak keberatan?" Kaila bertanya setelah meminum setengah isi gelasnya.

Budi mendudukan dirinya di sofa samping ranjang. Posisinya berhadapan dengan Kaila. Pria itu membenarkan rambut Kaila yang berantakan ke depan.

"Gapapa, saya sebenarnya selalu sedia kondom. Tapi kadang karena terburu saya lupa untuk menggunakannya. Saya juga tidak tega jika kamu harus minum pil terus menerus. Lalu, sejak kemarin apa yang kamu rasakan setelah minum pil tersebut?" Budi berbicara dengan kedua tangannya yang memegang tangan Kaila.

"Jujur perut saya rasanya nggak nyaman. Dan ada rasa mual yang membuat saya takut kalau beneran kebobolan." Kaila menggigit bibir bawahnya.

"Sudah saya bilang jangan digigit lagi." Tangan Budi terulur membuka bibir Kaila.

Tubuh wanita itu menegang. Dia selalu merasakan hal yang sama saat tangan pria itu menyentuh bagian tubuhnya yang sensitif.

"Kalau gitu kamu tidak perlu meminum pil itu lagi sampai nanti suntik kontrasepsimu dilaksanakan. Saya akan menggunakan kondom saat berhubungan. Tetapi kita beri jeda dulu hubungan seksual kita. Saya kasihan sama kamu. Bagaimana dengan 3 hari?" Budi menawarkan opsi.

"Maksud bapak kita tidak akan berhubungan sampai 3 hari kedepan?" Kaila memperjelas ucapan Budi.

"Yaa." Budi menjawab sambil lalu.

"Bahkan untuk oral sekalipun?" Kaila masih bertanya.

"Iyaa, Kaila. Saya ini bukan maniac sex. Saya juga memikirkan kepuasan pasangan." Budi menegaskan ucapannya.

Internship with BenefitWhere stories live. Discover now