5 || Impulsif

881 154 68
                                    

| 5 |

IMPULSIF



SAAT BERDIRI BERSEBELAHAN, Jihan menyadari bahwa Rendra agak tinggi. Lebih tinggi darinya, tapi tidak sampai membuat Jihan harus mendongak tinggi untuk menatap wajah pria itu. Mungkin karena Jihan sedang memakai sepatu hak tinggi, jadi mudah baginya untuk menoleh dan langsung kontak mata dengan Rendra, lebih eye-level.

Jihan berusaha menjaga ekspresinya agar tetap biasa aja. Kemarin saat melihat wajah Rendra, dia menyadari bahwa pria ini cukup tampan. Tapi sekarang saat melihat Rendra dengan pakaian kasual yang pas badan, pesonanya jadi bertambah beberapa kali lipat. Karena Rendra memakai kaus putih lengan pendek, Jihan juga jadi baru tahu bahwa pria ini punya tato di leher dan di lengan. Sebab kemarin, Rendra mengenakan pakaian menutup seluruh tubuh kecuali kepala.

Mereka berjalan menuju tempat parkir di dekat kafe. Melihat mobil yang berbunyi oleh remote mobil yang dibawa Rendra, Jihan langsung bertanya, "Kamu suka model mobil vintage begini?"

"Enggak, biasa aja," ujar Rendra. "Ini mobil temen gue. Ayo masuk."

Jihan mengikuti. Dia duduk di jok samping kemudi, lalu merasakan sesuatu yang mengganjal di dudukannya. Dia pun berbalik badan untuk mencari apa yang mengganjal. Rendra tak sempat melihatnya karena fokus mengeluarkan mobil dari parkiran.

Kemudian, Jihan bersuara, "Ini celana dalam siapa?"

"Hah?" Rendra langsung menoleh, lalu menganga melihat celana dalam berenda warna ungu yang jelas bukan miliknya. Rendra mengerang dan rasanya ingin berteriak.

ANJEENGGG LORENT!

"I'm so sorry, Jihan. Ini mobil temen gue," ujar Rendra terburu-buru. "Itu pasti celana dalam pacar dia."

Jihan mengangkat satu alis, lalu membuka laci dasbor untuk memasukkan celana dalam itu. "Kumasukin di sana ya."

"Iya, singkirin aja. Maaf, ya."

Untuk menjaga higienitas, Jihan memakai cairan sanitasi dari dalam tasnya. Setelah beberapa saat, dia bertanya, "Kenapa pinjem mobil temanmu?"

"Ehh, soalnya gue nggak ada mobil." Rendra berdeham. "Gue sekosan sama temen gue ini. Kebetulan pas gue mau berangkat ketemu lo, dia tahu gue mau nge-date, terus minjemin mobilnya karena gue niatnya mau bawa motor. Jaga-jaga kalau lo nggak suka tempat tadi terus mau pindah, jaga-jaga kalau lo pakai rok pendek atau dress, dan ngobrol di mobil bisa lebih privat. Omongan dia ada benernya juga. Lebih nyaman dan aman nge-date pakai mobil."

"Hm, itu nggak salah. Tapi, aku nggak keberatan naik motor. Kita juga bisa naik taksi online."

"Kalau pakai taksi online, agak sulit buat ngobrol hal-hal yang nggak sebaiknya didengar orang lain. Pasti nggak akan leluasa membicarakan apa yang terjadi dua hari lalu."

"Benar juga." Jihan lalu tertawa kecil. "I think you are kinda cute."

Rendra langsung membatu, mengerjap-ngerjap, melirik Jihan untuk mengecek ekspresi gadis itu, lalu menemukan wajah Jihan yang tersenyum geli. Matanya kembali menatap jalanan. Kemudian dia berdeham. "Gimana? Apa yang cute?"

"Kamu ada usaha untuk bikin aku nyaman. I think it's cute."

"Oh...." Rendra agak bingung kenapa hal itu dianggap manis. Dia pikir, memikirkan kenyamanan perempuan yang jadi teman kencannya adalah hal wajar. "Tapi, Jihan, itu kan, semacam hal yang memang seharusnya dilakukan pas kencan. Bikin kencannya menyenangkan, asik, bikin ceweknya merasa aman dan nyaman, itu semua udah sewajarnya dilakukan cowok."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 28 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tumbuh dalam Runtuh (CindeRendra)Where stories live. Discover now