🍂Part 21

6.1K 761 407
                                    

°Selamat membaca 📖°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°Selamat membaca 📖°

"Kau tidak penasaran dengan apa yang ku lakukan tadi?"

"......"

Tak mendapat respon apapun pria itu merendahkan tubuh, meletakkan dagunya pada bahu sempit gadis itu. Tangannya tak tinggal diam, kedua tangan kekar itu kini sudah bergerak membalut perut rata Adrea. Tindakannya itu berhasil membuat gadis dipelukannya terkesiap dan spontan menoleh sehingga tanpa sengaja pipi keduanya bersentuhan.

Terkejut. Adrea buru-buru memalingkan wajah dengan ekspresi pongah. Jangan tanyakan bagaimana kondisi jantung Adrea didalam sana. Sungguh! Jantungnya berdetak kencang seakan sedang bermain wahana roller coaster.

Adrea belum sempat melihat wajah pria yang memeluknya saat ini, tapi entah kenapa dari karakter suaranya Adrea merasa familiar. Tapi siapa?

Melihat tingkah gadis dipelukannya membuat nafsu membunuhnya berangsur-angsur hilang. Justru yang dirasakannya ini aneh, seperti habis disengat sesuatu saat pipi berisi itu menyentuh permukaan kulitnya. Itu terasa menyenangkan.

Pria itu mendekatkan bibirnya pada daun telinga Adrea lalu berbisik. "Kau sungguh tidak mengenaliku?"

Deg

Dengan mudah pria itu membalikkan tubuh Adrea hingga menghadap padanya. Ia lantas menurunkan tudung hoddie dikepalanya sehingga Adrea bisa dengan jelas melihat wajah pembunuh itu.

DEG!

"Lama tidak berjumpa, ....Rea ku." Ashland tersenyum lebar, memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi.

Sementara itu, Adrea terdiam memandang Ashland dengan mata melotot, tak percaya. Berkedip beberapa kali, Adrea akhirnya tersadar dan langsung menepis lengan kekar itu dari bahunya kasar. Tindakannya itu tanpa sengaja membuat pisau ditangan Ashland melukai lengan Adrea.

"Sssh..." Suara ringisan lolos dari bibir kecil itu. Adrea menyentuh lengannya yang baru saja menjadi korban pisau ditangan Ashland. Lengan kecil itu perlahan mengeluarkan darah segar yang kini mulai membasahi permukaan kulit lain yang tidak terluka.

Ashland tampak diam memandang luka Adrea. Ia masih memperhatikan gerak-gerik gadis itu yang meringis kesakitan tanpa berniat melakukan apapun. Wajahnya kembali datar seakan senyum beberapa saat yang lalu itu tidak pernah ada.

Ashland melangkah mendekat namun Adrea langsung menjauh. Mata gadis itu memancarkan rasa takut pada pisau yang masih digenggamnya. Melihat itu Ashland menyimpannya didalam saku, tapi tatapan Adrea masih tetap sama.

Satu alis Ashland terangkat. "Kau takut padaku?"

Alih-alih menjawab Adrea memilih melihat kearah lain, tampak sekali menghindari tatapan pria itu.

"Benar, kau takut padaku." Kata Ashland menarik kesimpulan. "Ternyata keberanianmu tadi itu pura-pura ya?" Ashland memandang Adrea datar. Nada dingin dan sorot mata tajam itu selalu berhasil membuat lawan bicara tak berkutik.

Male lead AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang