(30) Hari Ibu

1.1K 102 7
                                    


"Baik anak-anak, silahkan duduk. Ibu ada pengunguman penting untuk kalian." Anak murid mengangguk dan duduk di kursi masing-masing. Mereka penasaran dengan apa yang akan diumumkan, padahal sebagian mereka sudah tau apa yang akan terjadi.

"Kalian tau besok hari apa?" Tanya guru itu.

"Hari ibu!" Celetuk salah satu murid yang duduk di samping bangku Gafandra.

Guru itu mengangguk. "Benar! Nah, karena itu besok kita tidak akan belaja-"

"YEY GAK BELAJARRR!" Ucapan guru itu terpotong oleh salah satu murid yang terlihat sangat antusias dengan ini. Semua di kelas diam sambil menatap nya aneh. Dia hanya cengengesan kemudian menunduk malu.

Aduh, malu nya gue, batinnya.

Guru itu menggeleng maklum. "Besok kita tidak belajar, tetapi kita ada kegiatan yang lain di sekolah. Untuk memperingati hari ibu, kami pihak sekolah akan mengundang ibu kalian untuk datang ke sekolah," lanjutnya.

Semua murid mulai berbisik-bisik, berbeda dengan Gafa yang hanya diam sambil menyimak. Dilan menatap sekilas Gafandra, kemudian fokus lagi ke depan.

"Jadi, ibu akan membagikan undangan untuk ibu kalian. Jadi ibu harap undangan itu tersampai dan ibu kalian bisa hadir dalam acara ini." Selesai itu, guru itu langsung membagikan undangannya.

Gafa mengambil undangan itu, dan membukanya. "Mama ya?" Gumamnya pelan sambil menatap lamat undangan tersebut.

"Baiklah anak-anak, ibu pamit. Terimakasih atas waktunya." Guru itu keluar dan akan melanjutkan membagikan undangan ke kelas lainnya.

Dilan menoleh kebelakang samping kiri, tempat Gafa duduk. "Kantin?" Ajak nya.

Gafa tersadar dan langsung tersenyum. "Enggak dulu lan, gue ada latihan basket jam istirahat."

"Oke."

***

Glora termenung sambil memegangi kertas putih yang bertuliskan undangan untuk hari ibu itu. Pikirannya bercabang, ia rasa pihak sekolah tidak memikirkan perasaan anak yang seperti dirinya.

"Ibu," gumannya. Dia sedih, tidak tau bagaimana membicarakan ini pada Papanya. Glora menarik nafas dalam-dalam dan berusaha untuk tidak terlihat kekanak-kanakan.

"Gue udah besar, hal kayak gini seharusnya gue bisa paham." Dia bangkit dan ingin menuju ke kantin, tapi Alvarez tiba-tiba muncul di belakangnya, menbuat ia sangat terkejut.

"Anjir! Lo hobi bener ngagetin gue! Gak capek apa?!"

"Lo jelek kalau sedih," celetuk Alvarez tanpa bersalah. Glora tidak habis pikir, Al memang susah untuk di tebak. Dan Alvarez itu juga sangat menyebalkan dari awal mereka bertemu.

Glora mendengus malas. "Siapa yang sedih?"

"Setan."

Glora melotot dan mengijak kaki Alvarez dengan kuat, membuat pemuda itu meringis kesakitan. "Rasain!" Glora pergi dari sana, ia muak jika berhadapan dengan tingkah menyebalkan Al.

"Untung aja ganteng, kalau gak, udah gue buat bonyok tuh muka!" Glora terus berjalan, tanpa sadar langkahnya membawanya menuju ke lapangan basket.

Disana ada tim Gafandra yang sedang berlatih untuk lomba nanti. Glora jadi termenung di pinggir lapangan. "Gafa gak bakal pergi kan?" Gumamnya pelan.

Dan tepat saat itu pandangan Glora teralihkan oleh teman-teman Gafa yang terlihat panik menatap kearah Gafa. Sedangkan Gafandra sendiri ia menunduk entah sedang apa. Terlihat seperti ia sedang kesakitan.

Glora panik, dia langsung berlari menghampiri mereka di lapangan. "Kenapa?!" Teriaknya.

"Mimisan dia," sahut Alan yang tidak kalah khawatir pada Gafa. Teman-teman nya juga.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 14 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Change FateWhere stories live. Discover now