02;

7.6K 1.2K 60
                                    

Taehyung tak berniat menjadi orang ketiga disini, apalagi sampai berperan jadi tukang pengupingㅡ alah semacam gadis labil saja.

Namun niat untuk sekedar memberi privasi bagi kedua orang disana tertelan bulat-bulat oleh amarahnya.

'Aku masih mencintaimu, Hyena.'

Wow.

Haruskah Kim Taehyung masuk ke dalam panggung yang mereka berdua ciptakan lalu mengolok-olok seorang Jeon Jungkook disana?

Bodoh sekali Jungkook saat mengatakan hal itu dengan gamblang. Setidaknya baginya Jungkook benar-benar tampak buruk. Shit, mana ada orang berkata cinta seenteng demikian setelah mencabik-cabik hati gadisnya.

Bukannya tertawa remeh, Kim Taehyung justru terdiam. Jantungnya berdetak-detak menunggu waktu dimana gadisnya tepat menjawab. Penting baginya, karena disitulah letak dimana ia harus mengakhiri perjalanan ini apabila si gadis menerima kekasihnya kembaliㅡ itu artinya dirinya tak dibutuhkan lagi untuk turun tangan dalam urusan mereka bukan? Atau mungkin juga ia mendapat sesuatu yang lain, perasaan gadis itu padanya adalah kuncinya.

Lalu sayup-sayup suara lembut Hyena terdengar, mata Taehyung terpejam. Telinganya siap untuk menerima apa yang ia dengar dari Hyena tapi tolong... jangan tanyakan masalah hati. Taehyung sendiri bimbang hatinya bakal menerima atau tidak. Lihat saja nanti.

"Tidak... Jungkook. Tidak dengan kita yang kembali seperti dulu."

Taehyung tersentak kaget. Perasaan senang muncul tiba-tiba. Laki-laki itu tak kuasa untuk menyembunyikan senyum. Kesabarannya membuahkan hasil. Rasa kasihnya yang besar mengalahkan semuanya. Dan syukurlah, gadis itu bukanlah gadis lemah dan ganpang goyah seperti yang Taehyung kira.

Ingin sekali ia kesana memeluk Hyena, ingin sekali menarik tubuh gadis itu untuk berada di balik punggungnyaㅡ di balik perlindungannya.

"Semuanya telah berbeda, Kook-ah. Kita telah memiliki kebahagiaan masing-masing. Dan bukan pilihan tepat kalau kita ingin kembali, kalau saja tidak ada rasa sakit disini." Jelas Hyena lagi.

Taehyung tersentuh, bagian dari perasaannya semakin menggebu-gebu untuk gadisnya.

"Mungkin aku tidak mencintai Taehyung sebesar ia mencintaiku, tapi yakinlah... aku hanyalah untuknya dan dia hanyalah untukku. Aku akan memberikannya balasan sebesar apa yang ia berikan padaku, malah lebih-lebih."

Dan suara kekasihnya cukup menampar Jungkook dengan keras. Melebihi tamparan lewat pipi.

Jungkook kecewa. Perasaannya tak dapat diterima lagi. Kim Taehyung menggantikan pesonanya.

"Aku benar-benar cemburu kali ini." Ungkap Jungkook begitu saja. Sadar atau tidaknya tak dapat kita ketahui. Laki-laki itu menatap kelamnya langit yang berganti malam. Angin kencang yang menerpa mereka menelusup dalam kain, menghantarkan sensasi kesedihan sendiri bagi pemilik mata kelam tapi tajam ini. Jungkook getir.

Hyena terkejut, sangat malah. Semenjak sejarah mereka berpacaran, kata cemburu tak ada dalam kamus Jungkook. Selama ini hanya ia seorang saja yang merasakan apa yang namanya bumbu kepahitan dalam suatu hubunganㅡ layaknya pacaran dengan boneka manekin, Jungkook tak pernah memiliki waktu untuk sekedar mengekspresikan rasa suka padanya. Boro-boro cemburu, mendengar kata sayang dari mulutnya saja susah bukan main.

"Apa maksudnya itu, Jungkook?" Tatapannya mengeras tak suka. Awas saja kalau laki-laki brengsek ini membuat pendiriannya runtuh, jahat sekali dirinya kalau sampai membuat Taehyung-nya patah hati. Syukurlah, di tengah-tengah hal rumit ini presensi Kim Taehyung masih ada di otaknya.

"Kalian sepertinya bahagia. Aku hanya berharap setelah ini bertemu dengan seorang gadis yang sama seperti laki-lakimu itu."

"Tidak penting bagaimananya kita bisa bahagia. Ingat Jungkook, meski Taehyung mengasihiku sepanjang waktu bukan pula sebuah pengecualian kalo ia tidak mempercayaikuㅡ misalnya saja dia tak mengijinkan diriku bertemu denganmu. Tapi lihat? Taehyung mengijinkanku menemuimu meski kuyakin ia khawatir."

Taehyung terkesiap lagi, barusan itu menyindirnya.

Kepercayaan, dimana letaknya itu sekarang?

Gadis itu menaruh harapan besar padanya namun yang ia lakukan justru menguntit tak jelas seperti ini. Taehyung merutuki dirinya yang bodoh. Tubuhnya berbalik pasrah untuk pergi dan memberi mereka waktu untuk berbicara. Kali ini benar-benar ia beri. Lagipula kurang apa untuknya kalau si gadis saja sudah menjawab sesuai yang Taehyung harapkan.

"Wow, kalian bahkan saling meminta ijin dan mengijinkan. Sama seperti waktu kita duluㅡ kau ingat tidak waktu ituㅡ"

"Cukup Jungkook." Hyena memotong, "Aku rasa kita tidak perlu bicara lagi, kuanggap sudah impas. Dan lagi, aku sama sekali tak berniat mengingat apa yang sudah-sudah."

"Aku pergi, terima kasih sudah mencintaiku tanpa alasan, meski bodoh aku mempercayaimu dulu tapi jangan harap aku mengatakan ya sekarang," Hyena menghentikan kalimatnya, "Karena aku bukanlah Hyena yang mau kau bodohi seperti dulu lagi."

Gadis itu melenggang pergi dengan perasaan mantab. Rasa lega berada dalam hatinya. Ia tidak tahu mengapa seberani ini dengan si brengsek. Tapi bersyukur sekali ucapannya mampu membungkam mulut manis Jungkook. Walau ia ingin menyelipkan kekerasan, seperti tamparan di pipi untuk Jungkook.

Tapi seseorang disana telah mengajarkan arti menghargai yang sesungguhnya. Ia mengajarkan bagaimana menerima hal buruk dan cara mengatasinya. Kim Taehyung tak hanya menanam bunga di hatinya, lelaki itu membuatnya tumbuh dewasa menjadi sosok yang kuat.

"Jungkook, simpan saja kata cintamu dan sampaikanlah dengan rasa yang tulus untuk pendampingmu kelak. Aku harap kau bahagia."

DAYS: JourneyWhere stories live. Discover now