04;

6.3K 1K 79
                                    

Gadis bernama Hyena itu mengeluh. Perutnya mendadak nyeri entah mengapa. Padahal ia ingat telah menyelesaikan sarapannya. Tadi pagi juga ia sempat mampir ke kafetaria menemani Taehyung sarapan sambil menyemil roti isi. Lalu kenapa mendadak maag?

Ia menutup paperbook. Wajah pucatnya menutupi wajah cantiknya. Gadis itu terpaksa mengakhiri jam kuliah lebih awal. Tentunya setelah mendapat ijin dari dosen.

Ia mengirim pesan pada Taehyung terlebih dahulu, membatalkan janji mereka untuk bertemu nanti saat makan siang. Gadis itu berbohong menggunakan alasan lain agar Taehyung tak khawatir. Karena sekalinya Taehyung khawatir, laki-laki itu pasti akan kabur dari mata kuliahnya tanpa peduli apapun lalu menariknya ke rumah sakit sekarang juga. Gadis itu tersipu sendiri saat membayangkan ekspresi Taehyung.

Kembali ke dalam dunia nyata. Dirinya terjebak dalam lautan koridor yang penuh sesak. Ah, ia lupa kalau hari ini pertandingan basket tingkat sekolah menengah atas diadakan di kampusnya. Pantas saja dari tadi matanya sibuk menangkap gadis-gadis muda yang berkeliaran.

Seseorang menabraknya, fokus gadis itu buyar, ponsel di tangannya jatuh.

"Maaf..." Tangan si penabrak menganbil ponsel perak Hyena. Lalu memberikannya pada gadis itu.

"Lho, Hyena?"

Jungkook?

Hyena terpaku. Kegugupan kembali menderanya. Tunggu, ini mirip dengan yang waktu itu? (Baca days: feelings pt.00)

Seminggu ini ia tak mendapati Jungkook dimanapun termasuk di art hall saat jam kuliah mereka bertabrakan. Presensinya hilang bagai ditelan bumi. Dan ia cukup bahagia dengan fakta itu. Fokusnya tak dapat terbagi untuk melihat sosoknya yang tinggi.

"Kau baik-baik saja? Dimana Taehyung? Kenapa membiarkanmu tampak pucat begini?"

Lamunan Hyena buyar saat Jungkook sedikit mengguncang bahunya. Sekhawatir itukah?

Laki-laki itu menanyakan serentet pertanyaan dengan cepat. Tangannya pun menangkup kedua pipinya. Ia bisa merasakan hangat menyergap menggantikan rasa dingin yang entah darimana asalnya. Gadis itu mengingat masa itu. Masa indahnya bersama Jungkook. Lagi-lagi flashback.

"Kau ingin kemana? Kuantar ke unit kesehatan, ya? Jangan berjalan jauh atau kau akan pingsan."

Tangan Jungkook mencoba memapah tubuh lemasnya. Tidak ada keinginan untuk menolak kebaikan laki-laki ini. Lidahnya kelu untuk menolak seperti apa yang ia lakukan seminggu yang lalu.

Jungkook tak pernah sekhawatir padanya dulu. Tapi sekarang?

Hyena bisa melihat mata gelisah Jungkook yang tengah menuntunnya ke unit kesehatan. Ia dilema. Mengapa ia tak bisa menolak? Apa mungkin ia masih cinta? Ia tidak sedang goyah kan?

Saat menurunkan tubuhnya duduk di sofa unit kesehatan, punggung tangan Jungkook tak sengaja bersingungan dengan dahi Hyena.

Otak Jungkook bekerja cepat menuju saraf sensorik. Meski keduanya sama-sama canggung, Jungkook tak perduli. Mengingat masa lalu mereka tak dibutuhkan sekarang. Menyingkirkan perasaannya, Jungkook kembali meletakkan telapak tangannya di dahi Hyena.

"Kau demam, Hyena."

"Aku tidak apa-apa..." Hyena mengulum bibirnya ragu dengan tindakan yang Jungkook lakukan barusan. Apa laki-laki ini gila?

Jungkook mengambil handuk kecil di lemari. Diambilnya pula baskom lalu mengisinya dengan air lewat pam dari wastafel. Laki-laki itu mencelupkan handuk ke dalam air, memerasnya sampai air-air menetes, kemudian meletakkan di dahi Hyena.

"Terima kasih, Jungkook."

Jungkook tersenyum tulus. Bebannya berkurang akibat mendapat ucapan dari gadis ini.

"Tidak perlu berterima kasih. Aku dengan senang hati menolong seorang teman."

Hyena mau tak mau ikut membalas senyumnya. Sepertinya Jungkook berubah setelag seminggu menghilang. Ia bahkan tidak menemukan Jungkook yang sama lagi. Apakah ini benar-benar Jungkook? Rasanya masih seperti mimpi kalau laki-laki ini berbuat baik.

"Hyena-ya, sebaiknya kau ganti pakaianmu." Jungkook melepas kemejanya, menyodorkan itu pada Hyena yang kebingungan.

Menyadari gadis ini bingung, Jungkook berkata lagi, "Keringat dinginmu membasahi bajumu. Cepat ganti dengan ini."

Tangan Jungkook masih menyodorkan kemejanya.

"Baiklah..." putus Hyena. "Apa tak apa dengan hanya kaos putih di luar sana?"

"Tidak apa-apa, tadi aku meninggalkan jaket panitia di sekertariat. Nanti aku akan memakai itu."

Laki-laki itu keluar sebentar selagi Hyena mengganti bajunya dengan kemeja Jungkook. Ia memanggil nama Jungkook kembali setelah selesai berganti.

Jungkook sedikit kikuk untuk melihat kemejanya melekat di tubuh Hyena, kebesaran sekali untuk tubuh mungil itu.

"Thanks, Jeon. Ini sangat membantu."

"No, problem." Jungkook mengacungkan jempolnya dan duduk kembali di kursi sebelah.

"Sepertinya tidak banyak waktu yang aku miliki, pertandingan basket ronde kedua akan segera dimulai." Jungkook mendesah kecewa setelah mengecek arloji di tangannya, "Lima menit lagi aku harus kembali kesana sebagai panitia. Tidak apa-apa kan kalau kutinggal?"

Hyena menggeleng lemah, "Pergilah, tidak seharusnya kamu disini merawatku. Nanti Shin marah..." ia terkekeh pelan mengingatkan.

"Ya, ya, ya, shin akan menjewer telingaku lagi, mencubiti perutku yang katanya buncit ini lalu berteriak padakuku karena menghabiskan waktu dengan gadis cantik bernama Hyena." Ucap Jungkook panjang lebar.

"Aku senang mendengar ceritamu tentang Shin, Jungkook-ah. Sepertinya ia baik dalam hal mengurusmu." Pendapat Hyena. Tidak ada yang seberani itu pada Jungkook, apalagi sampai main pukul untuk mengatasi manusia batu seperti Jungkook.

Hyena mengulum senyum jahil, "Kau tidak sadar ya kalau barusan kau tersenyum gila saat bercerita tentangnya tadi?"

Tampaknya tidak akan membutuhkan waktu lama untuk menyingkirkan rasa canggung. Meski membutuhkan gadis lain sebagai topik tapi Hyena tetap baik-baik saja. Bukankah mereka sepakat untuk menemukan kebahagiaan masing-masing? Dan ia rasa Shin-lah yang tepat untuk melunakkan hati keras Jungkook.

"Apaan? Tidak ya. Aku itu menderita bersamanya. Tubuhku remuk tiap hari karena perlakuan bar-barnya." Protes Jungkook. Padahal dalam hati, dirinya membenarkan semua kalimat Hyena.

"Tapi kau suka dia kan?"

Dan,

Jungkook sukses gelagapan. Laki-laki itu memegang tengkuknya seperti orang bodoh. Bingung karena tak kunjung menemukan kalimat yang pas untuk menjawabㅡ atau mungkin mengelak.

"Syukurlah kalau begitu. Jangan pernah menyia-nyiakan kebaikannya lagi."

Kepala Jungkook mengangguk-angguk. Gadis ini benar, sudah saatnya ia menjaga apa yang harus ia jaga. Sudah saatnya ia belajar menghargai perasaan orang lain.

Laki-laki itu berterima kasih pada Hyena. Walau Jungkook yakinㅡ demi langit dan bumi, Hyena harusnya membencinya.

Tiba-tiba Jungkook mengulurkan tangannya lagi, "Ayo mulai lagi dari awal. Ayo kita berteman."

Hyena menyambut itu dengan suka cita. Lega mendengarnya langsung dari Jungkook. Ini yang ia impikan setelah mereka berseteru kemarin-kemarin hari.

"Ya,"

Saat itu, waktu benar-benar tak tepat. Ketidakberuntungan menghampiri mereka lagi.

There is a time in happiness for some people but at the same time, it also makes somebody feel hurts.

Taehyung menatap tak percaya apa yang barusan ia lihat.

DAYS: JourneyWhere stories live. Discover now