6. Bunglon

38 3 1
                                    

AUTHOR POV

"Ini, kau akan menjaganya dengan baik kan? "

"Tentu saja, Lean akan menjaga cuko dengan sangat sangat baik"

"Bagus, kau memang gadis kecil baik hati"

Saga mengusap rambut Leana dengan lembut. Saga sebenarnya tidak rela membiarkan hewan peliharaannya yang berharga ini diasuh oleh orang lain. Apalagi diasuh anak kecil seperti Leana. Tapi, tidak ada pilihan. Tidak mungkin dia menitipkan cuko ke nyonya Yuri. Melihat cuko saja, nyonya yuri tidak berani.

"Bagaimana keadaan kakakmu? " Saga mengedarkan pandangannya ke dalam LDK Riona samar.

"Tadi dia terjatuh lagi, bengkaknya semakin parah..."

Saga memicingkan matanya

"...Apa kakak mau menemuinya? Dia sedang di kamar, mengompres kakinya. "

"Dan kau tidak membantu mengompresnya? " Alis Saga terangkat.

"Hey!! Leana membantunya! Leana mengendongnya ke dapur, memakaikannya celana, memijat kakinya, mengoles lotion untuknya dan masih banyak lagi. Lean sudah seperti pembantunya sekarang" Mata Lean sukses membulat karena kalimat Saga yang menebak situasi tanpa menganalisa terlebih dahulu.

ORIONA POV

"....Lean sudah seperti pembantunya sekarang"

Cukup, lean sudah keterlaluan. Pasti Saga akan mengganggapku terlalu bossy ke Lean.
Aku mencoba berdiri dengan susah payah dan berjalan sambil sesekali memegang tembok. Aku harus menemui mereka berdua.

Debukkkkk.......

Tiga kali, tiga kali aku jatuh hari ini. Egh.....

"Astaga kak Riona! Sudah Lean bilang jangan bergerak! "

"Kau tidak apa-apa? "

Leana dan Saga sudah berada tepat di depanku. Mereka berbicara bersamaan. Lean berkacak pinggang sambil meninggikan suaranya. Di sisi lain, Saga menunjukkan ekspresi yang tidak bisa aku tebak. Dahinya berkerut. Dia khawatir?

"Tidak apa-apa, santai saja. Aku hanya butuh bantuan kalian sekarang. Jangan hanya menatapku, bantu aku berdiri"

Sekarang aku sudah duduk kembali di sofa kamarku. Lean sedang mengambil handuk kering untuk membersihkan air yang tumpah karena aku senggol tadi waktu terjatuh. Sekarang hanya ada aku dan Saga di kamarku. Suasana ini sangat canggung. Aku hanya melirik Saga sesekali. Dia terus saja melihatku. Tepat ke arah mataku. Ada apa dengannya? Apa ada yang salah denganku?

"Jangan bergerak! "

Aku tersentak, Saga tiba-tiba berkata jangan bergerak kepadaku ditambah matanya yang membulat. Kenapa? Ada apa?

"Cuko! Kak Saga cepat ambil cuko! "

Lean yang baru datang dari dapur juga menunjukkan ekspresi yang sama dengan Saga sambil melihat ke arahku.

"Apa sih? "

Tanyaku penasaran.

"Di atas kepala kakak ada cuko! "

Cuko ? Diatas kepalaku?
Aku masih bingung siapa itu cuko, kenapa ada di kepalaku? Kenapa ini menakutkan? Aku mencoba memberanikan diri melihat ke arah kananku dimana aku meletakkan kaca riasku.

It...it...itu bunglon?

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.. "

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dengan cepat. Aku tidak peduli bunglon itu akan terlempar.

HOARDERWhere stories live. Discover now