1

24.8K 1.2K 13
                                    

Semarang, 29 Januari 2017

Terik matahari tak mengalahkan langkah perempuan berkerudung hijau muda itu. Sesekali dia menyeka keringat di dahinya dengan tangan kanan. Sedangkan tangan kirinya membawa kantong plastik berisi buah. Dan satu tas kecil.

5 menit kemudian sampailah dia dipelataran rumah sakit. Bertemu dengan resepsionis dan menanyakan kamar melati. Kamar untuk ibu melahirkan.

"Assalamualaikum." Ucap wanita di usia 25 tahun itu ketika memasuki ruangan.

"Waalaikumsalam. Wah ini nih, sahabat aneh gue. Gue lahiran kapan, dateng kapan. Untung belum balik gue, Han." Ucap wanita yang tengah duduk di pinggir ranjang pasien.

"Maaf deh, Sis. Baru balik aku. Udah jadi ibu, kata - katanya harus dijaga. Aku gak mau keponakan aku jadinya nanti ngomong jelek mulu. Ini ada buah sama titipanmu." Ucap Jihan, sambil menyodorkan barang yang dibawanya tadi.

"Makasih deh, Han. Mau gendong gak?" Tanya Siska.

"Aku liat aja, masih gak berani." Jawab Jihan sambil menoel pipi bayi perempuan yang masih merah itu.

"Lo kapan nikah?" Tanya Siska saat Jihan duduk di kursi kamar pasiennya.

"Tau gak, dari sekian alasan aku males pulang itu karena ditanyain kapan nikah, udah umur segini kenapa belum nikah. Basi tau gak." Jawab Jihan.

"Masih belum move on sama mantan? Han, kita udah kenal sejak kuliah. Lelaki kayak dia ngapain dipikir?" Balas Siska.

"Bukan masalah itu, Sis. Aku cuma belum nemu yang tepat. Ada cowok yang kemarin ngajak jalan, tapi pas kutanya berani gak buat minta aku sama Bapak, dia enggak berani. Malah langsung pulang." Kata Jihan lemah.

Suara tangisan bayi menghentikan perdebatan wanita yang memiliki usia sama namun status berbeda.

"Aku pulang dulu. Ini nomor teleponku. Aku bakal dateng kalau kamu undang pas aqiqahan anakmu." Ucap Jihan sambil memberi secarik kertas pada Siska.

"Jangan terlalu nyari yang sempurna. Kriteria suami kamu masih sama, Han?" Tanya Siska sambil menerima kertas dari sahabatnya.

"Masih. Kriteria yang kamu tahu itu yang wajib. Aku juga enggak fanatik sempurna. Toh sempurna itu pakaian Allah. Kenapa?"

"Temen mas Imran, ada yang masuk kriteriamu mungkin. Nanti aku coba tanya mas Imran. Dia dokter juga. Di RSCM." Kata Siska tanpa memandang sahabatnya.

"Manusia berkehendak. Tuhan yang menentukan. Assalamualaikum." Balas Jihan.

"Waalaikumsalam. Nanti kuhubungi. Hati-hati." Ucap Siska ketika Jihan sudah keluar ruangannya.

°•°

Jihan. Jihan Pramesti. Nama gadis berusia 25 tahun. Bekerja sebagai salah satu pegawai di badan pemerintah bidang lingkungan. Dia keturunan jawa. Orang bilang dia itu judes. Tapi bagi sahabatnya dia itu alay, gaje, dan aneh. Bersahabat dengan Siska Lestari. Gadis cantik keturunan Betawi yang kini sudah menikah dan menjadi ibu. Mereka dekat sejak kuliah. Mereka sama sama kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Semarang, meskipun beda fakultas.

Diusianya yang sekarang dia masih asik jomblo. Dia tak masalah dengan statusnya. Hanya saja dia tak begitu suka dengan orang yang bertanya kapan nikah dan sebagainya.

°•°


Semarang, 5 Februari 2017

Acara aqiqah itu berlangsung dengan lancar. Bayi merah yang seminggu lalu Jihan lihat sudah tampak berisi sedikit. Namanya Savira Nazzahra Hasyim. Bayi itu nampak tidur lelap digendongan sang ibu. Jihan kemudian mendoakan kebaikan dan kebahagiaan untuk keluarga itu.

Tak Butuh Pujangga ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang