SOMOS LIBRES

471 6 0
                                    

Seseorang baru saja menusuk punggung gadis itu.

Ia meraba punggungnya sesaat setelah kejadian yang seperti kedipan mata. Hangat dan ... basah. Di angkatnya telapak tangan tersebut ke hadapannya. Lumuran darah segar melapisinya. Lalu ia tak sadarkan diri.

Satu minggu sebelumnya.

Annette mengetuk-ngetukan jemarinya pada benda seukuran buku saku yang sedari tadi melekat di tangannya.
Bibirnya mengerucut, alis gadis berkacamata itu berkedut-kedut menandakan ia sedang berpikir.
tak dihiraukannya dengung suara manusia dari berbagai penjuru di siang yang terik ini.
Jam makan siang dan kantin kampus adalah kombinasi yang pas untuk menciptakan dengung keramaian.

'Its amazing how one little conversation can change things forever', tulis Annette pada buku sakunya tersebut.

'Mikha' tulis Annette kemudian. Ada jeda panjang setelah nama iu tersebut.
Ada seribu perasaan berkecamuk terhadap satu baris nama yang barusan ia tulis. Tapi ia hanya sanggup menulis sampai dengan namanya saja.

Mikha awalnya hadir dalam hidup Annette sebagai manusia paling menyebalkan, sok idealis, sok galak, bossy dan pelit senyum. Singkatnya, sebagai anak baru di senat, Annette paling malas jika harus berhadapan dengan Mikha.

Tapi obrolannya dengan Mikha pagi ini memutar pendapat Annette tentangnya hingga 180 derajat. Rasa kagum bercampur bahagia mulai merebak dari wajah Annette tatkala Mikha mulai semakin dalam memberikan pandangan-pandangannya terhadapan situasi-situasi krusial yang sebenarnya sedang menggerogoti para penerus bangsa.
Salah satunya adalah tentang rendahnya kualitas moral dan manfaat yang terkandung dalam tayangan-tayangan di televisi lokal. Mulai dari sinetron yang sambung menyambung di jam tayang utama, banyaknya acara gosip yang tidak memberi secuilpun faedah positif buat penonton, hingga porsi berita kriminal yang kadang terlalu mendominasi pada acara berita.

Maka itu, Mikha beserta aktivis lainnya dari berbagai universitas di Jakarta bermaksud untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi mereka sebagai perwakilan kaum muda. Mereka akan melakukan demo damai dan membagi-bagikan selebaran informasi pada khalayak tentang pentingnya jenis tontonan di televisi lokal yang sehat dan mendidik.
Mereka juga bakal berorasi di depan beberapa kantor stasiun televisi, sebagai wujud protes buruknya jenis acara yang ditayangkan terhadap perkembangan kaum muda.

Demo itu akan berlangsung Rabu depan. Annette yang kebetulan ke ruang senat untuk mengembalikan buku pedoman kepengurusan senat, awalnya tak sengaja melihat selebaran yang sedang Mikha buat.

Pihak kampus memang tidak pernah mendukung demo-demo yang seperti Mikha akan lakukan. Ia pun melakukannya diam-diam. Karena Annette kadung melihat selebaran itu akhirnya Mikha menjelaskannya secara panjang lebar.

Annette lalu mencoret kata 'one little conversation' menjadi 'a long and winding convo' pada bukunya lagi setelah mengingat-ingat kejadian itu.

Diskusi panjang yang memabukkan kepayang.

Lalu Annette cekikian seraya mendekap buku mungilnya.

🔪🔪🔪

Pagi-pagi sekali, Annette sudah berpakaian rapih. Kemeja putih dan jeans biru telah ia kenakan. Rambut ikalnya yang sebahu ia kuncir, lalu diselipkan ikatannya pada lubang topi.
Annette akan ikut berdemo siang ini. Turun ke jalan berorasi dan membagi-bagi selebaran. Rasa kasmarannya terhadap Mikha menutup perasaan Annette yang sebenarnya tidak peduli-peduli amat terhadap tema demo yang akan digaungkan.
Setelah menyambar tas selempangnya dan berbohong pada Ibu bahwa ia akan pergi ke kampus – yang sebenarnya ia malah berdemo – Annette melangkah ringan menuju halte bus dengan tujuan lokasi awal pertemuan untuk demo hari ini.

Demo awalnya berjalan dengan damai dan tertib. Selebaran dibagikan, orasi-orasi dikumandangkan. Mikha pun sempat maju ke depan dengan pengeras suara dan berorasi secara lantang di depan kantor Komisi Penyiaran Indonesia pusat. Annette selalu di dekat Mikha. Ia yang paling lantang membalas pekikan Mikha dan bertepuk tangan keras-keras hingga buku-buku jarinya pedas ketika Mikha selesai berorasi.

Sampai pada salah satu kantor stasiun televisi yang paling besar di Jakarta. Entah mereka mendapat bocoran informasi dari mana, kantornya kini dijaga pagar betis oleh 'petugas keamanan' yang jumlahnya puluhan. Dengan tampang sangar, mereka menghadang para pendemo yang datang.
Bukan hanya itu, petugas-petugas keamanan tersebut bertindak sangat arogan dan mengusir mereka seraya memaki-maki dengan kata-kata tak terpuji.

Darah muda bergolak. Tak terima diperlakukan kurang ajar, para demonstran yang sebagian besar anak muda tadi naik pitam dan membalas caci maki tersebut dengan umpatan-umpatan yang tak kalah tak terpuji. Kontak fisik tak terelakan.

Polisi yang berjumlah beberapa orang yang awalnya mengawal saja, akhirnya melerai pertikaian massal tadi.
Mikha yang berada di barisan depan tak ayal ikut menyerang dan di serang. Sementara Annette dan beberapa mahasiswi lainnya yang ikut berdemo lari lintang pukang menyelamatkan diri ke area-area yang lebih aman.

Annette yang dari jauh masih terus mengawasi Mikha mendadak panik luar biasa ketika melihat Mikha di serang beberapa orang sekaligus.

Tak lama Mikha tersungkur. Punggungnya bersimbah darah. Seseorang telah menusuk gadis tomboy itu.

Lalu Annette menjerit demi menyaksikannya.

-End-

*Somos Libres = We are free

*inspired by 'Somos Libres' song by Sore Band. I love 'Sore' ^^

ANTOLOGI HATI; Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now