KUCING - KUCING MIMI

358 2 0
                                    

[Cerita Anak, telah dimuat di majalah KIDDO #42 edisi November 2008]

🐱🐱🐱

Mimi melempar sepatunya sembarangan di teras rumah.

Mama yang sedang memarkir motor bebek merah di halaman setelah menjemput Mimi dari sekolah, hanya geleng-geleng kepala menyaksikan ulah anak semata wayangnya.

Tadi di jalan menuju ke rumah, Mimi tiba-tiba bilang Ia ingin punya kucing anggora. Jenis kucing  yang sama seperti milik tante Venty tetangga Mimi yang baru pindah sebulan lalu ke komplek perumahaan.
Awalnya tentu dengan tegas mama bilang tidak boleh.

Mama mengerti benar Mimi kesepian, tapi mama juga tahu selama ini Mimi belum mampu apik dalam merawat sesuatu, terlebih binatang piaraan. 

Mereka bukan benda mati yang dibeli hanya untuk mainan, setelah bosan lalu tidak dihiraukan. Mereka mahluk hidup yang butuh dirawat dan diperhatikan.

“Pokoknya aku ingin  punya kucing anggora yang warnanya putih, seperti punyanya tante Venty!”

Mimi merajuk. Tangannya Ia lipat ke dada ketika mama menyuruhnya makan siang.

“Mama ngerti kamu kesepian, sayang. Mama cuma takut kamu ga’ bisa merawat kucing kamu nanti” Mama berusaha memberi pengertian sambil membelai rambut ikal Mimi.

“Aku pasti bakal ngerawatnya ma, aku janji”

Mata Mimi menatap mata mama mencoba mengiba agar keinginannya dikabulkan.

Mama diam sejenak, berpikir.

“Nanti Mama bicara sama Papa dulu ya” , kata mama, sejurus kemudian.

“Ahh..Mama, pokoknya aku ingin kucing anggora, titik!”

Mimi menampik tangan mama yang sedang membelai bahunya. Kalau sudah sama Papa, semua urusan jadi makin sulit. Mimi malas berdebat dengan Papanya yang terkenal jauh lebih tegas dari Mama.

Mimi berlari ke kamar tidurnya, mengunci pintunya rapat-rapat.

Mama sedikit terkejut dengan reaksi Mimi kali ini. Mama  mencoba mengetuk kamar Mimi dan membujuknya untuk makan siang, namun tak ada jawaban dari dalam. Mama hanya bisa menghela napas panjang menghadapi sikap buruk puteri kesayangannya itu.

Sorenya setelah Papa pulang dari kantor, Papa berhasil membujuk Mimi untuk makan. Itu juga karena papa janji akan mempertimbangkan permintaan Mimi.
Lagi pula sebenarnya perut Mimi memang sudah keroncongan sejak tadi, minta diisi. Tapi gengsi dong, kan Mimi sedang melancarkan jurus ngambeknya, biar permintaannya terkabul. Mama biasanya paling kawatir kalau Mimi tidak mau makan.

Setelah mandi sore dan Papa sudah santai-santai ditemani Mama di ruang keluarga, Papa bicara dengan Mimi tentang kucing anggora yang ingin sekali Mimi miliki.

“Papa sama Mama sebenarnya tidak melarang Mimi untuk punya binatang peliharaan”
Papa menyeruput kopinya sejenak.

“Tapi benar seperti yang Mama bilang, Mimi masih terlalu teledor untuk bertanggung jawab terhadap sesuatu, apalagi itu mahluk bernyawa”, kata papa lagi.

“Tapi pah, mah, Mimi sudah kelas 5 SD. Mimi sudah besar buat punya bintang peliharaan”, Mimi mencoba membela diri.

"Mimi janji, Pah. Akan rawat dengan sungguh-sungguh kucingnya. Please ee..." Mata Mimi mengkerjap-kerjap manja pada Papanya.

"Hmmm...baiklah. Besok kita ke pet shop. Tapi ingat ya, kalau nanti tidak bisa merawat kucingmu, itu permintaan terakhir yang Papa kabulkan untukmu. No more permintaan sampai usia kamu 17. Paham?!” kata Papa tegas.

ANTOLOGI HATI; Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now