10

2.6K 278 3
                                    

Author pov




Hari ini adalah hari penampilan (y/n), ia sudah menunggu di belakang panggung. Disampingnya terdapat Mingyu yang sedang duduk sambil memperhatikan gerak-gerik sang sepupu.
"Tenanglah tidak perlu gugup seperti itu. Jika kau gugup, maka itu akan berdampak pada penampilanmu nanti."
"Kau tidak merasakannya, jadi kau tidak tahu betapa gugupnya aku saat ini."
"Aku juga pernah mengalami situasi sepertimu, namun aku berusaha tenang. Dan aku yakin bahwa nanti hasilnya akan bagus." (y/n) lalu duduk disamping kanan Mingyu.

Ia meminum air mineral yang terletak tepat dihadapannya untuk menghilangkan rasa gugupnya.
Wonwoo masih memiliki tugas lain, ia berkata bahwa secepatnya ia akan menyusul (y/n),
"Hei Song (y/n), bersiaplah. Setelah ini giliranmu yang akan tampil!" seru seorang panitia acara kepada (y/n). Mendengar itu, (y/n) semakin gusar.
Kemana Wonwoo? Kenapa ia lama sekali?

"Kemana temanmu itu Kim, kenapa ia lama sekali?"
"Aku juga tidak tahu, mungkin ia masih dirias. Tenanglah ini masih 20 menit lagi."

(Y/n) lalu pergi ke ruang rias, ia mencari Wonwoo disana.
Namun nihil, ia tidak menemukan Wonwoo sama sekali.
"Aish, kemana manusia itu?" gerutu (y/n) sambil melihat ke kanan dan kirinya.
"Permisi, apakah Anda melihat Jeon Wonwoo?"
"Oh Wonwoo-ssi, tadi aku melihatnya pergi keluar. Entah kemana.. sepertinya akan lama."

Deg!

Oh Tuhan..kemana manusia itu pergi?







(Y/n) pov



Kemana si muka datar itu, disaat ia akan tampil kenapa malah pergi keluar?
Ah menyebalkan sekali. Bagaimana jika ia tidak datang tepat waktu, aku harus meminta bantuan Mingyu.

"Hei Kim, coba telepon Wonwoo. Beritahu dia, sebentar lagi giliran kami yang akan tampil!" Mingyu lalu mengambil handphone dari saku celananya dan mengkerutkan dahinya sejenak.
"Memangnya Wonwoo kemana, diruang rias tidak ada?"
"Dia sedang pergi keluar. Sudahlah cepat telepon dia!"
"Yak, sabar sedikit. Ini aku sedang menelponnya. Aish menyusahkan saja."

Aku tidak tahu harus berbuat apalagi, awas saja jika ia tidak datang. Apabila penampilanku nantinya hancur, salahkan saja si muka datar itu. Seenaknya saja ia pergi ketika waktu tampilnya hampir tiba.

"Eoh Wonwoo-ya, kau dimana?"
"…"
"Apa? Ah ini, 20 menit lagi kau dan (y/n) tampil. Bisakah kau segera datang?"
"…"
"Oh baiklah kalau begitu."

"Apa katanya?"
"Duduklah! Ia akan segera sampai, sedang menuju kemari."
"Dasar. Menyusahkan orang saja, hhhh~ aku tidak tahu bagaimana penampilanku nanti jika tidak ada yang membantu."
"Jadi kau berharap ia benar-benar mau membantumu?"
"Tentu saja! Bukankah dia yang sudah memilihku untuk menjadi penampil hari ini?"
"Arraseo."











Waktu tampil ku pun tiba, aku sudah duduk pada kursi dan kedua tanganku sudah berada diatas tuts piano.
Aku mengambil nafas panjang.. sang pembawa acara pun langsung memperkenalkanku kepada semua penonton. Tepuk tangan pun terdengar riuh dari segala penjuru arah. Aku tersenyum kecil, kulihat bukan hanya murid baru saja yang menonton.
Melainkan seluruh siswa sekolah ini, dan mataku terpaku pada satu sosok disudut ruangan ini.

"Jisoo oppa." seruku tertahan, akupun memberikan senyuman terbaikku padanya.
Ia tersenyum juga lalu melambai kearahku.
Tangannya terkepal ke udara, seperti sedang menyemangatiku.

Perlahan, kumainkan jari-jariku diatas piano. Aku merasakan emosi yang bergejolak dari dalam diriku. Entahlah, namun lagu yang dipilihkan Wonwoo untuk kutampilkan ini memiliki ritme nada yang begitu menyedihkan.
Hatiku tersayat ketika mendengar suara piano yang kumainkan saat ini, dengan perasaan antara gugup,senang,sedih semuanya menjadi satu.
Aku berusaha mati-matian untuk tidak meluapkan emosiku terlalu dalam.
Kenapa disaat tampil aku menjadi sedih begini, mengapa pada saat latihan kemarin aku sama sekali tidak merasakaan perasaan ini?






Kuselesaikan permainan pianoku dengan tempo lambat, lalu kembali terdengar suara riuh tepuk tangan dari para penonton.

Tiba saatnya untuk memperkenalkan club pianoku, kegugupan kembali melanda.
Namun syukurlah, Wonwoo datang ditengah-tengah permainanku.



Skip…


"Kamsa hamnidah…"

"Wah (y/n), permainan pianomu tadi sangatlah bagus."
"Iya benar, aku sampai tersentuh mendengarnya. Itu keren sekali."
"Ah terimakasih dan kurasa tadi itu hanya biasa-biasa saja."
Mereka terlalu tinggi memujiku, kalau begini aku kan jadi tidak enak juga.
Ah benar, kemana Jisoo oppa? Apakah ia masih berada disekitar sini?

"Permisi, aku ingin pergi keluar sebentar." seruku kepada panitia acara lalu segera beranjak pergi.
Ku mencari keberadaan Jisoo dimana-mana, namun hasilnya nihil.
Sampai di pikiranku melayang ke sebuah tempat yang jarang sekali di datangi oleh murid.

Rooftop.

Dengan langkah lebar, kuayunkan kedua kakiku menuju atap sekolah.
Sesampainya disana, aku langsung mencari keberadaan Jisoo. Ku tengok ke kanan dan kiriku. Aku hampir putus asa mencarinya.
Sampai aku merasakan sebuah tepukan ringan pada bahu kiriku,

"Mencariku Nona Song (Y/n)?"
"Oppa? Kau kemana saja, eoh? Yak, aku mencarimu kemana-mana tadi. Disini kau rupanya."
"Ahahaha, maafkan aku. Jadi,ada perlu apa kau mencariku?"
"Seharusnya aku yang bertanya, kenapa bisa kau datang kesekolahku?"
"Karena ingin melihat penampilanmu bermain piano. Memangnya itu salah?"
"Ahh~ tidak. Hanya saja kau kan jarang untuk meluangkan waktu bersamaku. Tidak seperti kau yang biasanya."

Jisoo lalu merengkuh tubuh mungil (y/n), dipeluknya erat tubuh itu sambil mengusap surainya lembut.
"Bisa besok kita bertemu di cafe tempat biasa, aku ingin membicarakan hal yang penting."
"Kenapa tidak sekarang saja oppa, kan aku sedang free."
"Tidak. Besok saja, bisakan?"
"Eum~ tentu saja oppa."











Author pov

Sepulang sekolah, (y/n) langsung merebahkan dirinya pada kasur. Ia masih teringat percakapan antara dirinya dan juga Jisoo.
(Y/n) sempat melihat ada sorot kesedihan dimata Jisoo, sepertinya ini bukanlah pertanda yang baik.
"Hhh~ kuharap semuanya akan baik-baik saja. Hm berpikir positif saja." (y/n) berusaha menenangkan dirinya sendiri. Dan ia juga berusaha untuk berpikir positif.




At Jisoo house…

"Joshua, kau darimana saja?"
"Oh mom, aku baru saja dari sekolahnya (y/n). Melihat penampilannya."
"Penampilan apa, Josh?"
"Bermain piano, mom."

Joshua lalu mengambil air minum dari dalam lemari pendingin, ia lalu meneguk air itu dengan rakusnya.
Setelah itu barulah ia duduk dihadapan ibunya.

"Josh.. kau sudah memberi tahunya?"
"Belum mom. Sebenarnya aku tak tega memberi tahu semua ini."
"Kau harus bisa, ini semua demi kebaikanmu dan juga dia."
"Tidak. Lebih tepatnya kebaikan untuk kalian. Bukan untukku." Sahut Jisoo dengan ketusnya, ia lalu memalingkan wajahnya ke arah tangga rumah lalu kembali mencerca.

"Hubunganku harus kandas karena keinginan kalian. Tidak bisakah semua ini dibatalkan?"
"Joshua dengar, kita ini sudah berhutang banyak kepada Mr.Choi. Ia yang sudah membantu perusahaan ayahmu bangkit lagi. Tanpanya pasti perusahaan ayahmu itu akan bangkrut."
"Dan begini kah cara balas budi kita padanya, ini urusan orang tua. Kenapa kami sebagai anak juga diikut sertakan dalam masalah ini?"

"Karena ini keinginan anaknya, Josh."
"Jangan salahkan aku, apabila nantinya gadis itu kuperlakukan buruk. Aku tidak mencintainya mom, aku hanya mencintai (y/n)," Jisoo lalu pergi ke kamarnya.
Sesampainya dikamar, ia sengaja menutup pintu dengan sedikit bantingan.
Agar ibunya tahu, bahwa betapa kecewa dan kesalnya ia akan keputusan sepihak ini.

Menurutnya, pendapat kedua orangtuanya sungguh egois.















Udah chp 10, maaf ya kalau ada typonya 😁.
Sekedar info, BTS menang BBMAs 👏yuhuu congrats buat uri Bangtan 😘.
Btw MV jepangnya SEVENTEEN ko bikin ngakak yaa 😂 itu lho motornya si Scoups buset banyak bener dah kaca spionnya.
Hoshi gaya rambutnya kaya jaman Very Nice ya 😌.
Lalu mak Jeonghan ahh udah ga cocok lagi di panggil mak.
Kan udah manly 😁😀 semuanya keren lah. Gue suka gue suka 👏😘.

My Boyfriend Jeon Wonwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang