Dua

11 0 0
                                    

Rumah baru. Suasana baru. Teman baru? Rama bukanlah laki-laki yang peduli pada lingkungannya. Ada teman ataupun tidak, itu bukan masalah baginya. Asalkan oksigen masih bebas ia peroleh, hidupnya akan aman-aman saja.

Mobil keluarga Rama sudah memasuki kompleks perumahan. Sepasang earphone setia menghiasi telinga laki-laki berusia 17 tahun itu. Ia membuka mata dan mengerjapkannya, seolah ingin lebih mengenal lingkungan barunya. Masih di bagian depan kompleks itu, mata Rama terpikat pada sebuah danau kecil di sana. Pasti akan menjadi tempat yang aman untuk menyendiri, pikirnya.

Danau itu cukup asri dan pasti akan banyak memberinya inspirasi apabila menyendiri di sana bersama pensil dan buku sketsa kesayangannya. Laki-laki dingin itu memang suka menggambar.

Rama sudah sampai di rumah barunya. Orang-orang yang telah dibayar oleh ayahnya sibuk mengangkuti dan menata barang-barang keluarganya. Tapi, khusus untuk bagian kamarnya, ia tidak ingin orang lain yang menatanya. Harus ia sendiri. Karena itu dunianya.

Tahun ini Rama telah lulus dari bangku SMA, ia pun telah diterima di salah satu universitas. Kuliahnya akan dimulai dua hari lagi dan itu hanya kegiatan OSPEK. Sungguh hal yang tak perlu diadakan tapi entah mengapa terus mendarah daging dalam dunia pendidikan. Alasannya untuk pengenalan lingkungan kampus, tapi biasanya justru menjadi wadah para senior agar bisa melakukan “penindasan” terhadap junior-junior barunya. Rama hanya tersenyum kecut pada pemikirannya barusan.

Daftar barang bawaan OSPEK yang baru saja ia print dan sekilas ia baca hanya diletakkannya di atas meja belajar.

“Besok ajalah. Masih ada dua hari untuk mempersiapkan barang-barang tidak penting itu.” ucap Rama yang disusul dengan suara rebah tubuhnya di atas kasur.

Matanya terpejam merangkai mimpi indahnya.

***

Setelah mandi dan minum segelas susu, Rama menuju garasi rumahnya untuk mengambil sepedanya. Ya, dia akan berkeliling mencari barang-barang OSPEK dengan sepedanya dan akan singgah di danau yang waktu itu ia lihat. Ia belum sempat untuk menyendiri dan menggambar di tempat yang menarik perhatiannya itu. Tas kecil berisi buku sketsa dan pensil telah ia persiapkan.

Tali rapia, sedotan, karton dan beberapa benda lain yang dicari sudah menggantung indah di stang sepeda Rama.

Rama menyandarkan kepalanya disebuah pohon di pinggir danau. Tangannya sudah menari indah bersama pensil yang menghasilkan sebuah gambar danau yang sedang ia tatap di buku sketsanya. Sebotol air mineral tersandar di sampingnya sebagai pelepas dahaga karena energinya sudah berkurang akibat mengayuh sepeda keliling kompleks tadi.

Hari ini danau itu sepi pengunjung. Sungguh hal yang sangat menyenangkan bagi Rama.

Rama menatap sebuah gelombang di atas permukaan danau yang sedang ia gambar. Seseorang melemparkan kerikil pada permukaan danau itu. Sedari tadi orang itu terus saja melemparkan kerikil, membuat konsenterasi Rama buyar.

Ia pun mendengus sebal dan melirik ke arah orang yang terus saja melakukan hal itu. Seorang gadis dengan rambut kuncir kuda. Andai saja ini bukan tempat umum dan andai saja orang itu bukan seorang wanita, pastilah Rama sudah menghampirinya dan mencaci perbuatan norak yang dilakukan orang itu.

Rama meneguk lagi air mineralnya. Ia pun memasukkan buku sketsa dan pensil miliknya ke dalam tas. Suasana hatinya sudah tidak baik karena gadis pembuat gelombang dengan kerikil di danau itu.

***

Haloo..
Ini cerita baru jadi updatenya dikit dikit yaa. Boleh lah kalo mampir di klik tombol vote dan commentnya hehe

Siapasih nama gadis pembuat gelombang itu? Penasaran? Tunggu update nya lagi yaaa..

Terima kasih sudah singgah

Last PromiseWhere stories live. Discover now