Tiga

9 0 0
                                    


Aku masih melakukan hal yang sama. Melempar kerikil ke arah danau untuk melepas rasa sendihku. Dua hari lagi kegiatan perkuliahanku akan dimulai yang mungkin saja nantinya akan menyita waktu sendiriku.

BUUKK!! "Aww!!" pekikku. Sesuatu mengenai kepalaku. Cukup menyakitkan terkena timpukan botol air mineral berukuran 600ml. Masih beruntung bahwa bagian badan botol itu yang mengenai kepalaku. Aku pun menoleh ke arah botol itu datang. Tampak punggung seorang laki-laki tengah berjalan santai ke arah sepeda yang mungkin adalah miliknya.

"Hei. Ini botol kamu kan? Bisa gak sih buang sampah itu ditempatnya, bukan dikepala orang!?" kataku dengan nada tinggi. Laki-laki yang ternyata lebih tinggi dariku pun menoleh.

"Oh. Sorry gak sengaja. Karena botolnya udah ditangan lo, lo aja yang buang. Kan lo ahli lempar-lempar kerikil ke danau, berarti lo ahli juga buat lempar botol itu ke tempat sampah. Oke? Urusan kita selesai," dengan wajah tak bersalah serta mengangkat sebelah alisnya, tanpa seulas senyum pun dia segera berbalik badan dan kembali berjalan menuju sepedanya lalu pergi.

Aku terdiam mendengar perkataannya. Seenaknya saja dia berbicara seperti itu padaku. Aku pun mendengus sebal dan menuju rumahku.

Saat tiba dirumah, aku melihat sebuah sepeda terparkir santai di teras rumahku. Sepeda itu memang sudah sangat melekat di mataku. Sepeda milik seorang laki-laki yang selama ini selalu menemaniku disaat sedih ataupun senang. Abin, dia sahabatku.

"Pasti abis dari danau, kan? Ngelemparin para kerikil tak bersalah ke permukaan danau yang nantinya jadi gelombang di air. Pasti kan?" kalimat pertama yang meluncur dari bibir sahabatku itu mengundang senyumku. Dia mempraktikkan gerakan melempar kerikil untuk meledekku. Dia memang terlalu menghafal diriku.

"Hahaha. Emangnya mau dari mana lagi? Rumah pacar? Mana punya," aku menjawab kalimatnya sambil menghampiri dan duduk persis di sampingnya. "Eh, tunggu. Abis potong rambut ya?" tanyaku pada Abin sambil menyentuh rambutnya karena melihat ada yang berbeda dari kepalanya.

"Weits, iyalah. Keren kan? Duh jangan dipegang-pegang dong. Nanti rambut gue jadi gelombang di air juga lagi. Hahaha." Jawabnya sambil bertingkah merapikan rambut barunya itu.

Aku dan Abin sudah bersahabatsejak lama. Abin lebih tua satu tahun dariku dan dia juga senior di kampusbaruku. Kami akan satu universitas. Abin adalah mahasiswa jurusan Desain.Memang tidak satu jurusan denganku karena aku jurusan Pariwisata. Tapi setidaknya kami masih berada dalam satulingkungan yang sama. Abin lebih tinggi dariku. Dia seorang pribadi yang ramah,berparas manis dan juga humoris. Karena itulah aku nyaman bersahabat dengannya.Dia selalu mempunyai cara ampuh untuk menghiburku bila suasana hatiku sedangtidak baik.    

****

Sekian lama gak update hehe, maafkeun. Semoga kalian masih penasaran dengan ceritaku yang baru tiga part ini yaaa. semmoga juga bisa update rutin "Last Promise" nantinyaaa. Have fun!!

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 27, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Last PromiseWhere stories live. Discover now