34 : Festival Sekolah (Part 2)

296 35 46
                                    

"Bersulang untuk ketua klub baru kita!"

Terdengar bunyi botol kaca berdenting. Elang, Adit, dan Bimo berkumpul di belakang stand bazaar kelas mereka. Mereka menepi dari keramaian festival untuk merayakan keberhasilan Elang menjadi ketua klub sepak bola. Namun, obrolan mereka terputus ketika Hara dan Dini muncul mengalihkan perhatian.

"Kak, please bantu kita nyari Naya, dia nggak ada di mana-mana," ujar Hara kepada Adit. Beberapa waktu lalu, ia dan Eli menyusul Naya ke kelas karena sahabatnya itu tak kunjung kembali, tapi tidak ada seorang pun. Mereka berubah panik ketika menemukan tas anyaman berisi sirup dan gula yang tergeletak di depan kelas. Mereka bersama-sama mencari Naya, tapi tidak menemukannya.

"Kok bisa?" tanya Adit.

"Nggak tahu, Kak. Tadi dia ke kelas ambil sirup sama gula, tapi waktu kita nyusul ke sana nggak ada. Kita nemuin tas yang isinya gula dan sirup jatuh di depan kelas. Kayaknya ada sesuatu yang terjadi sama Naya. Please, Kak, bantuin kita nyari dia. Aku khawatir banget."

"Udah coba telpon, belum?"

"Hapenya di tas, Kak. Dia nggak bawa hape," ujar Eli.

Adit mengangguk, "Ya udah, kita coba cari di kerumunan pengunjung. Kali aja dia udah siap-siap nonton kembang api di halaman utama."

Bimo menahan Adit yang hendak beranjak, "Ngapain sih ikutan? Palingan dia lagi boker di toilet. Lebay banget bilang dia ngilang."

"Kita udah nyari dia di toilet lantai tiga. Tapi nggak ada," sahut Hara.

"Sorry, aku bantu Hara dulu, Bim." Pandangan Adit beralih ke arah Elang, seakan meminta persetujuan. Elang mengangguk. Adit segera pergi mengikuti Hara dan Eli.

Bimo berdecak, "Elah si Adit nggak asyik. Sejak punya cewek, sering kabur mulu," gerutu Bimo. Elang tertawa pendek, ia memainkan botol soda di tangannya, Si Kumal menghilang? Memangnya dia pergi ke mana?

Elang mengenyahkan pikirannya, Ngapain juga aku peduli? Ia melanjutkan obrolan dengan Bimo, tapi baru beberapa saat, perhatian mereka teralihkan ketika mendengar suara beberapa gadis yang sedang tertawa tak jauh dari mereka.

"Biar mampus tuh cewek, biar dia nggak main-main sama Zizi."

"Ngurung dia di gudang perlengkapan kebersihan emang udah pas. Pas bikin dia semalaman tidur sama tikus dan kecoak, biar tahu rasa!"

"Siapa suruh dia deketin Elang? Dasar cewek nggak tahu diri."

Elang dan Bimo saling berpandangan mendengar suara yang sangat mereka kenal. Zizi. Para gadis itu tak menyadari keberadaan Elang dan Bimo di belakang stand. Mereka diam menunggu sampai Zizi dan teman-temannya itu menjauh.

"Telpon Adit, Bim."

Bimo mengangguk dan segera menelepon Adit. Terdengar MC yang berbicara lewat pengeras suara agar para pengunjung berkumpul di halaman utama untuk menyaksikan kembang api. Bimo menggeleng ketika tak ada balasan dari Adit. "Nggak diangkat, mana mau peluncuran kembang api lagi. Pasti lampu seluruh area sekolah bakal dipadamin. Gimana, Lang?"

Elang termangu sejenak, "Terus hubungi dia." Ia kemudian berlari pergi setelah merebut senter dari siswa yang lewat. Ia menerobos pengunjung yang berjubel menuju halaman utama. Ketika hendak mencapai gedung utama, seluruh lampu area sekolah padam. Kegelapan pun melanda. Sial. Ia mulai menyalakan lampu senter dan berlari secepat yang ia bisa. 

-----##-----

Badan Naya melemas. Ia merasakan ngilu yang luar biasa di lengannya. Sudah beberapa lama ia menggedor-gedor pintu dan berteriak minta tolong, tapi tak ada orang yang mendengar teriakannya. Air mata mengalir deras di pipinya. Ia baru ingat bahwa gudang perlengkapan kebersihan adalah ruangan paling pojok di belakang perpustakaan lantai 1, di hari-hari biasa saja jarang ada yang lewat, apalagi situasi seperti ini.

Ia mengedarkan pandangan ke seantero ruangan, pikiran-pikiran negatif mulai bermunculan. Ia ketakutan sekarang. Tangisnya semakin keras.

"Ayah, Ibu, Tanu, Tolong," ujarnya lirih. Ia membenamkan wajahnya di lutut. Ketika lampu tiba-tiba padam, ia berteriak, dan kembali menggedor-gedor pintu, ia sangat takut sekarang. Sendirian dan gelap. Tak lama kemudian terdengar bunyi ledakan kembang api yang beruntun, membuat suaranya semakin tenggelam.

Di sisi lain, Elang sampai di depan pintu bertuliskan gudang perlengkapan kebersihan. Ia melihat pintunya yang bergetar karena digedor dari dalam. Dengan pencahayaan yang minim dari lampu senternya, ia melihat pintu itu terkunci. Ia berpikir cepat dengan mengambil tabung fire extinguisher yang digantung di tembok lorong. Ia mencoba menghancurkan gembok itu dengan memukulkan bagian bawah tabung fire extinguisher. Sial! Sial! umpatnya dalam hati. Tak mudah melakukannya di ruangan gelap. Ia memukulkan tabung sekuat tenaga hingga gembok itu rusak.

Ketika Elang menarik pintunya terbuka, Naya yang saat itu bertumpu pada pintu terjatuh ke depan, sontak membuat Elang menangkapnya. Naya merasakan tubuhnya membentur seseorang, tangisnya pecah. Ia menangis karena sangat lega ada orang yang menyelamatkannya. Beberapa detik lalu bahkan ia berpikir akan mati. Sejenak, ia tak tahu siapa orang yang menyelamatkannya itu, kegelapan yang melanda lorong membuatnya tak bisa melihat wajah orang itu. Tapi ketika ia menghirup aroma vanili kayu yang menguar dari tubuh orang yang menyelamatkannya, ia tersenyum senang mengenali pemilik wangi parfum itu.

"Kak Ares? Kak Ares? Huaa...." Tangisnya pecah. Ia memeluk dan membenamkan wajah di dada Elang.

Mendengar gadis yang diselamatkannya memanggil nama Ares, Elang tiba-tiba merasa dadanya sesak. Ia membiarkan Naya menangis, tak berkata sepatah kata pun. Tiba-tiba tubuh gadis itu semakin melemas, kemudian merosot, sontak Elang menahannya. Rupanya Naya jatuh pingsan.

Bersamaan dengan itu, Bimo, Adit, Hara, dan Eli datang.

"Lang? Dia kenapa?" Adit terkejut melihat kondisi Naya.

"Jangan banyak tanya, cepat siapkan mobil!" perintah Elang. Adit mengangguk dan bergerak cepat. Elang menggendong Naya dengan sigap dan membawanya pergi, "Bertahanlah," bisiknya.

-----##-----

-----##-----

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.


Percayalah, aku emosional waktu nulis part ini, hehe.. 

Btw, kasihanilah penulis yang fakir komen ini gaes.. T.T, Tolong berikan kesan pesanmu waktu membaca part ini, ayo kita berinteraksi.. Tembusin 20 komen dah, biar aku lanjut cepet, wkwkwk... See you di part selanjutnya.. :)


10 Januari 2019

23:05

Jewel In The King's HeartМесто, где живут истории. Откройте их для себя