lima

1.3K 156 23
                                    


Chapter 5

Sejak enam bulan pacaran, Jungkook memutuskan untuk tinggal bersama Taehyung dalam satu apartemen. Katanya sih biar mudah menjaganya. Yoongi dengan mudah memberi izin padanya. Bisa apa dia kalau Taehyung sudah merengek dengan mata berkaca-kaca. Lagi pula, sejauh ini ia mengenal Jungkook sebagai pria yang baik dan bertanggung jawab. Bunda Kim juga kenal Jungkook dan sudah memberinya izin. Dengan catatan, harus ada dua kamar tidur.

Yoongi juga sering sekali mampir untuk menginap. Membawakan Taehyung bahan makanan atau makanan hangat siap santap. Dua lelaki itu tidak ada yang bisa diandalkan untuk urusan dapur. Hanya itu yang membuat Yoongi khawatir pada adiknya. Tapi kekhawatiran itu pun seolah lenyap seiring dengan bertambahnya berat badan Taehyung. Jungkook benar-benar merawat adiknya dengan baik.

Senang ya kalau ada yang menjaga dan merawat dua puluh empat jam.

"Hyung~"

"Jangan lari-lari Tae, licin!"

"Aku sudah kesetan kok, sayang."

Jungkook yang sedang menyeduh susu di dapur hanya bisa geleng-geleng. Keluar dari kamar mandi, Taehyung langsung berlari menghampiri Yoongi yang sibuk bermain ponsel di ruang tv. Hyung tersayangnya yang sudah tiga hari ini kabur dari apartemennya sendiri.

Si rambut perak menjatuhkan bokongnya di samping Yoongi setelah sempat mengecup bibirnya yang mengerucut menggemaskan.

"Kau mau Jungkook membunuhku?"

"Hihi, dia tidak akan melakukannya." Taehyung makin merapatkan tubuhnya pada Yoongi, memeluknya dari samping erat-erat seolah-olah Yoongi adalah boneka singa raksasanya.

Taehyung yang baru saja mandi baunya benar-benar seperti bayi. Yoongi suka. Dan tiga hari mendekam di sini membuat aromanya menjadi seperti Taehyung. Iya lah. Di kamar mandi hanya ada dua pilihan sabun mandi; milik Jungkook, yang baunya seperti om-om, dan sabun bayi Taehyung.

"Serius amat sih melihatnya. Sampai bibirnya mau jatuh begitu." Taehyung ikut mengintip layar ponsel Yoongi.

"Hyung lagi stalkin' Jimin ya?"

"Apaan sih, enggak!"

"Stalkin Jimin tapi blokir nomor dia. Aku diteror terus sama Jimin, tahu!" kini Taehyung ikut merengut, "Yoongi hyung udah makan? Yoongi hyung lagi ngapain? Jangan pacaran terus urusin Yoongi hyungnya! Huh, kenapa kalian nggak ketemu aja sih, kan nggak baik berlarut-larut marahan."

"Siapa yang marahan? Aku cuma lagi berpikir."

"Berpikirnya jangan kelamaan hyung, nanti kalo Jimin tertarik sama yang lain bagaimana?" Jungkook datang-datang bikin urat di pelipis Yoongi menyembul saja. Ia duduk setelah memberikan susu hangat di tangannya pada Taehyung.

"Bukan urusanku lah."

"Serius bukan urusan hyung?" alis Jungkook tertarik usil.

"Loh kenapa harus jadi urusanku?"

"Loh hyung serius sama sekali nggak tertarik sama Jimin?" Taehyung ikut menyudutkannya. Sudut-sudut mulutnya belepotan susu, membuat Yoongi gatal dan mengusapnya dengan ibu jari. Padahal kesal, tapi Taehyungnya bikin gemas. Itu Jungkook yang bicara dalam hati.

"Jadi beneran nggak tertarik?"

Yoongi mengerjap sambil menggulirkan pandangannya—tidak fokus.

"A-aku? Jiminnya dong ditanya!"

"Kok Jimin? Sudah jelas kan kalau Jimin suka sama hyung?"

My PainkillerWhere stories live. Discover now