Bab. 3 Boyfriend ( Encounter )

6.3K 860 67
                                    

"Bego," umpat Honey pada dirinya sendiri dengan mata panda yang cukup besar.

Jika ditanya darimana mata panda besar itu, jawabannya karena kegabutannya membaca ulang pesannya dengan F. Dia baru menyadari bahwa dirinya telah menyia-nyiakan kesempatan untuk mendapatkan diskon 40%. Ini semua karena otaknya yang rada konslet waktu itu. Keserakahannya yang terlalu antusias untuk pacaran dengan F yang dianggapnya Fatah telah membuat kepintarannya memudar.

"Bego," umpatnya lagi sambil memukul-mukul pelan kepalanya. Tak berani memukul keras, selain karena tidak mau gegar otak, juga pasti terasa sakit.

"Apes," sesal Honey dengan bibir yang sengaja dicebikkan.

Tok. Tok.

Bunyi ketukan pintu disertai panggilan namanya membuat Honey menghentikan tindakannya.

"Non Honey, sarapan, Non."

Itu bukan suara hati, tapi suara Surti, pembantu Honey. Wanita berusia dua puluh lima tahun yang sudah menjadi pembantu rumah tangga di rumah Honey sejak belia. Asalnya dari Jember, pernah sekolah di Mojokerto dan suaminya dari Papua.

"Non, sarapan, Non. Sudah ditunggu Nyonya," ujar Surti lagi.

"Iya, Bi Sur," sahut Honey lalu keluar kamar.

Bi Sur, bukan bisul. Please, jangan salfok.

Surti mengulas senyum menyambut Honey. Wanita dengan rambut keriting dan berkulit kecokelatan itu segera berjalan lebih dulu untuk pergi ke dapur.

Honey pun menuju ruang makan. Di sana, Sindy, Ibu tirinya telah menunggu. Wanita itu memakai pakaian kantor dengan riasan tipis yang membuat wajahnya yang cantik semakin terlihat mempesona.

"Pagi, Honey," sapa Sindy.

"Pagi juga, Bun," sahut Honey yang terbiasa memanggil Sindy dengan panggilan Bunda.

Sindy mengulas senyum lantas mengambilkan sepotong roti yang sudah dilapisi selai dan madu untuk Honey. Setelahnya memberikannya pada anak kesayangannya itu.

"Makasih, Bun," ucap Honey.

"Sama-sama, Dear," sahut Sindy lantas melanjutkan makannya kembali.

Honey pun mulai menyantap sarapannya pagi ini. Mulutnya mulai sibuk mengunyah gumpalan roti.

"Honey, uang bulananmu masih ada, kan?" tanya Sindy yang seketika membuat Honey tersedak.

Gadis dengan pipi bulat itu batuk-batuk membuat Sindy segera menyodorkan segelas susu yang langsung diteguk Honey dengan ganas. Jantungnya serasa mau meloncat keluar mendengar pertanyaan Sindy.

"Ke-kenapa, Bun?" tanya Honey dengan bibir bergetar, gugup.

"Nggak, Bunda cuma mau ngingetin kalau uang bulananmu sebagian ditabung. Jangan boros-boros, oke?" nasehat Sindy.

"O-oke, Bun," sahut Honey dengan senyuman kaku.

"Bagus," ucap Sindy yang membuat Honey menghela napas lega.

"Kamu nggak berencana menghabiskan uangmu dalam sekejap dan untuk hal yang nggak penting, kan?" tanya Sindy dengan tatapan mata penuh curiga.

"Ng-nggak, kok, Bun. Mau buat apa coba, ya kan? Haha."

Honey meradang. Keringat dingin telah mengalir deras dari tubuhnya yang gempal. Ini pertama kalinya Honey berbohong dan dia baru tahu kalau berbohong seperti menahan kentut, bikin sakit perut dan kepala.

"Iya, Bunda percaya sama Honey, kok," ucap Sindy yang membuat rasa bersalah Honey makin meninggi.

"Oh ya, Honey nanti ada acara?" tanya Sindy.

PACAR DISKON 30% [ New Version ]Where stories live. Discover now