A Good Reason to Smile

3.5K 563 206
                                    

A Good Reason to Smile - Chasing Noise

----

Akhir-akhir ini, Erisha hobi banget berbicara sendiri. Tiap lagi bareng Ale, daripada ngotot mengajak cowok irit bicara itu mengobrol, Erisha justru jadi lebih sering berdialog dengan dirinya sendiri.

Sore ini, di perjalanan Ale menjemput Erisha dari kampus, cewek itu kembali melakukan kebiasaan anehnya yang makin hari makin sulit Ale pahami.

"Memangnya, kamu yakin dia akan setia pada kerajaan kita?" Erisha mengangkat kepalanya tinggi-tinggi dengan mata memicing. "Bagaimana kalau dia berkhianat? Bagaimana kalau... dia mengejar tahta kerajaan ini?"

"Biarin aja, Rish," sahut Ale iseng.

Kepala Erisha menoleh cepat. Dahinya berkerut-kerut terlihat terganggu. "Tidak bisa dibiarkan, Tuan Adelardian. Aku mencium bau tidak enak. Tampaknya, dia berusaha menarik perhatian raja."

Ale mengulum senyumnya. Mengikuti permainan Erisha, dia menjawab, "Menarik perhatian gimana tuh? Caper?"

Erisha menggeleng-geleng. "Sesuatu yang lebih penting daripada mencari perhatian," balasnya dengan wajah super serius. "Mungkinkah dia berusaha menguasai negeri ini dengan terlebih dulu mengambil seluruh perhatian Sang Raja?"

"Tanya kerang ajaib, coba."

"Ale!"

"Katanya nama aku Adelardian? Ale siapa, ya?"

"Aduuuh, Ale ganggu aja, deh!"

Tawa Ale akhirnya pecah. "Sori, sori. Jadi aku harus gimana, nih?"

"Apaan coba kerang ajaib? Emangnya Sponge Bob?" Erisha cemberut.

"Ya terus apaan, Erisha?"

Masih dengan muka cemberut karena dialognya dihancurkan oleh Ale, Erisha menyampirkan rambutnya di bahu kanan lalu menegakkan duduknya. "Singgasana ini tidak boleh direbut oleh siapapun. Aku bersumpah, negeri ini akan menjadi makmur dan sejahtera. Aku-- Ale, itu minuman aku!"

Ale tertawa terbahak-bahak dan pasrah saja minuman Erisha yang sedang diseruputnya, direbut begitu saja oleh sang pemilik.

"Sayang kalau nggak diminum," ujar Ale.

"Masih diminum, kok! Tadi kan aku latihan," balas Erisha sengit lalu menyeruput minumannya kuat-kuat.

"Kamu lagi ngapain sih sebenernya? Habis nonton film apa? Angling Dharma?"

"Bukaaan. Aku tuh..." Erisha terlihat ragu-ragu.

"Apa?"

"Tapi Ale jangan ketawa, ya."

"Iyaaa. Apa?"

Erisha menarik napas panjang. "Aku ditawarin casting buat jadi pemain teater."

"Hmph--"

"Tuh kan, Ale ketawa!"

"Bukan, Rish. Bukan," sanggah Ale langsung. Tapi memang benar sih, dia ingin tertawa. Habisnya, sama sekali enggak terlintas di benaknya Erisha tertarik dengan dunia teater.

"Terus apa namanya kalau bukan ngetawain aku? Hah?"

"Jadi ini alasannya kenapa kamu rajin ngomong sendiri? Bukannya recokin aku kayak biasa?"

Erisha nyengir dan mengangguk-angguk. "Lagian juga, ngomong sama Ale berasa ngomong sama tembok."

Ale tertawa lagi. "Gitu, ya?"

"Iya," sahut Erisha jutek. "Udah deh, nggak usah ngetawain aku. Beberapa minggu lagi aku casting, jadi harus banyak latihan. Aku pengen banget nih main teater. Jadi begitu ada tawaran casting, kenapa nggak aku terima aja? Iya kan, Ale?"

50mm (35mm Sequel)Where stories live. Discover now