First; The Entire Universe

137 20 0
                                    

First — The Entire Universe



Seberkas sinar matahari yang menelusuk lewat celah-celah gorden merah muda berhasil menyilaukan pandangan seorang Lee Tae-Yong. Pemuda yang baru saja terbangun dari tidur lelapnya itu tampak menyipitkan mata, mencoba mengatur cahaya yang hendak diterima oleh indra penglihatannya secara perlahan-lahan.

Pemuda tampan tersebut mengaduh tertahan. Ia baru menyadari tangan kanannya terasa amat pegal setelah menjadi bantalan untuk kepala wanita yang sampai saat ini masih memejamkan mata di samping tubuhnya dan memeluknya erat entah sejak kapan. Selimut berwarna senada gorden menutupi tubuh polos keduanya.

Ah. Tae-Yong baru ingat kalau dirinya sudah menghabiskan waktu lebih dari semalam suntuk hanya demi merayakan ulang tahun sang kekasih, Bae Joo-Hyun, yang ke-24. Tangan kiri lelaki itu berusaha sebisa mungkin menggapai telepon selulernya yang tergeletak di atas nakas, tanpa berniat mengusik tidur sang wanita. Tapi niat hati ternyata tak sejalan dengan kenyataan, pasalnya setelah melihat jam yang tertera pada ponsel, ia juga baru sadar kalau matahari yang menyilaukan pandangannya tadi bukan lagi mentari pagi.

"Hai, Lee Tae-Yong!" teriak Joo-Hyun, sesaat setelah merasa waktu tidurnya terganggu oleh gerakan cepat Tae-Yong yang bangkit dan berlari ke kamar mandi secepat kilat. "Setidaknya pakai dulu celanamu sebelum berlari!" wanita berparas bak dewi itu kemudian tertawa, tak percaya kalau dirinya harus melihat kepolosan bokong Tae-Yong untuk sekali lagi.

Hari sudah menjelang sore, itulah yang kemudian membuat Tae-Yong seketika kalang kabut. Pukul 04.30 nanti, ia harus menjemput adik perempuannya yang paling bontot pulang dari sekolah. Sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 04.10, tidak mungkin ia bisa sampai di sekolah adiknya hanya dalam waktu 20 menit tanpa termasuk waktu untuk mandi dan bersiap-siap.

"Memangnya, kau harus menjemput Sa-Rang setiap hari, ya?" tanya Joo-Hyun yang hanya menutupi tubuhnya dengan selimut. Rautnya tampak tidak rela membiarkan kekasihnya pergi begitu saja.

Sambil sibuk memakai setelan pakaian yang baru dibelinya semalam, lelaki berambut ungu itu menjawab, "Kau harus maklum. Dia adikku paling bungsu, aku masih tidak bisa memercayakannya pada sopir atau pun membiarkannya naik bus sendirian."

Joo-Hyun angguk-angguk, sudah tahu betul kalau si lelaki akan menjawab demikian.

"Aku pergi dulu," pamit Tae-Yong. Sedetik berpaling, Joo-Hyun menahan tangannya. Meminta dicium, tentu saja.

"Aku mencintaimu."



↫↫ ↬↬



Di depan gerbang sebuah sekolah menengah pertama nan elit, seorang siswi terlihat mondar-mandir dengan wajah gelisah. Entah ke berapa kali, gadis belia itu terlihat menengadah ke arah langit.

Sepertinya akan turun hujan.

Ia mendengus kesal sambil memperhatikan jarum kecil yang terus berputar di arloji yang dipakainya. Sesekali, kepalanya menengok ke arah kiri dan kanan, mencari-cari sosok yang ditunggunya sedari tadi.

"Sa-Rang~a!"

Senyum gadis itu mengembang seketika tatkala pria muda yang sejak satu jam lalu ia tunggu akhirnya muncul juga. Tak sampai 3 detik, gadis tersebut buru-buru memasang muka masam, menunjukkan kekesalannya pada si lelaki yang masih tampak cengengesan di dalam mobil.

이 사랑 후 무지개  (A Rainbow After This Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang