Second; Other Dimension

91 21 6
                                    

Second — Other Dimension



"Sa-Rang~a! Lee Sa-Rang!"

Sae-Rom memanggil nama adiknya dari luar kamar dengan ogah-ogahan. Kalau bukan karena suruhan sang ayah ditambah pelototan Lee Tae-Yong, ia jelas tidak akan mau menaiki tangga lagi ke lantai 3 hanya untuk mengetuk-ngetuk pintu kamar Lee Sa-Rang yang memang memiliki kebiasaan susah sekali dibangunkan sejak dahulu kala.

"Hai, Lee Sa-Rang! Aku tahu, kau masih tidur. Terserah, kau mau melanjutkan tidurmu atau berlari turun untuk sarapan bersama. Pokoknya, aku sudah datang kemari untuk membangunkanmu, ya! Catat itu!"

Tanpa menunggu sang adik menampakkan diri, Sae-Rom berjalan cepat menuruni tangga dan kembali duduk di kursi makannya semula.

Pagi ini, Keluarga Lee sudah siap untuk sarapan bersama. Berbagai macam makanan lezat bernilai gizi tinggi yang dimasak langsung oleh koki andalan keluarga telah tersedia dan tertata rapi di atas meja. Di antara 12 kursi berformasi 1-5-5-1 yang ada di ruang makan, Lee Jae-Ha—sang kepala keluarga, duduk di pojok bersama sang istri, Choi Shin-Ae, dan Lee Sae-Rom di kiri kanannya. Sedangkan Tae-Yong, terbiasa duduk di sebelah ibunya berhadapan dengan kursi di samping Sae-Rom yang biasa diduduki Sa-Rang. Tujuh kursi sisanya, dibiarkan kosong begitu saja.

"Lo? Mana Sa-Rang, Sae-Rom~a?" tanya sang ayah. Sae-Rom hanya mengangkat bahu sebagai jawaban.

"Kau membangunkannya atau tidak, sih?" Tae-Yong menatap Sae-Rom, jengkel. Tangan kanannya yang sedang menggenggam garpu kini bahkan mengarah pada adik pertamanya tersebut.

"Aku sudah membangunkannya, kok! Dia saja yang tidak mau bangun!" ujar gadis berambut pendek itu, membela diri.

"Sssh, sudah, sudah!" lerai Shin-Ae, tak mau membiarkan putra-putrinya berlama-lama ribut di meja makan. "Mungkin Sa-Rang hanya ingin dibangunkan oleh Oppa-nya," sambungnya seraya melirik ke arah sang putra. Ia mengelus puncak kepala si sulung tampan penuh kasih sayang.

"Ya, sudah. Cepat bangunkan Sa-Rang, Tae-Yong~a. Hari sudah semakin siang, nanti kita semua bisa terlambat."

Tae-Yong mengangguk merespons titah ayahnya. Ia langsung bergegas menuju kamar si adik bungsu.

Tae-Yong mengetuk pintu kamar berkali-kali sembari memanggil-manggil nama adiknya. Namun tetap saja, tak ada sahutan yang ia dapat dari dalam meski sudah menunggu cukup lama. Sebentar lagi, mereka harus segera berangkat untuk kembali memulai rutinitas masing-masing. Tapi, kalau Sa-Rang belum bergabung, ayah mereka tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh makanan.

Mendapati pintu kamar adiknya terkunci, lelaki itu terpaksa mengandalkan kunci cadangan yang ia miliki untuk membuka pintu.

"Sa-Rang~a, kau masih tidur?"

Sebenarnya, Tae-Yong pribadi tak mengerti mengapa ia harus berjalan mengendap-endap di dalam kamar adiknya sendiri sekarang ini. Toh, ia masuk dengan niat ingin membangunkan kalau-kalau si adik masih terlelap, bukan untuk mencuri atau apapun itu.

Melihat Sa-Rang tidak ada di atas kasur, batin Tae-Yong mendadak diliputi gelisah, takut adiknya itu kenapa-kenapa.

"Sa-Rang?" ketika telinganya mendengar samar-samar lagu BTS yang berjudul Fake Love dari arah kamar mandi, firasat Tae-Yong mulai tak enak. Bukan lagi takut sang adik kenapa-kenapa, melainkan takut adiknya menjadi gila terlalu lama di dalam sana.

"Cepat keluar, Lee Sa-Rang! Sudah siang! Kau tahu sudah pukul berapa ini, ha?" teriak Tae-Yong seraya menggedor pintu kamar mandi dengan tak sabar.

이 사랑 후 무지개  (A Rainbow After This Love)Where stories live. Discover now