Fourth; Colors Between Us

90 9 14
                                    

Fourth — Colors Between Us



Setelah mengantarkan si cerewet Na-Eun pulang, Tae-Yong membawa mobilnya membelah jalanan kota Seoul. Saking cerewetnya seorang Lee Na-Eun, banyak cerita yang Tae-Yong dengar tentang Sa-Rang dan Hyun-Jin selama menikmati semangkuk jajangmyeon. Gadis belia yang pernah menyatakan cinta kepadanya itu bercerita secara jujur dari hal-hal terkecil sampai ke titik di mana ia dapat jelas membayangkan sudah seperti apa kedekatan yang terbangun antara sang adik dan teman barunya.

"Sepertinya teman barumu menarik juga, ya. Buktinya, kalian sudah bisa terlihat sangat akrab walau baru berkenalan tadi pagi," ucap Tae-Yong, bermaksud menggoda Sa-Rang.

Bukan menuju rumah, saat ini, mobil mereka sedang melaju ke suatu tempat yang sudah dipersiapkan oleh lelaki itu, spesial untuk adiknya. Dia ingin membuat sang adik bahagia hari ini, dan melupakan kejadian malam beberapa hari lalu yang mungkin membuat adiknya sedih.

"Ha? Maksud Oppa, Hyun-Jin?" tanya Sa-Rang, bingung.

"Tentu saja, Sa-Rang-ku Sayang!" Tae-Yong mencubit pipi Sa-Rang gemas. "Siapa lagi kalau bukan dia?"

"Sakit, Oppa!" gadis berkepang dua itu mengaduh, sedikit kesal. "Memangnya kenapa kalau aku bisa cepat akrab dengan Hyun-Jin? Oppa cemburu?" lanjutnya bercanda, balik menggoda sang kakak.

Tae-Yong mengangkat bahu, ogah-ogahan. "Siapa juga yang cemburu? Aku hanya penasaran, apa sih istimewanya Hyun-Jin sampai bisa membuatmu nyaman secepat itu?"

Kedua mata Lee Sa-Rang menyipit, mencium bau-bau mencurigakan dari gelagat si kakak sulung. Tak mau terlalu ambil pusing, ia pun ikut-ikutan mengangkat bahu dan menimpal, "Ya, mana kutahu? Tanyakan saja sendiri pada orangnya!"

Tae-Yong terkekeh merespons jawaban Sa-Rang.

Ketika mobil mereka telah sampai di tempat tujuan, sambil melepaskan sabuk pengaman adiknya, Tae-Yong kembali mengingatkan, "Tapi, ingat, ya? Kau harus tetap fokus dan mengutamakan sekolahmu dulu. Jangan sampai sesuatu apapun mengganggu konsentrasimu dalam belajar."

Sa-Rang mengangguk, langsung manut akan peringatan Tae-Yong.

Mobil putra sulung Lee Jae-Ha itu berhenti di area parkir salah satu gedung tinggi serbaguna milik sang ayah yang ada di pinggiran Seoul. Sebelumnya, ia sudah menyiapkan semua dari jauh hari secara matang. Dalam hati, ia hanya berharap kejutan hari ini akan berjalan lancar sesuai rencana.

"Mau apa kita ke sini? Bertemu Appa?" tanya Sa-Rang dengan ekspresi polos, sesaat setelah dirinya keluar dari mobil.

"Sudah, tidak usah banyak tanya! Cukup ikuti aku saja!"

Si Pemuda Lee lancar menarik tangan adiknya, membawa lari gadis yang masih tidak tahu apa-apa itu ke atas gedung dengan menaiki lift. Untuk mencapai atap, ia dan sang adik harus lanjut menaiki banyak anak tangga.

Tanpa terlihat kepayahan sedikit pun, Tae-Yong tetap berlari dengan semangat membara sambil tetap menggenggam tangan Sa-Rang. Sepuluh, dua puluh, tiga puluh, bahkan lebih dari anak tangga itu berhasil mereka naiki. Berbanding terbalik dari sang kakak, Sa-Rang justru tampak begitu kelelahan setibanya di area luar atap, dia jatuh terduduk dengan keringat bercucuran dan nafas yang tersengal-sengal.

"Oppa ini gila, ya?! Kalau kita datang ke tempat ini hanya untuk berlari naik turun tangga, lebih baik tadi tidak usah ajak-ajak aku! Capek tahu!" keluh Sa-Rang, susah payah.

"Nah, sekarang kelihatan kan siapa yang jarang berolahraga?" ledek Tae-Yong, puas. Sementara itu, yang diledek hanya bisa mendengus kesal.

Lelaki berambut ungu itu kemudian berjongkok, menyejajarkan wajahnya dengan wajah si adik bungsu. Tangannya terulur, menanti Sa-Rang untuk menerimanya. "Ya, sudah. Aku minta maaf. Tapi, kita tidak boleh berhenti sampai di sini saja."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 26, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

이 사랑 후 무지개  (A Rainbow After This Love)Where stories live. Discover now