3 : kedatangan

1.6K 323 69
                                    

         GEDUNG besar berlantai tiga itu berdiri megah bak istana kerajaan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

         GEDUNG besar berlantai tiga itu berdiri megah bak istana kerajaan. Dekorasinya didominasi oleh warna emas. Meja dan kursi telah ditata rapi. Berbagai macam stan makanan serta minuman berjejer—tamu-tamu tinggal memilih. Mulut Wonu sampai tidak bisa terkatup saking terkesimanya dengan pesta ulang tahun besar-besaran yang diadakan. "Gila, starbucks dibawa ke sini?!" takjubnya saat menilik satu per satu apa saja yang ada di situ. Kolam kristal pemancar air mancur adalah yang paling mentereng.

         "Pasti budget-nya ratusan juta," imbuh Biru. Sama-sama tidak bisa menahan decak kagum.

         "Jual ginjal nih kita kalau mau bikin beginian, Bi."

         "Ginjal doang nggak mungkin cukup. Jual diri baru bisa!"

          "Cepetan jalannya. Jangan norak lo berdua," hardik Joshua, menyeruak di antara Wonu dan Biru. Memimpin di depan, berjalan ke tempat band. Baik Wonu atau Biru tak mengindahkan cibiran tersebut. Keduanya masih asyik melihat-lihat. Seperti anak kecil baru masuk mal. Apa saja membuat mereka terkagum-kagum. Untung Dimas, pianis dari Eloise cepat tanggap untuk menarik kedua remaja itu sebelum Joshua mengamuk.

         "Udah pada pegang playlist-nya, 'kan?" Joshua memastikan usai mengecek sekaligus men-setting beberapa peralatan band yang akan mereka gunakan. Biru yang berada paling belakang mengacungkan stik drumnya sebagai tanda sudah sangat siap. Begitu juga dengan Dimas. Beralih ke Wonu, cowok itu malah tidak kunjung menjawab.

         "Won?" Joshua menyenggol pelan lengan Wonu. Mengempaskan lamunan yang cowok itu ciptakan sebab terlampau larut dalam mengamati setiap ornamen hingga orang-orang yang berlalu lalang. Tamu saja belum ada yang datang, tapi sudah ramai sekali dengan pelayan. Kalau begini, dipastikan jumlah tamunya nanti pasti membludak.

          "Hm, ya," jawab Wonu singkat, menelan ludah, membuang pandangan pada sederet playlist yang akan mereka mainkan. Kalau tidak salah dengar, bintang tamunya nanti ada juga beberapa penyanyi ternama ibu kota.

Acara itu berlangsung dua puluh menit kemudian. Sebagai pengiring, mereka telah mulai bernyanyi dari awal untuk menyambut para tamu. Sampai puncaknya, ratu dari acara malam itu disambut keluar. Riuh tepuk tangan menggema. Gadis bertubuh mungil dalam balutan gaun pink tulle long prom menjadi pusat perhatian. Rambutnya digelung dengan bagian atas diberi crown kecil. Cantik dan menawan sekali. Wonu mengerjapkan mata, berhenti terkesima. Berpindah ke para tamu, Wonu terdiam. Acara ulang tahun yang sangat meriah ini diadakan untuk gadis berusia tujuh belas tahun. Sebuah usia yang seharusnya memang dirayakan dengan membuat ribuan kenangan.

Andai dia dilahirkan dari keluarga kaya raya, ulang tahunnya pasti akan dimeriahkan seperti ini. Sayang, nasib yang berbeda membuatnya harus merayakan pergantian umur dengan cara lebih sederhana—menyelamati diri sendiri di genteng tua seperti tadi malam. Weny, Bapak, bahkan Biru saja tidak ingat kalau usianya sudah bertambah.

Pendar [selesai]Where stories live. Discover now