19 - Tugas Pertama

4.6K 791 72
                                    

Chapter 19

Weekend pertama setelah Garvin's to do list buatan Katrin diluncurkan, itu tandanya mereka siap melakukan tugas pertama; marathon film seharian.

Meski awalnya menolak mentah-mentah ide konyol ini, berkat bujuk rayu cewek itu, akhirnya Garvin menuruti juga. Entah Katrin yang memang punya bakat persuasif, atau mungkin Garvin yang memang nggak mau mengecewakan cewek itu, yang jelas disini lah Garvin sekarang, berdiri di depan poster-poster film yang sedang tayang di bioskop selagi menunggu Katrin tiba.

Tepat pukul satu lewat lima menit, sosok Katrin akhirnya muncul. Dia buru-buru mendekati Garvin yang masih sibuk menimang-nimang film apa yang sebaiknya dia tonton.

"Sorry gue telat lima menit, tadi macet," kata Katrin bersalah. Garvin melirik cewek itu sekilas. Nggak di sekolah, nggak di luar sekolah, kayaknya Katrin emang cinta mati sama gaya rambut kepang Prancisnya.

Garvin cuma mengangguk. Nggak mempermasalahkan.

"Jadi sesuai perjanjian, kita nonton film seharian hari ini. Lo udah liat ada film apa aja?"

Garvin lagi-lagi mengangguk.

"Nggak usah khawatir, lo bebas pilih mau nonton apa, gue ngikut aja. Harapan gue semoga melalui film-film yang lo tonton, lo akan tertarik dengan dunia perfilman, entah lo tiba-tiba kepikiran jadi sutradara, penulis naskah, atau bahkan aktornya," ucap Katrin bersemangat.

"Nggak ada film yang lagi pengin gue tonton," balas Garvin cuek yang langsung menjatuhkan antusiasme Katrin saat itu juga. Sepertinya sia-sia dia bersusah payah ngomong panjang lebar.

"Jadi?" Katrin menatap curiga sambil bersidekap.

"Ya, nggak usah nonton," jawab Garvin kalem.

"Yah, nggak bisa dong, kita udah disini. Lo harus nonton dua sampai tiga film. Lo udah janji sama gue bakal nurutin semua kegiatan di list yang gue bikin itu."

Garvin berdecak. "Lo kayaknya beneran mau bikin gue sakit mata. Filmnya nggak ada yang bagus juga ini, nanti gue malah ketiduran."

Katrin menimang-nimang ucapan Garvin. Sebenarnya cowok itu nggak salah. Nonton tiga film di bioskop secara marathon memang kurang baik untuk kesehatan mata. Kalau filmnya ternyata nggak menarik, ya resikonya ketiduran.

"Yaudah, satu film aja deh, sisanya kita streaming pulang nanti." Katrin akhirnya memilih jalan tengah.

Garvin menyetujui walaupun sebenarnya dia nggak tahu mekanisme di balik makna streaming versi Katrin. Mereka membeli tiket dan lima belas menit kemudian masuk ke dalam studio. Film yang mereka tonton adalah film horor-thriller. Kebetulan film ini termasuk dalam wishlist Katrin sejak lama, jadi Katrin merasa ada gunanya juga menonton berdua sama Garvin.

Satu jam lebih di dalam bioskop, Katrin melupakan tugasnya sebagai orang yang harusnya hanya peduli pada reaksi Garvin terhadap dunia perfilman, dia malah fokus nonton karena film yang tersaji di layar benar-benar seru dan menegangkan. Setelah selesai dan berjalan keluar studio, wajah Katrin masih menunjukkan sisa-sisa rasa takjub, sedangkan Garvin datar-datar saja.

"Gue lebih suka seri yang kedua ini dari pada yang pertama," kata Katrin saat mereka sudah keluar bioskop.

"Kok gue ngerasa ini cuma modus lo doang buat ngajak gue nonton bareng, alibinya bawa-bawa passion gue," Garvin justru membalas dengan kalimat yang tidak pernah Katrin duga sebelumnya diiringi senyum miring yang tampak mengejek.

Karena KatrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang