03. 사랑? [Love?]

2.3K 410 70
                                    

"Aku pulang!" Vie setengah memekik begitu tiba di depan pintu masuk rumahnya.

Suasana ruangan tampak begitu lengang bahkan Vie tak dapat mencium aroma parfum yang biasa dikenakan Yui. Atau minyak urut yang digunakan sang nenek ketika beliau mengeluh sakit di bagian lututnya. Vie sering menemukan keadaan rumah seperti ini, tapi malam ini sedikit berbeda.

Vie kemudian melangkah menuju ruang tengah sembari menatap ke sekeliling ruangan. Tak ada sesuatu yang mencurigakan di sini, namun Vie harus tetap waspada mengingat di sini bukan hanya mereka bertiga yang tinggal. Jelasnya masih ada seseorang yang dianggap Vie hanyalah sebagai pengganggu dalam kehidupan mereka.

"Nek, Yui. Kalian di mana?" Vie melebarkan langkahnya mengecek ke seluruh kamar dan ruangan yang ada. Vie juga berjalan ke arah dapur dan membuka pintu hanya untuk memastikan kedua orang itu hanya ada di sekitar halaman rumah. "Apa mereka di dalam ruangan itu?"

Vie mengusap wajahnya frustrasi jika memang benar nenek dan Yui sedang berada di dalam sana. Entah harus dengan cara apa lagi Vie mengingatkan mereka untuk tidak masuk ke tempat itu walaupun hanya sekedar membawakan makanan untuk pria yang dianggap telah tiada dalam kehidupan mereka. Vie tidak ingin menjadi anak pembangkang atau durhaka, Vie hanya tidak mau orang itu menyakiti orang-orang terdekatnya seperti yang diceritakan sang nenek ketika dirinya marah-marah tak jelas sesaat setelah pria itu dibawa masuk ke dalam rumah ini lima tahun yang lalu.

Tak ingin pikirannya semakin kacau Vie pun akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam kamar. Sengaja membanting pintu dengan kuat dan tentu saja itu menarik perhatian tiga manusia yang berada di ruangan lain mengingat ini bukan ruangan yang kedap akan suara.

Beberapa menit kemudian pintu kamar yang ditempati orang tersebut terbuka lebar, Yui keluar lebih dulu. Kemudian disusul sang Nenek yang berjalan menggunakan bantuan tongkat. Mereka harus segera keluar dan menghampiri Vie sebelum remaja itu marah dan melakukan sesuatu yang buruk. Contohnya menyakiti diri sendiri.

"Nek, Ui akan pergi tidur sekarang." Anak kecil itu melangkah usai mendapatkan anggukan dari sang nenek.

Sementara itu Nenek Ryu masih menatap pintu kamar Vie dengan helaan napas berat. Vie sungguh sangat keras kepala, berbeda sekali dengan cucu pertamanya yang hilang dulu.

Setelah berdebat dengan pikirannya, pun Nenek Ryu memutuskan untuk menuju kamar Vie. Sebelum mendorong pintu berbahan mahoni itu nenek Ryu terlebih dahulu mengetuk dan mengeluarkan suara deheman. "Nenek akan masuk sekarang."

Dari depan pintu kamar nenek Ryu dapat melihat cucunya berbaring dengan posisi menelungkup. Wajah tampan itu ia sembunyikan di balik bantal, nenek tahu Vie sedang kesal terhadap dirinya. Tapi Nenek juga tak bisa memilih antara Vie dan orang itu. Singkatnya mereka sama-sama berharga jadi bagaimana nenek bisa memilih ketika ia dihadapkan oleh pilihan yang sangat sulit?

"Kau sudah makan, Vie?" tanya Nenek. Wanita tua itu berjalan menuju ranjang dan mendudukkan diri di sana. "Jawab saat orang tua sedang bertanya."

Dari balik bantal Nenek dapat mendengar suara dengusan jengkel. Lantas tak lama setelahnya disusul oleh gerakan ranjang, Vie akhirnya beranjak bangun dengan wajah kelewat kesal. "Nenek lebih menyayangi orang itu dibanding Vie. Jadi apa Vie punya alasan untuk tetap melarang Nenek agar tidak ke sana?"

Nenek tersenyum tipis. Telapak tangan yang berkeriput itu terangkat mengusap rahang kokoh cucu kesayangannya. "Vie itu cucu Nenek. Dan orang yang Vie maksudkan itu dia adalah Ayah kandungmu. Nenek sudah mengatakannya bukan? Jadi sekarang buang keegoisanmu dan terimalah dia."

"Itu takkan mudah, Nek. Vie hidup bersama Nenek dan Nenek adalah orang tua Vie. Bukan dia atau siapa pun yang Nenek anggap sebagai orang tua kandung Vie."

Between Two Heart (2) [✔]Where stories live. Discover now