3 ✔

822 78 9
                                    

Hari yang dinantikan tiba, pengadilan pertama kasus pembunuhan pasangan Kim yang merupakan orang tua dari Taera di gelar.

Pengadilan pertama, Taera belum di datangkan sebagai saksi. Pembacaan surat dakwaan terdakwa oleh jaksa penuntut. Dan berbagai pertanyaan diajukan baik dari Jaksa dan Hakim.
Pihak terdakwa juga merasa keberatan dengan surat dakwaan.

Karena keluarga Kim termasuk orang yang berpengaruh, tentu saja masuk dalam berita baik media cetak maupun elektronik.

Banyak yang merasa gemas terhadap terdakwa, yang begitu kejam terhadap keluarga Kim.

Kang Bom yang baru saja mengetahui kalau ada saksi yang melihatnya melakukan hal itu merasa geram. Pasalnya ia sudah menyiapkan pembelaan diri.

"Siapa saksi itu?" tanya Kang Bom pada pengacaranya.
"Menurut berita acara saksinya adalah anaknya Kim Ho Hyun sendiri," ucap sang pengacara.
"Anaknya?" Kang Bom terus berpikir di mana anak itu saat kejadian. Pasalnya waktu itu anak buahnya mencarinya ke sudut ruangan tidak ketemu.

"Kapan anak itu bersaksi?" tanya Kang Bom.
"Minggu depan," ucap pengacara.
"Baiklah, kita hadapi anak itu," ucap Kang Bom.

Seminggu kemudian

Taera bersiap diri untuk pergi menuju pengadilan. Ditemani pengacara Han, bik Min dan psikolog Shin Jae.

Dan juga Kim Mo Hoon paman Taera ikut hadir dalam persidangan. Ia ingin memberi kesan paman yang peduli kepada keponakannya, padahal jauh di lubuk hatinya ia malas untuk datang. Tapi demi menjadi wali sah Taera, ia datang.

Tampak jelas wajah tegang di wajah Taera. Shin Jae terus memberikan ketenangan buat Taera.

Taera masuk ke ruang sidang begitu namanya dipanggil sebagai saksi. Setelah mengambil sumpah ia duduk berusaha tenang. Tentu saja hati dan pikiran Taera tidak tenang, usianya yang masih sangat muda yakni delapan tahun harus mengalami hal ini.

Taera menatap satu per satu orang-orang disana. Saat matanya bertemu dengan mata Kang Bom, sungguh membuat nyali Taera ciut. Badannya gemetar, ia menunduk takut. Tatapan tajam Kang Bom mencoba mengintimidasi Taera sehingga membuat gadis kecil itu ketakutan.
Shin Jae yang melihat Taera pun bisa melihat ada ketakutan dalam diri Taera saat bertemu langsung dengan Kang Bom.

"Kim Taera, apa kau mengenali terdakwa?" tanya Hakim.
Pengacara Han masuk dalam tim penuntut.

Taera mengangguk.
"Taera, kau harus menjawab pertanyaan ya jangan menggunakan bahasa tubuh." Ucap Hakim halus.
"Baik Pak Hakim," ucap Taera.

"Saya akan mengulangi pertanyaannya. Kim Taera, apa kau mengenali terdakwa?" tanya Hakim.
"Iya saya kenal," ucap Taera.
"Siapa dia?" tanya Hakim.
"Orang yang sudah menyiksa dan membunuh eomma dan appa," jawab Taera.
"Di mana kau saat itu?" tanya Hakim.
"Aku berada di dalam lemari baju dikamar appa," jawab Taera.
"Oke, saya persilakan jaksa mengajukan pertanyaan," ucap Hakim.

Jaksa Penuntut berdiri." Terima kasih Yang Mulia."
"Taera-ssi, apa kau mengenali terdakwa sebelumnya?" tanya Jaksa.
"Tidak. Aku baru melihatnya saat malam itu," ucap Taera.
"Apa kau bisa memberitahu kami semua apa yang kau lihat dikamar orang tua mu ?" tanya Jaksa.
"Aku melihat Eomma di pegangi dan pakaiannya di robek-robek. Dan orang itu (menunjuk kang bom) menindih Eomma di tempat tidur. Sedang Appa di pukuli karena berusaha menyelamatkan Eomma sampai tak sadarkan diri." Taera menjelaskan dengan baik.
"Apa kau mendengar sesuatu?" tanya Jaksa.
"Iya. Orang itu bertanya kepada appa di mana dokumen berada. Dan menyuruh anak buahnya mencarinya," ucap Taera.

"Terima kasih Taera, dari saya cukup yang Mulia," ucap Jaksa.

"Saya persilakan Pengacara terdakwa untuk bertanya," ucap Hakim.
Pengacara Kang Bom berdiri. "Terima kasih yang mulia."

"Taera-ssi tadi kau berkata berada di dalam lemari. Apa kau yakin bisa melihat jelas dari dalam lemari?" tanya Pengacara.
"Iya, aku bisa melihat," jawab Taera.
"Benarkah? bukankah lemari pakaian itu hanya memiliki sekat kecil?" tanya Pengacara.
"Iya benar tapi aku benar bisa melihat jelas," ucap Taera.
"Pak Hakim tolong di lihat foto pada lampiran 5 dari tkp. Apa mungkin sekat sekecil itu bisa melihat jelas. Saya pikir Kim Taera hanya mengada-ada." Ucap Pengacara.

"Keberatan Pak Hakim," protes Jaksa Penutut.
"Keberatan di tolak. Silakan lanjutkan Pengacara," ucap Hakim

"Kim Taera-ssi. Apa benar klien saya Kang Bom berada dirumah mu?" tanya pengacara.
"Iya," jawab Taera.
"Pak Hakim klien saya mengaku tidak berada di rumah itu dan tidak melakukan apa yang ada dalam tuduhan," bela Pengacara. "Taera-ssi, lihat baik-baik orang itu (menunjuk kang bom). Benarkah kau melihatnya? apa kau tidak salah lihat." Pengacara Kang Bom mencecar Taera sedikit penekanan.

Sebelum menjawab, Taera sempat melihat tatapan Kang Bom yang menyeramkan. Ia pun menoleh ke Pengacara Han dengan wajah cemas.
"I...iya a..aku melihatnya." Taera terbata-bata.
"Anda berbohong Taera-ssi." Tuding Pengacara penuh penekanan. "Karena orang itu tidak pernah ke rumahmu," ucapnya lagi.

Taera terlihat gelisah, dengan ucapan Pengacara Kang Bom.

"Keberatan Pak Hakim," protes Jaksa.
Pak Hakim mengangguk. "Tolong Pengacara Kang Bom, anda lebih pelan dalam berbicara." Pak Hakim memperingati.

"Mohon maaf Pak Hakim. Kalau begitu cukup disini dari saya," ucap Pengacara.

"Baiklah, untuk saat ini sidang kasus keluarga Kim saya tunda sampai minggu depan. Kita dengarkan saksi dari terdakwa," ucap Pak Hakim.

Taera beserta pengacara Han, Shin Jae dan bik Min serta Mo Hoon kembali ke kediaman rumah Taera. Dalam perjalanan pulang, Taera terus menggenggam tangan Shin Jae. Sebagai seorang psikolog tentu Shin Jae paham akan emosi dalam diri Taera. Ia bertekad akan berusaha semaksimal mungkin untuk membuat Taera lepas dari rasa traumanya

Kediaman keluarga Lee Dae Jung

Lee Ho Joon (12) sedang duduk bersama keluarganya menikmati acara di televisi. Dan selingan berita menarik perhatiannya. Ia melihat berita tentang persidangan pasangan Kim. Di jelaskan pembawa berita bahwa anak dari keluarga Kim menjadi saksi satu-satunya yang melihat kejadian. Di televisi pun memperlihatkan suasana sidang.

"Eomma kasihan ya anak itu. Ia menderita menjadi berkali-kali lipat." Ho Joon menatap prihatin.
"Iya sayang. Eomma juga kasihan, mengapa anak itu harus jadi saksi." Ucap Han Aerum eomma Ho Joon.

"Anak itu sangat pemberani untuk anak seusianya." Lee Dae Jung Appa Ho Joon ikut berkomentar.
"Semoga penjahat itu mendapat hukuman setimpal," ucap Ho Joon.

Ho Joon mematikan televisi dan beranjak ke kamarnya, melakukan aktifitas kesukaannya yaitu bermain game.

Sebelum beranjak ke kamar suara Appa nya menginterupsi." Jangan kebayakan main game Ho Joon."
"Iya Appa." Ho Joon berjalan menaiki anak tangga.

"Anak itu hanya iya-iya saja." Keluh Dae Jung menggelengkan kepala.
"Biarkan, dia masih kecil," Aerum membela.
"Justru dari kecil harus diajarkan tanggung jawab," ucap Dae Jung.
"Ho Joon anak yang pintar, dia mengerti tugasnya apa. Jangan menekannya," ucap Aerum.
"Jangan membela dan memanjakannya," peringat Dae Jung.
"Aku tidak." Aerum mengelak dengan tersenyum.

Dae Jung hanya menghela nafas mendengar penuturan istrinya.

Tbc

Double update nih....ayo kasih banyak-banyak vote.biar author tambah semangat up.

Lee ho joon keluar juga dari persembunyian....hehehe becanda denk.

Ya minta chapter lee ho joon keluar,ini ya....di chapter ini memang belum terlihat peran lee ho joon.jadi ditunggu aja ya.....

Makasih buat para reader yang udah kasih vote...Dan untuk silent reader jangan takut buat kasih vote,karena gratis kok.
Jadi kalo kamu suka cerita ini klik tanda bintang ya.
Makasih......

addorable love( End ) Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang