07. Arga Yang Malang

862 55 53
                                    

Satya masuk ke dalam kamarnya Alana dengan wajah tanpa dosanya itu lalu menutup pintu kamarnya dengan amat kencang hingga menimbulkan suara yang membuat gadis itu bergidik. Padahal Alana sedang enak-enaknya berkhayal tentang dirinya kelak akan menjadi seorang istri.

Mentang-mentang ini rumahnya! ketus Alana didalam hatinya dengan matanya yang menatap Satya dengan begitu sinis.

"Kenapa kesini, bang?" tanya Alana dengan wajah jutek yang sengaja ia buat.

"Mau tidur disini," kata Satya seraya membaringkan tubuhnya disebelah Alana. Gadis itu buru-buru terduduk dan berjaga jarak dengan si penculik.

"Ih sana!" usir Alana seraya mendorong tubuh Satya yang kekar itu.

Satya menggelengkan kepalanya, ia malah menutup wajahnya ke bantal, sedangkan Alana terus berusaha mengusirnya. "Pergilah dari sini! Ini kamarku sekarang, kau punya kamar sendiri kan!"

Satya menoleh kepada korbannya. "Kau ini kenapa? Aku hanya ingin tidur, bukankah kau bilang mengantuk? Tidur saja, aku tidak akan berbuat macam-macam padamu, tenang saja."

Alana berkacak pinggang. "Kau punya kamar sendiri kan? Pakai kamarmu--"

"Tapi ini rumahku, artinya semua kamar yang ada disini adalah kamarku," sela Satya tidak mau kalah.

"Tapi kau sendiri yang menyerahkan kamar ini kepadaku!" Alana tetap kekeh. "Pergi sana pergi!"

"Sana?" Satya tampak membingungkan Alana dengan katanya.

"Iya sana! Pergi, hus hus hus!" Alana bak sedang mengusir kucing pada Satya.

"Sana? Satya dan Alana? Bagus untuk anak kita kelak--"

Plak

"Bapak kau sana!" ketus Alana.

"Bapak ku namanya Aditama, bukan Sana," jelas Satya tanpa cengengesan.

"Terserah! Mau sana mau sini, yang penting sekarang kau pergi dari sini!" tegas Alana tak mau tahu.

"Tapi nama sana bagus juga untuk anak kita nanti, ya kan?" Satya terlihat bersemangat mengatakan itu.

Alana mengibaskan rambutnya yang tampak gerah mendengar perkataan Satya. "Sorry sorry ya aku tidak akan punya anak denganmu!"

"Tidak ada yang tahu masa depan seperti apa," balas Satya sambil menggelengkan kepalanya terlihat pasrah.

"Kau pikir aku akan mau padamu?" Alana membuang muka sinis. "Meskipun hanya kau laki-laki yang ku temui, aku tidak akan mau denganmu!"

"Kau pikir aku mau dengan wanita manja sepertimu? Aku juga tak mau," balas Satya tak mau kalah.

"Sudah jangan mengalihkan pembicaraan!" kata Alana ngegas. "Lebih baik kau yang keluar atau aku yang keluar!" tanyanya sambil menunjukkan jarinya ke arah pintu.

Dengan santai Satya menjawab, "Ya silahkan jika mau keluar, aku akan tetap disini. Jika kau ingin tidur di sofa, ya silahkan."

Alana salah, perihal ia meminta Satya memberikan pilihan. Tentu saja pria itu akan memikirkan dirinya sendiri. Dia kan makhluk egois yang di kirimkan untuknya. Seharusnya Alana memikirkan itu.

"Suatu hari nanti aku akan balas dendam!" kata Alana dengan geram.

Satya tampak menyepelekan perkataan Alana. "Balas dendam apa?"

"Suatu hari nanti aku akan menculikmu juga! Sama seperti apa yang kau lakukan padaku!" ketus Alana

"Silahkan, aku tunggu," tantang Satya dengan senyuman kecutnya.

SANA [Revisi]Where stories live. Discover now