06. Deep Talk Penculik-Korban

969 54 39
                                    

Kali ini sang penculik membuat korban jengkel, benar-benar jengkel. Di malam yang dingin ini Satya menyuruh Alana untuk menceritakan sebuah dongeng tanpa buku, jadi dirinya harus membuat khayalan secara langsung.

Posisi mereka bahkan membuat Alana kesal? Bagaimana tidak? Saat ini mereka berada dikamar si penculik. Satya sendiri sedang berbaring sedangkan dirinya terduduk bersandar di kepala ranjang. Kepala Satya juga sengaja menidurkan diri di paha Alana dan menyuruh tangan gadis itu untuk mengusap kepalanya.

Rasanya Alana tidak bisa berkhayal untuk saat ini. Matanya sudah perih, ia mengantuk dan rasanya sudah tak tahan ingin membaringkan tubuhnya.

Satya yang masih setia menunggu cerita Alana hanya bisa mendengus sebal karena gadis itu tak mengeluarkan suara apapun. "Lana cepat, ceritakan dongeng malam hari untukku!" paksanya.

Alana menatap Satya kesal. "Kau ini sebenarnya penculik atau anak kecil sih?! Kau sudah menjadikan aku sebagai pembantumu lalu sekarang? Kau jadikan aku baby sitter mu kah?!"

Tanpa mengubah posisi Satya mengatakan, "Ingat aturan pertama; si penculik bebas melakukan apapun yang dia mau, sedangkan si korban harus mengikuti apa yang dikatakan penculik."

Ingin sekali rasanya menoyor kening Satya, padahal sangat mudah apalagi posisi mereka saat ini sangat menguntungkan Alana untuk menoyor keningnya dengan dalam tapi ia tahan karena ingat statusnya disini sebagai korban. "Tapi apa kau lupa? Penculik adalah tuan rumah dan korban adalah raja!"

"Aku yang membuat aturan, bukan kau!" balas Satya tak mau kalah.

Alana mendumel perkataan Satya dengan ekspresi yang benar-benar kesal.

"Baiklah, jika kau tak ingin menceritakan sebuah kisah," ketus Satya yang ikut kesal karena permintaannya tidak dituruti.

"Baiklah, biarkan aku pergi dari sini!" Alana dengan tidak sopan segera mendorong kepala Satya agar jauh darinya, ia hendak turun dari ranjang, akan tetapi tangan si penculik mencegahnya.

"Setidaknya jangan kemana-mana, tetaplah disini sampai aku tertidur. Aku tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya," kata Satya memohon.

Alana memperhatikan mata Satya. Mata itu terlihat sangat berharap, ada rasa sedih didalamnya. Ia sampai tak bisa berpikir apa-apa, apalagi saat kepala Satya kembali berada di pahanya.

Satya membawa tangan Alana kembali agar segera mengusap rambutnya. "Nyanyikan sesuatu."

Awalnya Alana terhanyut untuk beberapa saat, tapi sekarang gadis itu langsung menatap Satya dengan tatapan jijik. "Hei! Kau pikir aku siapa mu? Kau benar-benar modus ya?! Dasar penculik modus!" sergah Alana seraya membawa guling lalu memukul kepala Satya bertubi-tubi.

"Hei hei hei," Satya berusaha mencegah Alana.

Gadis itu tampak tak bisa diam. Satya pun segera membawa tangan gadis itu dan membuang gulingnya lalu menatapnya, mengubah posisinya menjadi terbalik; Satya yang berada di atasnya sedangkan Alana dibawahnya.

"Apa yang kau--"

Satya menutup mulut Alana dengan telapak tangannya, sedangkan tangannya yang lain menahan tubuhnya agar tak jatuh menimpa tubuhnya.

"Kenapa kau marah-marah seperti itu?" tanya Satya serius.

"Kau pikir pakai kepalamu!" ketus Alana. "Apa kau serius meminta ini kepadaku? Menemani mu tidur? Menyanyikan lagu untukmu? Memberikan dongeng kepadamu? Kau pikir kau anak kecil? Kau pikir kau adalah suamiku? Aku pikir kau siapanya aku? Kau pikir pantas meminta itu pada kekasih orang lain! Dan jangan lupa, kau punya tunangan, minta saja pada tunanganmu! Jangan padaku!" ocehnya dengan ekspresi angkuhnya.

SANA [Revisi]Where stories live. Discover now