5| Temen Tapi Demen

627 66 4
                                    

_____

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_____

Boleh dibilang hari ini hari keberuntungan seorang Agam Pradana, gerbang nyaris tertutup tapi laki-laki tersebut berhasil lolos dengan membawa kedua temannya sekaligus. Satpam yang menjaga gerbang bahkan tampak speechless akan kelakuan siswa baru ini. Baru juga masuk, sudah berani bonceng tiga. Mana yang pakai helm cuma yang di tengah.

Saat hendak memarkir motor, ia melihat Kaila dan Sekar berjalan memasuki sekolah.

"Gam, jangan, Gam. Sumpah jangan." ucap Rizal di belakang mengingatkan.

"Bangke. Gue gak ikut-ikutan ya anjir." sahut Ilham yang duduk di depan. Menutup telinga. Seakan paham apa yang mau laki-laki ini lakukan.

Dengan spontan Agam membunyikan klakson motor berkali-kali. Membuat dua perempuan tersebut teriak kaget.

"Allahuakbar!" ucap Sekar.

Motor Agam melesat di samping mereka. Tidak lupa dengan tawa yang terlepas dari mulut Agam.

"Norak lo, norak!" semprot Kaila.

Agam memarkirkan motor. Rizal dan Ilham lebih dulu turun. Berjalan menjauhi TKP. "Gue gak ikutan, Kai." ujar Ilham memberikan klarifikasi.

Agam melepas helm. Menatap spion sambil menyisir surai rambutnya. "Hadeh, pagi-pagi tu harusnya pancarkan aura ceria, bahagia, bukan marah-marah gini. Cepet tua baru tau rasa lo." raut wajah tengil tersebut berhasil membuat kepala Kaila mendidih.

"Eh cengkeh nastar! Yang bikin gue marah-marah tu elu ya." cecarnya sambil menunjuk Agam.

"Kai udah, Kai. Yang waras ngalah." kata Sekar sambil menarik tangan Kaila agar kembali melanjutkan perjalanan. Masalahnya mereka sekarang menjadi tontonan anak-anak yang lewat.

Gadis itu menatap Agam dengan nyalang. "Amit-amit jabang bayi gue sekelas sama lo! Jauh-jauh lo dari gue." katanya sambil menunjuk Agam.

"Dih? Gue juga ogah kali sekelas sama lo. Bisa-bisa gue jadi langganan dokter THT." balas Agam tak kalah ketus sambil mengusap telinga kanan. Namun dalam hati merasa senang karena hari ini berhasil bikin Kaila naik darah.

Kaila dan Sekar memasuki koridor utama sekolah dengan wajah yang super kusut. Pagi-pagi suasana hatinya sudah dibuat berantakan karena ulah Agam.

"Udah biarin aja. Mending kita liat mading, kita masuk di kelas mana." bisik Sekar.

Kaki mereka berhenti di depan mading, mengantri untuk melihat nama mereka ada di mana. Saat giliran mereka tiba, matanya langsung fokus mencari namanya di antara ratusan nama siswa.

"Kai, nama gue di 10 IPA 1!" seru Sekar, kemudian ia mengeluh. "Yah, gak ada nama lo."

Wajah Kaila memelas. "Ih, terus gue di mana dong?"

"Nama lo di.. ini nih nama lo. Di 10 IPA 2, buset jauh amat." Sekar menunjuk nama Kaila.

Kaila berdecak. "Ya elah."

The Apple of My EyeWhere stories live. Discover now