Kepribadian Ganda+

3.3K 199 11
                                    

Tepat ketika mentari mulai meredup di ufuk barat, langit terlihat memerah seperti jubah kesedihan yang menggantung di atas kota kecil bernama Jogja.

Di tepi jalan utama, sebuah bangunan tua dengan pintu kayu berwarna merah tua menarik perhatian. Di atas pintu, sebuah papan bertuliskan "Yessica M. Psi" dengan huruf emas yang pudar.

Di dalam ruang tunggu, terdapat beberapa kursi empuk yang didominasi oleh warna merah tua yang sama dengan pintu masuk.

Seorang wanita muda duduk di salah satu kursi, menatap kosong ke luar jendela dengan tatapan kosong yang dalam. Namanya adalah Shani Indira, seorang mahasiswa kedokteran yang baru saja pindah ke kota ini untuk melanjutkan studinya.

Shani bukanlah orang yang mudah didekati. Di balik wajah cantiknya, terdapat rahasia gelap yang tidak pernah ia bagikan dengan siapapun. Bagi kebanyakan orang, dia adalah sosok yang ceria dan menyenangkan.

Namun, bagi mereka yang mengenalnya lebih dalam, mereka tahu bahwa di balik senyumnya yang ramah terdapat kedalaman yang suram. Kehidupan Shani berubah secara drastis dua tahun yang lalu, ketika dia mengalami kecelakaan mobil yang mengerikan.

Sejak saat itu, dia merasa seperti memiliki dua kepribadian yang berbeda. Satu sisi dari dirinya adalah Shani yang ceria dan ramah, sementara sisi lainnya adalah sosok gelap yang dipenuhi oleh rasa kegelapan dan ketakutan.

Pada suatu hari, Shani memutuskan untuk mencari bantuan dari seorang psikolog klinis untuk mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi padanya. Itulah mengapa dia berada di ruang tunggu Drs. Yessica pada sore itu, mencoba menemukan jawaban atas pertanyaan yang mengganggunya selama ini.

Setelah beberapa saat menunggu, pintu kantor terbuka dan seorang wanita paruh baya dengan jas hitam dan kacamata melangkah keluar. Dia tersenyum ramah pada Shani sebelum mengundangnya masuk.

"Selamat datang, Shani. Saya Drs. Yessica. Mari kita masuk dan bicara tentang apa yang mengganggu pikiran kamu," katanya sambil mengantar Shani ke dalam kantornya.

Di dalam kantor yang nyaman itu, Shani duduk di sofa kulit hitam yang besar, sementara Drs. Yessica duduk di kursi berputar di seberang meja. Mereka mulai berbicara tentang masa lalu Shani, kecelakaan yang dialaminya, dan perubahan dalam kepribadiannya yang mengkhawatirkan.

"Saya merasa seolah-olah ada dua sisi dalam diri saya yang saling bertentangan," akui Shani dengan suara gemetar. "Di satu sisi, saya adalah orang yang ceria dan ramah, tetapi di sisi lainnya, ada kegelapan yang sulit saya kendalikan." Drs. Yessica mendengarkan dengan penuh perhatian sebelum akhirnya menjawab,

"Sepertinya kamu mengalami gejala kepribadian ganda, Shani. Ini adalah kondisi yang kompleks dan memerlukan pendekatan yang hati-hati dalam pengobatan." Shani merasa lega mendengar bahwa apa yang dia alami memiliki nama dan bisa diatasi.

Namun, dia juga merasa takut dengan proses pengobatan yang harus dia jalani. Selama beberapa bulan berikutnya, Shani menjalani sesi terapi reguler dengan Drs. Yessica. Mereka menggali lebih dalam ke dalam pikiran dan perasaannya, mencoba mengidentifikasi penyebab dari perubahan kepribadiannya yang drastis.

Semakin dalam mereka menjelajahi pikiran Shani, semakin jelas menjadi bahwa kecelakaan mobil dua tahun yang lalu telah meninggalkan bekas yang mendalam pada dirinya. Trauma tersebut menyebabkan perpecahan dalam kepribadiannya, menciptakan dua sisi yang berlawanan: satu yang ingin melupakan masa lalu dan hidup dengan penuh semangat, dan satu lagi yang terperangkap dalam rasa takut dan kegelapan.

Melalui terapi yang intensif dan dukungan yang tak kenal lelah dari Drs. Yessica, Shani mulai menghadapi dan mengatasi rasa takut dan kegelapan yang menghantui nya. Dia belajar untuk menerima kedua sisi dari dirinya dan memahami bahwa keduanya adalah bagian dari siapa dirinya.

Akhirnya, setelah berbulan-bulan perjuangan, Shani merasa lebih utuh daripada sebelumnya. Dia tidak lagi merasa terbagi antara dua kepribadian yang berbeda, tetapi merasa menyatu dalam keseluruhan yang lebih besar.

Meskipun masih ada tantangan yang harus dia hadapi di masa depan, dia merasa lebih siap untuk menghadapinya dengan keberanian dan tekad yang baru ditemukannya. 

Ketika dia hendak meninggalkan kantor Drs. Yessica, pergelangan tangan Shani ditahan. Membuat langkah Shani terhenti. 

"Saya hampir ketinggalan untuk pengobatan yang paling terakhir," Shani menukikkan alisnya, menganggap jika semua prosedur telah selesai. 

"Ah, iya. Maaf. Saya kira sudah selesai."

Akhirnya Shani membalikkan badan lalu mengikuti langkah Drs. Yessica. "Silahkan masuk terlebih dahulu. Saya akan menyusul." Shani pun mengangguk. Mendaratkan bokongnya di salah satu sofa di dalam ruangan tersebut. 

Shani mematikan ponselnya kala mendengar pintu yang terbuka, mengalihkan pandangannya ke asal suara. Nafas Shani tercekat, mendadak ia sukar untuk menelan ludahnya sendiri. Shani melihat Drs. Yessica yang datang dengan lingerie tipisnya. Jangan lupakan senyum manis yang terpatri di wajahnya. 

Ia berjalan mendekat kemudian mendaratkan bokongnya di paha Shani. Kedua tangannya ia simpan di kedua bahu Shani. 

"Ini pengobatan terakhirmu. Apakah kepribadian ganda mu itu akan mengambil alih tubuhmu atau tidak."

Drs. Yessica mendekatkan bibirnya ke telinga Shani. "Chika, desahkan namaku dengan sebutan Chika." Shani menelan ludahnya. Suara itu sungguh menggoyahkan iman Shani.

Sedangkan Chika tersenyum lalu menjilat daun telinga Shani. Mengulumnya sebentar lalu ia kecup sebagai penutup.

Chika menggoyangkan pinggulnya guna untuk mencari posisi ternyaman nya di atas paha Shani.

Namun satu hal besar yang tak diketahui oleh Chika. Bahwa milik Shani terangsang akibat dari perlakuannya itu.

ONESHOOT48Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang