Sebenarnya

59 1 0
                                    

Pagi itu Dito sudah memanggil nama Alma didepan teras rumah. Tetapi, Alma tak kunjung keluar dari rumahnya. Dito mencoba menghubungi Alma berkali-kali namun tak ada jawaban. Sampai ia memanjat jendela kamar Alma untuk memastikan ia baik-baik saja.

"Dito.." panggil Alma yang kaget melihat Dito sudah memanjat jendela kamarnya.
"Ya Ampun susah banget sih diteleponin gak diangkat, dipanggil gak keluar. Gw cemasin lo tau". Serunya dan langsung menghampiri Alma.
"Ya Maaf". Jawab lagi.
"Lo udah makan belum? mau gw beliin sesuatu". Terangnya didepan teras.
"Gw lagi gak penggen makan". Dia menjawab sambil menarik kursi.
"Kenapa?".
"Lagi gak enak badan aja". Lanjut menjawab.
"Lo sakit ma?". Menarik lengan Alma.
"Apaan sih gak usah lebay deh". Risih lengannya dipegang Dito.
"Iya udah gw beliin makan sama obat ya". Dito seperti care dengan Alma tetapi Alma terus dingin ke Dito.

"To please gak usah care sama gw, gw ini cuma temen lo gak lebih. Gw bisa kok beli sendiri. Ya". Alma meyakinkan Dito supaya tak berlebihan dengannya.
"Iya tapi ma".
"Ssst gw gak mau ada kata tapi. Sekarang lo pulang sana gw mau mandi". Mendorong tubuh Dito.
"Tapi lo baik-baik ajakan ma?".
"Iya Dito". Alma langsung masuk kedalam rumahnya dan menutup pintu. Padahal Dito belum beranjak pulang.

Ia melakukan semua ini, agar Dito bisa menyadari bahwa Alma hanya menganggapnya teman dan gak lebih. Alma juga tak ingin menjadi benalu dikehidupan Dito. Ia yakin bisa hidup mandiri tanpa bantuan Dito.

Memang terkadang sikap Dito terlalu berlebihan ke Alma, hingga ia khawatir Dito akan menaruh hati lebih padanya. Alma sudah merasakan hal itu sejak lama namun selalu ia menghindari perasaan itu agar tak berlarut-larut dan cukup berhenti sampai disini.

^^^^^

Ibu Aisyah sejak tadi memperhatikan gerak gerik pak Raven. Ia sepertinya penasaran dengan sosok dosen baru ini, terlebih lagi anak bimbingannya bilang bahwa pak Raven seperti sosok alm ayahnya.

Ada rasa ingin tahu terlalu tinggi siapa sebenarnya pak Raven itu. Dia gak seperti dosen pada umumnya yang suka membaur, dia lebih banyak menyendiri dan mencari kesibukan sendiri.

Bu Aisyah mencoba membuka percakapan. Agar ia bisa tahu lebih dalam pak Raven sebenarnya.

"Pak Raven ini rumahnya dimana ya?". Sahut bu Aisyah disampingnya.
"Rumah saya gak jauh kok bu dari sini ya sekitar 25 menit". Balasnya sembari mengerjakan tugas-tugas yang belum selesai.
"Daerah mana tuh pak?" Pura-pura gak tahu.
"Bukannya bu Aisyah sudah tahu ya". Jawab lagi pak Raven membuat bu Aisyah salah tingkah.
"Aah bapak Saya tahu dari mana emangnya saya cenayang hahahaha?". Timpalnya
"Kemarin saya lihat bu Aisyah membaca cv lamaran pekerjaan saya". Menyindir secara halus
Bu Aisyah kaget kenapa Pak Raven bisa mengetahui dirinya sudah melihat surat lamaran dan cv milik Pak Raven gak habis fikir ia kira semua ini tidak akan terbongkar ternyata dia salah.

Mati kutulah bu Aisyah, ia langsung pamit ke toilet demi menahan rasa malunya.

^^^^^

Dengan wajah pucat Alma bersih keras menemui bu Aisyah untuk menyelesaikan skripsinya. Alma ingin sekali lulus dan mendapatkan pekerjaan. Dia turun dari busway dan berjalan 10 menit dari halte ke kampusnya.

Tak disangka Alma menyebrang begitu saja tanpa melihat kanan dan kiri terlebih dahulu. Ia fokus dengan gadgetnya yang ia pegang saat itu dan ia terserempet oleh mobil hingga berkas-berkas skripsinya berhamburan ditengah jalan.

Tubuhnya terjatuh keaspal hingga tak sadarkan diri. Semua orang melihatnya dan membantu pertolongan. Orang yang menabrak keluar dari mobil dan mendapati Alma sudah dikerumuni orang-orang yang menolongnya. Pria yang menabrakpun merasa ketakutan ia langsung membawa Alma kerumah sakit yang terdekat dari sini agar cepat ditangani.

Call Me AlmaWhere stories live. Discover now