14. S c a l p e l

31.1K 3.9K 55
                                    

"Gila! Gue masih gak percaya kalau Dokter Ali mau nikah...."

Miko sedari tadi berdialog sendiri, mengutarakan apa yang ia pikirkan. Damian yang berada di sana juga hanya menghela napas sembari membaca rekam medis pasien yang akan ia akan operasi dua jam lagi.

Kabar mengenai Dokter Ali yang akan melepas masa bujangnya sudah tersebar ke seluruh penjuru rumah sakit. Bukan karena Damian yang menyebarkan, tetapi Dokter Ali sendiri yang menyebarkan undangan pernikahannya di rumah sakit. Sontak saja, hal itu menjadi hal yang sangat mencengangkan bagi para tenaga kesehatan yang sudah lama mengenalnya di sana.

Tentu saja, Damian dan keluarganya diundang.

Dokter yang disegani, selalu terlihat sendiri, dan tidak suka basa-basi akhirnya menemukan pelabuhan hatinya. Setelah lebih dari setengah abad hidupnya, akhirnya Dokter Ali akan menikah! Hal itu menjadi trending topic belakangan ini.

Damian yang sudah tahu duluan hanya bersikap biasa saja. Dia sudah tahu sejak dua minggu lalu saat makan malam bersama keluarga Zelina. Ah, ya, salah satu hari yang tidak akan pernah ia lupakan.

Kapan lagi Damian bisa melihat mantan pasiennya itu lupa caranya turun dari pohon? Rengekan dan ekspresi Zelina saat itu memenuhi pikiran Damian. Tanpa sadar, sebuah senyuman menghiasi bibirnya.

Kamu lucu, Zelina.

"Heh, lo kenapa senyam-senyum sendiri?"

*****

"Gimana, Zel? Mama malu-maluin gak pake baju pengantin?"

Zelina yang sedang menemani Nina untuk mencoba gaun pengantinnya sontak saja kehilangan kata-kata. Dia tidak pernah melihat Nina sebahagia dan sekasmaran ini sebelumnya. Rona merah kegugupan di pipinya pun tidak bisa disembunyikan, membuatnya terlihat beberapa tahun lebih muda.

Hal itu membuat Zelina terharu.

Nina akhirnya bahagia. Wanita kuat yang membesarkan Zelina akhirnya akan menempuh kehidupan baru bersama orang yang membuatnya bahagia.

Nina mengenakan gaun kebaya putih panjang yang membuatnya terlihat sangat anggun dan elegan di usianya yang sudah mencapai 53 tahun. Zelina pun tersenyum menghampiri Nina dengan mata yang berkaca-kaca. "Mama cantik banget. Zelin aja jadi kalah cantiknya sama Mama," ujar Zelina sambil memegang kedua pundak Nina di depan cermin.

"Zelin seneng banget liat Mama bahagia. Soalnya Mama jadi keliatan lebih cantik dan muda. Zelina jamin, Om Ali pasti klepek-klepek, deh!"

"Ah, kamu bisa aja, Zel." Nina tersipu malu dan tersenyum memandangi pantulan dirinya di cermin. Zelina tertawa kecil sembari mengusap air matanya. "Zelina serius! Kalau Om Ali di sini, dia juga bakal bilang hal yang sama."

Air mata Zelina tidak bisa ditahan lagi.

"Ma, maafin Zelin sering buat Mama kesel. Zelin sayang Mama," bisiknya sambil memeluk Nina dari belakang dan menyandarkan kepalanya di bahu Nina. Tiba-tiba perasaanya jadi mellow sekali. Apakah tamu bulanannya akan datang? Entahlah, yang jelas Zelina belakangan ini jadi lebih emosional, bahkan lebih emosional dibanding Arin dan Nina.

"Mama selalu maafin Zelin. Mama juga sayang sama kamu. Udah, jangan nangis lagi. Nanti Mama jadi ikutan sedih. Mending kamu coba gaun punyamu sana."

Zelina terkekeh dan mengangguk seraya menghapus air matanya lagi sebelum mengambil gaun hijau mint yang akan ia kenakan di pernikahan Nina nanti.

Gaun bergaya off shoulder itu membalut tubuh bagian atas Zelina dengan manis dan elegan. Bagian atasnya dilapisi dengan kain brokat beraksen bunga seolah-olah menggantikan kehadiran kebaya. Kebawahannya berbentuk A-line dengan kain lembut yang dijahit hingga terlihat sedikit bergelombang, menutup sampai dibawah lutut Zelina.

ZelianKde žijí příběhy. Začni objevovat