Keseharian

9 0 0
                                    

SEPERTI biasa, Kayla, Audrey, Louis, dan William menungguku di depan kampus.

       “Ayo masuk! Kenapa sih kalian selalu nungguin aku? Aku jadinya harus bangun pagi gara-gara kalian.”

        Seketika suara tawa mereka terdengar. “Seorang Cathy bangun pagi Tidak mungkin itu,” kata Louis. Audrey pun menambahkan, “Jika suatu hari
Cathy bangun pagi demi kita berarti dunia sudah mau kiamat.” Mereka pun tertawa kembali.

“Sudah, sudah, ayo masuk, sebentar lagi kita akan telat,” kata Kayla.

       Mereka berempat adalah sahabatku sejak SMA. Kayla dan William adalah orang yang pendiam. Berbeda dengan mereka, Audrey dan Louis adalah orang yang jahil. Tingkat kejahilan mereka membuat keduanya seperti pasangan yang cocok. Mereka suka sekali mempermainkan orang. Namun, keberadaan merekalah yang membuat dunia kami berlima menjadi hidup.

        Sesaat setelah kami memasuki kelas, dosen pun masuk. “Berhubung kita sudah mau ujian, Bapak mau kalian membuat laporan hasil belajar selama ini. Bapak beri waktu tiga hari, buatlah kelompok dari lima orang.”

        Tanpa basa-basi, mata kami berlima saling bertatapan. Ini semacam sinyal bagi kami untuk menyatakan “mari berkelompok”.
        “Gimana, nih? Langsung hari ini saja kita kerjakan?” tanya William.

        Kayla pun menjawab, “Aku bisa-bisa saja.” Aku yang tidak memiliki kesibukan lain juga menyetujui rencana tersebut. Setelah itu, mata kami bertiga tertuju
pada Audrey dan John. Tanpa mereka menjawabnya, kami sudah dapat melihat dari raut wajah mereka yang tidak semangat.

        “Kalian kok semangat sekali. Baru diberi tugas langsung dikerjain. Istirahat dulu, dong.”

        Louis pun menyahut, “Besok aja, lah... Ngapain cepat-cepat.”

        Akhirnya kami bertiga pun setuju dengan mereka. “Oke, deh. Besok jam 12 kita ke perpustakaan, ya? Awas kalau ada yang telat,” kataku sambil melirik ke arah Louis.

                                  ***

        Hari ini adalah hari Sabtu. Berhubung hari ini tidak ada kuliah, biasanya aku bangun pukul 8 atau 9.
Namun, entah mengapa hari ini aku terbangun pada pukul 7. Karena tidak dapat tidur lagi, aku pun pergi bermain piano.

       Mi Re# Mi Re# Mi Si Re Do La
      Do Mi La Si
      Mi Sol# Si Do

      Benar, itu adalah lagu Für Elise. Setiap merasa bosan aku akan memainkan piano. Kedua orang tuaku
jarang berada di rumah. Mereka bekerja tanpa mengenal waktu demi memenuhi kebutuhanku. Karena hal tersebut, piano menjadi teman dan keluargaku.

      Bermain piano membuatku merasa di dunia lain, dunia di mana musik adalah segalanya. Jika aku merasa lelah atau stres, pianolah yang menjadi pendampingku. Bermain piano juga membuatku melupakan waktu.

      Apa?! Cepat sekali sudah pukul 11. Aku harus bergegas. Jangan sampai aku yang menyuruh mereka tepat waktu, justru menjadi orang yang telat. Terlebih lagi, kemarin aku sudah menyindir Louis. Aku dapat membayangkan suara tawanya jika nanti aku telat.

ReminisensiWhere stories live. Discover now