Bab 13

375 40 10
                                    

13. Berpasangan?!

Hari itu datang, Ahad, pukul delapan pagi.

Apa hanya Emilia, yang melakukan hal bodoh semacam ini sebagai remaja perempuan ketika menyukai seorang cowok? Atau ada banyak remaja perempuan yang bertindak sama di luar sana?

Dia benar-benar datang.

Emilia menginjakkan kakinya pertama kali ke lapangan basket dengan mengenakan hody berwarna hijau toska berlengan panjang, dibaliknya kaos berwarna kuning lembut, dipadu celana basket berwarna putih di atas lutut, dengan lejing berwarna hitam hingga ke bawah lutut.

Berhubung hari ini latihan gabungan, semua anggota di arahkan ke stadion lapangan bola basket SMA Garuda, karena lapangan di sana lebih luas.

"Wow," Emilia menatap takjup, melihat stadion bola basket yang fasilitasnya mumpuni ketika ia masuk ke dalam.

Bahkan, Emilia benar-benar tidak tahu bahwa stadion tempat pertandingan bola basket di sekolahnya sekeren itu. Terang bercahaya, menyoroti seluruh kawasan gedung dengan lampu sorot yang menggantung di atas langit, bangunannya besar, luas dan nyaman. Berwyn ring basket yang terlatak di dua sisi lapangan, juga terlihat keren dengan penyangga yang kokoh berwarna biru dan putih, seperti kerangka robot.

Tapi saat menjelang latihan di mulai, Emilia tidak melihat keberadaan Rado di sana. Padahal waktu di mulainya latihan, tersisa 2 menit lagi, dan anak-anak sudah banyak yang berkumpul. Membuat Emilia merasa canggung, dia belum pernah bergabung dengan anggota basket sebelumnya.

Semua orang menatapnya, dan sebagian dari mereka-menatap Emilia dengan alis yang bertaut melihat kehadirannya di tengah lapangan basket, pikiran mereka penuh dengan pertanyaan, kenapa dia di sini? Saat udah di kelas dua belas, baru bergabung? Kemana aja selama ini? Tak terkecuali dengan tatapan Bara.

Cowok itu paling bengong diantara orang-orang yang memandangi Emilia. Kemudian raut wajahnya berubah seperti sedang menebak kehadiran cewek itu di sini. Sesuatu yang harus di turutinya untuk cewek berkacamata tipis tersebut. Tapi mungkinkah hanya untuk itu Emilia bergabung? Masih klise untuk menjawab pertanyaannya.

"Biasa aja dong lihatnya, kayak nggak pernah lihat gue di sekolah aja." Celetuk Emilia pelan setelah memandang mereka.

Kemudian Emilia menggerakkan matanya ke arah kerumunan cowok-cowok, mencari sosok yang sudah membuatnya rela terjun ke lapangan hanya untuk bisa berada di sekitarnya, dan Emilia senang saat menemukan sosok itu hadir. Tama mengobrol dengan seseorang di sebelahnya seraya mengapit bola ke pinggangnya yang ditahan dengan siku.

"Tapi mana Kak Rado ya?" gumam Emilia setelah itu, matanya kembali sibuk mencari sosok teman abangnya di setiap penjuru stadion.

Namun Emilia tidak melihat tanda-tanda kehadiran Rado, dia malah mendengar bunyi peluit panjang yang di tiup dari mulut seseorang yang berdiri tak jauh di depan berwyn ring.

Seorang pemuda yang bertubuh tinggi dan tegap persis seperti Rado. Rambutnya lurus agak panjang, wajahnya oval, berhidung mancung dengan warna kulit kuning langsat, membuat semua mata terpukau karenanya. Dia mengenakan kaos polos berwarna abu-abu muda berlengan pendek, dengan celana basket berwarna hitam dengan bis yang sewarna dengan kaosnya.

"Siapa Kakak itu?"

"Kenapa bukan Kak Rado?"

Pertanyaan dari beberapa orang itu mewakili perasaan Emilia. Demi mengetahui jawabannya, semua anggota basket mulai berkumpul ke arahnya.

"Hallo semua, Assalamualaikum.." serunya mengucap salam saat semua yang ada di depannya sudah tertib berbaris sambil menatapnya.

"Waalaikumsalam.." jawab semuanya.

DELUVIE [Tidak Update untuk Sementara]Where stories live. Discover now