Bab 18

357 30 0
                                    

18. TAMA?!

"Iya, nggak bercanda gue!"

"Wah, jadi pengen tahu gue, gimana Mili di lapangan kemarin."

"Tanya langsung aja nanti ke orangnya, kan lo mau ke rumah gue siang ini."

"Pasti! Pasti gue tanyain."

"Tapi aneh juga ya, dengar kamu yang sering ceritain Mili ke aku, kenapa dia tiba-tiba mau gabung, jadi anggota basket?" timpal Nindy merasa aneh.

"Kita juga heran kali," jawab Rado. "Yang anehnya, dia nggak pernah nyapa gue selain kasih senyum, kalau ketemu di rumah."

"Apa naksir cowok kali ya?" tebak Nindy senang, menoleh sambil mendekati wajahnya ke Gibran.

"Bisa jadi sih," jawab Rado manggut-manggut.

"Tapi kayaknya nggak deh." Sambung Gibran, membayangkan penampilan Emilia akhir-akhir ini. "Soalnya penampilannya nggak ada yang berubah tuh, masih tomboi kayak biasanya."

"Emang penampilan mesti berubah ya, kalau lagi naksir orang?" tanya Rado mengerutkan dahi.

"Nggak semua sih, tapi biasanya cewek gitu kan Ndy?" Gibran balik bertanya ke Nindy.

Nindy mengangkat bibir bawahnya ke atas sambil berpikir memandang ke depan. "Tergantung orangnya sih."

"Hmm, tapi kalau pun Mili lagi naksir cowok," tutur Gibran. "Gue harap bisa bikin dia tingkatin nilai sekolahnya yang jeblok itu. Suka positiv namanya., hehehe."

"Bisa aja lo..."

0o-dw-o0

Entah sudah berapa lama

Hatiku berdetak tak keruan

Deg.. Deg.. Deg..

Buatku tak nyaman

Sejak mata kita bertemu dan senyum kecil darimu

Untuk waktu sesaat, hatiku telah kau curi

Alis mata Bara terangkat, saat membaca sebait curahan hati yang ditulis Emilia. Puitis dan menyentuh. Pertanyaan pun mulai muncul dibenaknya, siapa orang yang disukai cewek jelek ini? Dan Bara tidak ingin membuang waktunya untuk segera mengetahui jawabannya. Dia terus menyelam ke halaman berikutnya. Bara menemukan sebuah foto yang terpajang dengan setangkai bunga Edelweis yang ditempel miring di sudut bawah foto. Di tengah halaman tersebut.

Sosok Tama. Terpajang jelas paras anak Kepala Sekolah itu di sana.

Bara bergidik, "Tama? Cewek jelek itu suka sama Tama?" gumamnya pelan, matanya melebar memperhatikan sosok Tama di foto itu, seraya mengingat sikap Emilia yang jaim jika dia berada di dekat Tama.

Dan.. ini alasan cewek itu bergabung menjadi anggota basket? Ketika dia mengalah untuk menjemput bola yang lari ke arah Tama? Dan.. dia merengkuh bola ke tubuhnya. Oh, ya ampun! Ini berita emas bagi cowok yang sedang membaca buku harian Emilia tersebut, sebuah harta karun, rahasia, alat pembalasan dendamnya.

Cowok itu menatap wajah Tama yang tersenyum melihat kamera sambil merangkul seorang teman cowok di sebelah kirinya, wajah temannya ditutupi sticky note pembatas buku berwarna biru muda-sudah pasti itu kerjaannya Emilia, keduanya mengenakan seragam SMA Garuda. Senyum Tama merekah di sana dan sepertinya Bara tahu-kapan foto ini diambil.

Apa gue sebar sekarang? Magaschool? Desis Bara sambil meraba smartphone yang ada di dalam saku celananya. Nggak! Dia nggak terkenal. Apa gue sebar ke instagram aja?

Begitu banyak pertimbangan ide yang bermain di otaknya. Hasrat yang tak terbendung untuk membalas perlakuan Emilia kepadanya detik itu juga.

Tenang! Lo harus tenang Bar! Bara mengarahkan dirinya untuk tenang. Dia melanjutkan membacanya. Tidak hanya tentang Emilia menyukai Tama diam-diam sebelum cowok tersebut hadir di sekolah, tapi juga semua yang berkaitan tentang alasan dia membenci kelas IPA, dan tidak lagi menaati aturan sekolah. Bahkan broken home yang dialami Emilia.

DELUVIE [Tidak Update untuk Sementara]Where stories live. Discover now