BAGIAN 25 : RAISA NEKAT

38.5K 7.6K 861
                                    

Sebenarnya ini bisa jadi dua part, sih, tapi karena males ngedit dua kali, jadiin satu gapapa, kan?🤣

Bacanya pelan-pelan aja yaa, panjang soalnya. Hehe.

Mohon maaf sebelumnya kalau ada salah ketik di part ini maupun part sebelum-sebelumnya. Terima kasih banyak yang sudah bantu koreksi, ya 😊🙏🏻

Sayang kalian❤️

Selamat membaca!

Ambil baiknya, buang buruknya, ya⚠️

Bismillahirrahmanirrahim.

Bagian 25 : Raisa Nekat____

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Bagian 25 : Raisa Nekat
____

Qia tak habis pikir sekaligus kesal. Awalnya ia ingin membantu Fatma memasak makanan atau mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. Namun, baru juga membuka pintu, suara seseorang yang bukan merupakan anggota keluarga terdengar jelas di telinganya.

"Anaknya Ceu Ipeh pinter banget, lho, Ummah. Udah hafal tiga juz kalau Raisa gak salah."

"Oh, ya?"

"Iya, Ummah. Sama anaknya yang besar sudah mau nikah."

"Terus kamu udah ada calon belum?"

"Ya ... belum Ummah. Udah ada sebenarnya, tapi ya ... gitulah."

Setelahnya terdengar dua suara tawa yang saling bersahutan. Qia menghela napasnya. Menutup pintu kamar, tak jadi keluar.

Gadis dengan gamis polos dan hijab di kepalanya itu membalikkan badan menatap suaminya yang sedang mendengarkan sesuatu dengan earphone yang terpasang dengan alat perekam suara. Qia dapat menebak, jika laki-laki tengah belajar atau mengulang pelajaran.

Qia mendekati dan duduk di dekat Sakha yang bersandar di kepala kasur. Gadis itu memanyunkan bibirnya dengan tatapan melas. Detik berikutnya, ia mengambil bantal dan tanpa aba-aba meletakkannya di pangkuan Sakha.

Qia membenarkan posisinya dan rebahan dengan nyaman. "Mas Sakha hari ini ada agenda apa?" tanyanya manja, tidur terlentang memandangi wajah Sakha yang menawan.

Sakha terkekeh kecil. Melepas earphonenya kemudian menaruh seperangkat alat tersebut di atas nakas yang ada di sampingnya. Sakha mengusap ubun-ubun Qia dan tangan lainnya mengelus pipi.

"Dek Qia mau jalan-jalan lagi, hm?" Sakha balik bertanya, menunduk tapi tak sepenuhnya mengarah pada Qia.

"Mau, tapi capek."

"Kalau gitu Dek Qia istirahat aja."

"Pengen bantu Ummah, tapi ada Mbak Raisa."

"Raisa?" Sakha mengernyitkan dahinya, heran.

Qia mengangguk. Wajahnya amat menunjukkan raut tidak suka. "Gak tahu kenapa bisa sama Ummah. Qia, tuh, curiga sama dia."

"Curiga gimana? Ada buktinya gak?"

Feeling PerfectDonde viven las historias. Descúbrelo ahora